NovelToon NovelToon
Between Blood, Sin, And Sacrifice

Between Blood, Sin, And Sacrifice

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Reinkarnasi / Balas Dendam / Time Travel / Dunia Lain
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Carolline Fenita

Mengira bahwa Evan–suaminya hendak membunuhnya, Rose memilih menyerang pria tersebut. Tanpa tahu bahwa Evan berupaya melindungi Rose biarpun tahu bahwa dirinya akan meninggal di tangan istrinya sendiri.

Penyesalan selalu datang belakangan, namun hadir kesempatan untuk memperbaiki garis nasib yang mengikatnya dalam bayangan cinta dan dendam. Rose kembali mengulangi kehidupannya, satu demi satu disadarkan dengan bunga tidur misterius.

Mempraktekkan intrik dan ancaman, menemukan pesona sihir untuk memutus tali asmara yang kusut antara Rose dan Evan yang menjadi suaminya di kehidupan lama dan sekarang. Apakah ia akan berhasil membalik takbir yang telah ditentukan oleh Dewa, atau malah gagal melakukannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Carolline Fenita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6 - Something's Fishy

Pagi itu banyak sekali pelayan yang mengerubungi sebuah tubuh yang telah tergolek dipenuhi oleh darah berbau busuk. Sejumlah di antaranya telah melapor pada tuan rumah–tidak mengenali siapa yang meletakkan manusia layaknya mayat di gudang. Bahkan seorang pria yang berpakaian seperti bangsawan ditemukan bersamanya.

Tentunya, kediaman Zen gempar. Duke Cornwall datang terlebih dahulu dan memeriksa siapa gerangan manusia itu. Alangkah terkejutnya ia ketika melihat tampang pria yang masih terbaring lemas bersebelahan dengan si gadis pelayan mereka, Evelyn Sonata.

Wajah Evelyn rusak parah dan beberapa bagian di tubuhnya menguncurkan darah tanpa henti. Duke Cornwall menjatuhkan bogem mentah pada pemuda tersebut, membangunkannya dari alam bawah sadar dan membantingnya berharap bahwa pemuda itu segera menuju ke alam baka.

Menggunakan tangannya, Duke Cornwall yang dikenali sebagai orang berbudi luhur menjadi pegulat ganas. Memukuli seorang pemuda dengan baju robek tanpa henti.

Ketika Countess Brenda tiba di gudang, ekspresinya pucat pasi bahkan lebih putih dibandingkan mayat yang diawetkan. Tanpa menunggu lebih lama, ia membawanya menuju lokasi terdekat–kamar anak tiri bungsunya.

"Rose!"

Keributan terdengar dari luar, sekonyong-konyong sang gadis membuka mata dan menggosoknya kecil. Kantuknya hilang saat melihat seseorang yang dipenuhi oleh darah berada tepat di depan kamarnya. Rose memutar otak dan mengaitkan semua tali kejadian menjadi satu, wajahnya dipenuhi oleh kengerian.

"Siapa ini?"

Countess Brenda menyingkap rambut yang telah bercampur dengan noda merah, menampakkan liontin yang dikenali oleh Rose dengan cepat–kalung milik Evelyn.

"Ella bantu ibu pindahkan Eve ke perlak bersama-sama, ibu akan membasuhnya. Tabib sudah dipanggil," tegur Countess Brenda dengan cepat.

Gaun Eve tersingkap, ibu Rose berusaha membuat ekspresinya setenang mungkin. "Dengan kondisi seperti ini, bagaimana hidup Eve kelak..?" batinnya penuh kesedihan.

"D-dia kenapa Bu?" Rose sudah mendapatkan tebakannya, namun ia tidak berani mengutarakannya. Belum selesai pertanyaannya, pintu terbuka. Seorang tabib masuk ke dalam, menunduk dengan ketakutan.

Countess Brenda tidak menjawabnya, kedua tangannya mengepal erat. "Periksa pelayan ini."

Sepanjang pemeriksaan, kedua wanita itu berkutat di pikirannya masing-masing. Selang semenit berlalu, tabib menggelengkan kepalanya perlahan. Luka di tubuhnya mungkin dapat dihilangkan, namun di wajahnya, aih..

"Nyonya, tabib ini menemukan bahwa nona Eve mengalami pelecehan. Fisiknya dapat diobati, tetapi sisanya tabib ini kurang dapat menjamin kesembuhannya."

Countess Brenda berkata dengan marah, "Lakukan apapun caranya, agar dia dapat pulih. Berapapun harganya kuberikan!"

Tidak ada keraguan tentang hasil akhirnya. Pria berusia senja itu ingin sekali menolak, namun ia tidak bisa mengatakannya. Ketika keduanya berdiskusi dengan serius, Rose keluar dan menghampiri kakak lelakinya. Pemikirannya terhenti di ujung lidah, melihat siapa yang dipukul oleh Duke Andro.

"Tidak mungkin!" Rose memicingkan matanya dan merapat ke arah kedua pemuda yang masih bergulat panas.

Matanya terasa panas, apa dosa yang telah dilakukan oleh Eve hingga hal buruk menimpanya. Kakak sulungnya tidak berniat menyembunyikannya, dia berkata dengan lemah. "Marquess Andri melecehkannya-"

Lelaki di hadapannya sudah menyerupai babi bengkak. Matanya tidak melihat dengan jelas, bibirnya meracau sembarang. "Bukan aku pelakunya, aku dijebak." Hanya kata itu yang diulangnya terus-menerus.

"Huh? Dijebak?" Ada yang tidak beres.

Duke Cornwall mendengus dengan jijik, tulang jarinya memerah akibat puluhan pukulan ia berikan ke mantan tunangan Rose. Ia masih dendam dengan pria yang selisih setahun lebih muda darinya. Tiba tiba seruan keras dari Count Arthur menyela niat keduanya. "Apa yang telah kalian lakukan?!"

Duke Andro menarik baju Marquess Andrient dengan kasar, melemparnya kuat ke tanah kasar. "Dia melecehkan Eve, pelayan sekaligus adik tidak sahku. Bagaimana ia nanti mempertanggung-jawabkannya?"

"Ti-dak, aku difitnah," bantah Marquess Andrient seraya meraba matanya yang bengkak.

"Apakah ada buktinya? Kau melihat dengan mata sendiri bahwa adikku melecehkan pelayan itu?"

Intonasi berat itu mengakibatkan perhatian Rose dan Andro teralihkan. Marquess Drevan mengernyitkan keningnya, ia berjongkok dan menyuruh Andrient agar tetap di belakang punggungnya. Senakal - nakal adiknya, ia tidak akan pernah merenggut harga diri seorang perempuan.

Melihat Netra hijau dan wajah yang mirip dengan Andrient, Duke Cornwall langsung tahu siapa orang di hadapannya. Di kekaisaran kemarin, mereka memang pernah bertemu. Namun kali ini garis wajahnya terlihat lebih jelas.

"Aku tidak melihatnya, namun mereka dalam 1 ruangan yang sama. Di gudang kediaman Zen terbengkalai itu, cecunguk itu pasti melakukan hal tidak senonoh."

Count Arthur mengurut dadanya. Padahal kedatangan Drevan kali ini untuk melanjutkan pembahasan mengenai penangguhan wilayah Bezile. Marquess Drevan mengambil alih pembicaraan. "Lebih baik menunggu Eve siuman dahulu, baru kalian hukum adikku bila memang terbukti dia yang bersalah. Lagipula, anda telah memukulinya seperti ini, bukan?"

Keempatnya berjalan masuk ke dalam kamar Rose dan menghadap Eve. Countess Brenda tidak dapat mengucapkan apapun, kondisinya tidak kalah berantakan. Mata Count Arthur berkilat, terisi oleh rasa sakit , kemarahan, dan kesedihan. Eve membiru, luka sayatan tidak luput dari penglihatan semua orang. Bulu mata lentiknya tidak bergerak, setengah dari wajahnya rusak parah.

Tabib masih menolak usulan Countess Brenda di saat Marquess Drevan berupaya mengidentifikasi kemungkinan penyembuhan menggunakan metode di luar Kerajaan Vollerei.

Marquess Drevan memecahkan suasana suram dan bertanya, "Saya sedikit menguasai pengobatan kuno. Apakah kalian memiliki tanaman 'Bunga Balon' dan 'Rhubarb' ?"

Semuanya terdiam, tidak pernah mendengar tanaman tersebut. Drevan menghela nafas, pastilah rakyat disini tidak tahu. Tanaman ini saja berasal dari daerah timur. Hanya orang kerdil berkulit kecoklatan yang mengetahui manfaat tanaman indah ini.

"Saya menanamnya, namun lokasinya lumayan jauh dari kediaman ini." jawab salah satu tabib yang sedari tadi membawa sejumlah bahan.

Kedua bahan ramuan yang diucapkan tadi manjur untuk menghilangkan bekas luka baru. Marquess Drevan pernah melihat tentara daerah timur yang terluka akibat perang mengoleskan sejenis cairan yang berasal dari Rhubarb dan Platycodon Grandiflorus. Namun kedua tanaman masih ini jarang ditemukan, budidaya tanaman belum ramai diadopsi disini.

"Ya, selesaikan tugasmu sekarang dengan cepat. Aku akan mengikutimu untuk mengambil tanaman tersebut," putus Marquess Drevan.

Pengetahuan kesehatannya tidak dangkal, kedua tanaman tersebut harus diambil dengan hati hati. Proses pembuatannya pun membutuhkan perhatian dan profesionalitas tinggi. Racun milik inang Rhubarb sangat berbahaya bila ikut tercampur dalam rebusan.

Eve diminumkan sejenis ramuan dan tubuhnya diolesi oleh lumuran berwarna kecoklatan–anjuran oleh Marquess Drevan untuk mengurangi pendarahan dan membuat luka lebih cepat mengering.

Countess Brenda dan Rose sepakat untuk bertugas merawat keadaan pelayan itu.

"Entah mengapa.. jejak ini terlihat seperti perbuatan dari anak kekaisaran," pikir Marquess Drevan penuh sangsi. "Namun tidak ada alasan yang kuat untuk melakukan hal sepele seperti ini, patut dipertanyakan."

1
Tini Timmy
strategi yang bagus
Tini Timmy
seru" nih scene ini
Tini Timmy
racun apa tuh/Frown/
Bening Hijau
3 iklan untuk mu
Cherlys_lyn: terima kasihh
total 1 replies
Tini Timmy
lanjut kaka
Tini Timmy
lanjut kakak
iklan untuk mu
Cherlys_lyn: terimakasih untuk dukungannya 😁
total 1 replies
Tini Timmy
lanjut kakak
Lei.
iklan untukmu ka
Cherlys_lyn: terima kasih untuk dukungannyaa
total 1 replies
Tini Timmy
semangat nulisnya kk
Cherlys_lyn: siappp 😁
total 1 replies
Lei.
semangat ka, ada iklan untukmu
Cherlys_lyn: terima kasihh 🥰
total 1 replies
Bening Hijau
ngeri2 sedap chapter ini
Tini Timmy
semangat nulisnya /Smile/
Cherlys_lyn: terima kasih yaa 🥰
total 1 replies
Lei.
2 iklan untukmu ka
Cherlys_lyn: terima kasih atas dukungannyaa 🥰
total 1 replies
ona
terkejut terjungkal terpungkur
ona
bener itu bener
ona
WOYYY PANGERAN KEDUA KEJAM BANGET BJIR NGAPAIN DAH ITU GUE KESEL
Cherlys_lyn: ini baru permulaan, nanti akan disuguhkan adegan yang lebih menjadi-jadi dibanding hari ini 💀💀
total 1 replies
ona
bjir eve ngapain dah
Bening Hijau
ini cerita kehidupan rose sebelum mengulang waktu, kah
Cherlys_lyn: Benar sekali, jadi di bab 18 Rose baru mulai diingatkan secara perlahan oleh anak pemberi permen ☺️
total 1 replies
Lei.
semangat ka, ini ada 3 iklan untukmu
Cherlys_lyn: terima kasihhh
total 1 replies
Tini Timmy
menarik /Smile/
lanjut kk
Cherlys_lyn: okeee, terima kasih ya 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!