seorang CEO cantik, seksi, dan galak, yang terjebak dalam dinamika dunia kerja dan cinta. Dia harus menghadapi tantangan dari mantan suaminya, mantan pacar Tanier, dan berbagai karakter wanita seksi lainnya yang muncul dalam hidupnya. Tanier, karyawan Lieka yang tampan, sabar, dan kocak, berjuang untuk memenangkan hati Lieka dan membantu perusahaan mereka bertahan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tanier alfaruq, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5: Momen Intim Pertama
Hari Sabtu tiba dengan cerah, memberi semangat baru bagi Lieka dan Tanier. Setelah seminggu penuh dengan tekanan di tempat kerja dan masalah pribadi yang membebani pikiran Lieka, mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu di pantai. Tanier mengajak Lieka ke sebuah resort yang sepi, jauh dari keramaian, tempat mereka bisa bersantai dan menikmati kebersamaan.
Setelah tiba di resort, mereka berjalan menyusuri pantai, merasakan angin laut yang menyegarkan dan deburan ombak yang lembut. Tanier menggenggam tangan Lieka dengan lembut, membuatnya merasa nyaman dan aman.
“Kamu tahu, aku sudah lama tidak merasa sebahagia ini,” ucap Lieka, sambil menatap jauh ke arah lautan. “Terima kasih telah membawaku ke sini.”
“Senang bisa membuatmu tersenyum, Lieka. Kamu layak mendapatkan semua ini,” balas Tanier dengan senyum hangat.
Setelah menikmati waktu di pantai, mereka kembali ke kamar resort. Suasana di dalam kamar terasa intim. Dengan lampu yang redup dan suara ombak yang mengalun lembut, Lieka merasakan ketegangan dalam dirinya mulai menghilang. Dia memutuskan untuk mengubah pakaian santainya menjadi gaun malam yang sederhana tetapi elegan. Saat melihat pantulan dirinya di cermin, dia merasa lebih percaya diri.
Tanier menunggu di balkon, menatap lautan. Ketika Lieka muncul, dia tersenyum dengan tatapan penuh kekaguman. “Kamu terlihat sangat cantik malam ini,” puji Tanier, membuat Lieka merona.
“Terima kasih. Kamu juga tidak kalah menarik,” balas Lieka, merasakan getaran di antara mereka.
Mereka duduk di sofa, berdekatan, berbagi cerita dan tawa. Tanier membuat beberapa lelucon yang membuat Lieka terpingkal-pingkal. Di antara canda tawa, ada momen keheningan yang tiba-tiba menyelimuti mereka. Tanier menatap Lieka dengan serius.
“Lieka, ada yang ingin aku bicarakan,” katanya, suaranya lebih dalam dari biasanya.
“Apa itu?” tanya Lieka, merasakan ketegangan yang baru.
“Sejak kita mulai dekat, aku merasa ada sesuatu yang lebih dari sekadar teman. Aku... aku benar-benar menyukaimu,” ungkap Tanier, tatapannya penuh harapan.
Lieka merasa jantungnya berdebar. Dia tahu perasaannya terhadap Tanier juga lebih dari sekadar persahabatan. Namun, dalam benaknya ada keraguan dan rasa bersalah. “Tanier, kita bekerja bersama. Aku takut jika kita menjalin hubungan ini, semuanya akan menjadi rumit,” jawabnya, berusaha mengatur perasaannya.
“Aku mengerti, tetapi aku tidak bisa menahan perasaanku lagi. Aku ingin bersamamu, Lieka. Terlepas dari segala komplikasi yang mungkin terjadi,” ucap Tanier, mendekatkan wajahnya.
Lieka terdiam sejenak, tetapi tatapan penuh harap Tanier membuatnya tergerak. Dia mendekat, menyentuh tangan Tanier. “Aku juga ingin bersamamu, Tanier. Tapi aku takut kehilangan semuanya,” katanya, suaranya bergetar.
Tanier mengangguk. “Kita bisa mengambil langkah kecil. Mari kita nikmati momen ini tanpa memikirkan masa depan untuk saat ini,” usulnya dengan lembut.
Lieka merasa hatinya bergetar. Dalam sekejap, Tanier menariknya mendekat dan mencium bibirnya dengan lembut. Ciuman itu membawa semua keraguannya pergi, seolah-olah dunia di sekitar mereka menghilang. Ciuman itu semakin dalam, dan Lieka merasakan hasrat yang sudah lama terpendam dalam dirinya.
Mereka berdua terbenam dalam momen itu, merasakan kehangatan satu sama lain. Tanpa ragu, Tanier menarik Lieka ke pelukannya, merasakan detak jantungnya yang cepat. Ketika ciuman mereka berlanjut, Tanier mulai membimbing Lieka menuju sofa, duduk bersamanya.
“Lieka,” bisik Tanier, memandang dalam matanya. “Kamu adalah segalanya bagiku.”
Dengan hati yang berdebar, Lieka merasakan rasa percaya diri mengalir dalam dirinya. Dia menyadari bahwa momen ini adalah yang diinginkannya. Dia membalas dengan ciuman yang lebih dalam, membiarkan semua kekhawatiran menghilang. Mereka berdua saling menikmati keintiman yang baru terjalin.
Tanier meraih pinggang Lieka, menariknya lebih dekat. Dia merasakan kehangatan tubuh Lieka, dan merasakan keinginan yang menggebu. Dengan lembut, Tanier menggeser rambut Lieka ke belakang telinga, memperlihatkan wajah cantiknya yang bersinar dalam cahaya redup.
“Maukah kamu... kita melanjutkan ke langkah berikutnya?” tanya Tanier, dengan suara serak penuh harap.
Lieka menatap mata Tanier yang penuh kerinduan. Dia tahu inilah saat yang tepat untuk melepaskan semua keraguannya. “Ya, aku mau,” jawabnya, suaranya penuh keyakinan.
Mereka bergerak dengan hati-hati, saling merengkuh satu sama lain. Tanier membelai wajah Lieka, menyesap bibirnya dengan lembut, lalu mulai menjelajahi lehernya. Lieka menggigil merasakan setiap sentuhan, merasakan setiap detak jantungnya seolah bersatu dengan Tanier.
Saat suasana semakin intim, Tanier membantu Lieka melepaskan gaun malamnya, membiarkan kainnya jatuh lembut di lantai. Tanpa rasa malu, Tanier memandang tubuh Lieka yang indah, seolah takjub. “Kamu sangat cantik,” ucapnya dengan tulus.
Lieka merasa bersemangat, merasakan kepercayaan dirinya meningkat. “Hanya untukmu,” balasnya, menatap Tanier dengan mata penuh cinta.
Dengan penuh kasih, Tanier mulai menjelajahi tubuh Lieka dengan sentuhan lembut. Mereka berdua tenggelam dalam momen kebersamaan, merasakan kehangatan yang membara. Ciuman mereka semakin dalam, menghapus semua batasan dan keraguan.
Keheningan malam terasa nyaman ketika Tanier dan Lieka terbenam dalam keintiman yang baru mereka ciptakan. Dengan setiap detak jantung yang berirama, mereka saling merasakan kehadiran satu sama lain, melupakan sejenak segala kerumitan yang ada di luar kamar itu.
Tanier meraih Lieka, membawanya ke ranjang dengan lembut, memastikan setiap gerakannya penuh perhatian dan kasih sayang. Lieka merasa bergetar ketika tubuhnya menyentuh kasur yang lembut, dan ketika Tanier berbaring di sampingnya, rasa tenang menyelimuti mereka.
“Aku tidak pernah menyangka akan sampai di sini,” ucap Lieka, suaranya lembut namun penuh rasa.
“Aku juga tidak, tapi ini terasa benar,” balas Tanier, tatapannya tak lepas dari mata Lieka yang berkilau. “Kita berdua pantas mendapatkan kebahagiaan ini.”
Dengan lembut, Tanier menyentuh pipi Lieka, membelai dengan lembut seolah dia adalah sesuatu yang sangat berharga. Lieka merasa hatinya berdebar, merasakan cinta dan kerinduan yang selama ini terpendam dalam dirinya. Dia tidak hanya melihat Tanier sebagai karyawan, tetapi juga sebagai seseorang yang telah menyentuh hidupnya dengan cara yang tidak pernah dia duga sebelumnya.
“Jangan khawatir, aku akan menjaga dirimu,” ucap Tanier, memecah keheningan dengan suara yang tenang. “Apa pun yang terjadi di luar sana, aku akan selalu ada di sini untukmu.”
Lieka tersenyum, merasa hangat di dalam hati. “Aku percaya padamu,” balasnya, meraih tangan Tanier dan menggenggamnya erat.
Tanpa ragu, Tanier mulai mencium Lieka kembali, menggerakkan bibirnya dengan lembut. Mereka berdua saling berciuman, merasakan keinginan yang menggelora. Tanier tahu betapa pentingnya momen ini bagi Lieka, dan dia bertekad untuk membuatnya istimewa.
“Bolehkah aku?” tanya Tanier, mengisyaratkan pada gaun yang masih menempel di tubuh Lieka.
Dengan anggukan lembut, Lieka memberikan izin. Tanier dengan hati-hati menarik gaun itu, membiarkannya jatuh ke lantai. Dia terpana melihat keindahan tubuh Lieka, dan dalam sekejap, semua keraguan menghilang.
“Cantik sekali,” ucapnya, suaranya hampir seperti bisikan. Dia mulai mengeksplorasi setiap inci tubuh Lieka, menyentuh kulitnya yang lembut dengan penuh kelembutan. Mereka saling berbagi ciuman yang semakin dalam, membiarkan hasrat mereka membara.
Dengan hati-hati, Tanier mulai menjelajahi tubuh Lieka, memberi perhatian pada setiap sudut yang membuatnya merasakan kegembiraan. Saat jari-jari Tanier menyentuh kulit Lieka, dia merasa seolah dikelilingi oleh listrik yang mengalir, membuatnya terjaga dalam kebahagiaan yang belum pernah dia alami sebelumnya.
“Mungkin kita sebaiknya menyalakan lilin,” saran Lieka, memecah suasana intim. “Aku ingin suasana ini lebih romantis.”
Tanier tersenyum, segera bangkit untuk menyalakan lilin yang ada di meja samping tempat tidur. Begitu suasana menjadi lebih lembut dengan cahaya lilin yang berkelap-kelip, Tanier kembali berbaring di samping Lieka, menatapnya dengan penuh perhatian.
“Sekarang, ini terasa sempurna,” ucap Tanier, mengulurkan tangan untuk meraih tangan Lieka. “Mari kita nikmati malam ini.”
Mereka kembali terbenam dalam ciuman yang lembut dan penuh gairah. Dalam momen itu, semua masalah dan ketidakpastian tampak jauh dari pikiran mereka. Mereka hanya ingin menikmati kebersamaan, saling berbagi keinginan yang mendalam.
Dengan penuh cinta, Tanier menarik Lieka lebih dekat, membiarkan tubuh mereka bersatu. Suara ombak yang berdebur dan angin malam yang sejuk menjadi latar belakang dari kebahagiaan mereka. Setiap ciuman, setiap sentuhan, terasa seperti penguatan dari perasaan yang mereka jalin.
Tanier melanjutkan dengan lembut, merangkul Lieka dalam pelukannya, merasakan kehangatan dan ketenangan. “Aku ingin kau tahu, ini lebih dari sekadar momen intim,” katanya, suaranya bergetar penuh emosi. “Aku ingin kita menjalin sesuatu yang lebih, meskipun kita harus menghadapi tantangan di luar.”
Lieka memandang Tanier, merasakan keseriusan dalam setiap kata yang diucapkannya. “Aku juga merasa demikian,” jawabnya. “Aku tidak ingin kehilanganmu, Tanier. Kamu adalah orang yang selama ini aku butuhkan.”
Keduanya saling tersenyum, merasakan harapan dan kebahagiaan dalam hati mereka. Malam itu menjadi awal baru, tempat mereka berdua bisa menemukan kenyamanan satu sama lain. Tanpa ada batasan, tanpa rasa takut, mereka saling menjelajahi dalam keintiman yang semakin mendalam.
Saat mereka tenggelam dalam momen yang luar biasa itu, Tanier dan Lieka tahu bahwa ini hanyalah langkah pertama dalam perjalanan cinta mereka yang baru. Di balik tantangan yang menunggu, mereka siap menghadapinya bersama, dengan saling mendukung satu sama lain.
Dengan penuh kasih, mereka merasakan cinta yang tumbuh di antara mereka, dan dengan harapan baru, mereka bersiap menghadapi apa pun yang akan datang, bersama-sama.