The Love Struggle

“Kamu sedang dirawat di rumah sakit karena kecelakaan. Supirku tidak sengaja menabrakmu 3 hari yang lalu nak”jawab wanita paruh baya itu merasa bersalah.

“Namaku Uzma Jauhar Abdullah. Kamu bisa memanggilku nenek. Aku akan bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut” sambung nenek Uzma dengan lembut.

“Baik nek. Aku tidak ingat apapun tentang diriku. Siapa sebenarnya diriku?" Tanya Shanum kebingungan dan bersiap untuk bangun namun sebelum itu, dokter datang untuk memeriksa keadaannya.

Setelah beberapa menit diperiksa, dokter mengatakan jika keadaan Shanum sudah membaik dan begitu pula dengan Janin yang ada di dalam kandungannya dalam keadaan sehat. Shanum yang mendengar bahwa dirinya hamil pun merasa terkejut dan mencoba mengingat sesuatu namun hanya membuat kepalanya terasa sakit.

“Jangan dipaksa ingatannya nona. Nanti ingatan nona akan kembali seperti dulu dan nona sudah bisa pulang besok” ucap dokter ketika melihat Shanum yang memegang kepalanya

“Baik dok. Terima kasih” ucap Shanum dan mulai menenangkan pikirannya yang kacau

Setelah dokter meninggalkan ruangan tersebut, nenek Uzma mulai mengobrol lagi dengan Shanum.

“Sabar ya nak. Nenek tidak tahu apa terjadi sebelumnya padamu tapi nenek akan membantumu untuk mencari keluargamu. Sekarang kamu harus fokus dengan kesembuhanmu. In Shaa Allah suatu saat nanti kamu akan mengingat semuanya” ucap nenek Uzma dengan tulus

Shanum hanya mengangguk dan nenek Uzma meninggalkan kamar tersebut setelah Shanum terlelap tidur.

Kini, nenek Uzma sudah mengetahui identitas asli Shanum melalui paspor yang ada di dalam tas milik Shanum tapi hp milik Shanum pecah karena terlindas ban mobil pada saat kecelakaan. Namun nenek Uzma masih belum ingin mengatakannya kepada Shanum sebelum menyelidiki langsung penyebab Shanum pergi sendirian dalam keadaan hamil muda. Dia berpikir mungkin ada masalah dengan suaminya yang menyebabkan Shanum tidak bersama suaminya pada saat itu.

Keesokan harinya, Shanum dan nenek Uzma telah tiba di kediaman nenek Uzma yang besar dan megah. Nenek Uzma telah memberikan nama baru untuk Shanum juga.

“Nak Zahra. Ini kamarmu” ucap nenek Uzma ketika membuka pintu di salah satu kamar dalam rumah tersebut

“Baik nek, terima kasih” kata Shanum sambil masuk ke kamar tersebut

Kamar yang akan ditempati Shanum adalah kamar yang indah dan elegan sesuai dengan seleranya.

“Dulu ini adalah kamar almarhumah cucuku yang meninggal 10 tahun yang lalu saat usia beliau 10 tahun” ucap nenek Uzma sambil melihat sekeliling kamar tersebut yang masih belum berubah.

“Saya turut berduka cita nek. Semoga beliau tenang di sisi Allah” kata Shanum ikut bersedih

“Aamiin. Yaudah kamu istirahat aja dulu. Nanti makan siangmu akan dibawa oleh salah satu ART di rumah ini. Nenek harus kembali ke kantor dulu karena ada meeting”kata nenek Uzma sambil mengelus rambut Shanum dengan lembut.

Meskipun diumurnya sudah tua, nenek Uzma masih sanggup memimpin perusahaan besar peninggalan suaminya. Dia memiliki seorang putra tunggal yang meninggal bersama menantunya akibat kecelakaan beberapa tahun setelah kematian cucu perempuannya. Sekarang ini, hanya satu cucu laki-laki dimilikinya yang tinggal di Italia untuk mengurus perusahaan yang lain. Namun hampir 2 atau 3 bulan sekali dia sendiri datang mengunjungi cucunya jika ada waktu senggang karena sang cucu tidak ada waktu untuk mengunjunginya karena saking sibuknya.

“Baik nek. Hati-hati di jalan” ucap Shanum sambil tersenyum dan mencium punggung tangan milik nenek Uzma

Setelah kepergian nenek Uzma, Shanum merasa bosan dan berniat untuk meninggalkan kamar tersebut lalu berjalan mengelilingi rumah dan tiba-tiba bertemu dengan salah satu ART yang sedang menyapu lantai.

“Selamat pagi nona. Ada yang bisa saya bantu?” tanya ART tersebut dengan ramah

“Pagi. Aku hanya merasa bosan tinggal di kamar. Bolehkah kamu menemaniku jalan-jalan mengelilingi rumah ini?” ajak Shanum dengan tersenyum.

“Tentu saja nona. Mari saya temani” kata si ART yang biasa dipanggil Halima dengan tersenyum dan memanggil ART yang lain untuk meneruskan pekerjaannya.

Setelah beberapa menit berkeliling di dalam dan diluar rumah tersebut. Shanum merasa capek sekaligus takjub mengelilingi rumah yang megah tersebut dan waktu makan siang juga telah tiba.

Disisi lain, Kayla setiap hari mengunjungi kediaman Ziyad untuk menarik perhatian Ziyad namun Ziyad terus saja mengabaikannya. Ziyad terlihat sangat stres dan penampilan sudah tidak rapi seperti dulu lagi.

“Kak. Ayo kita keluar jalan-jalan di taman. Katanya hari ini ada festival di taman melati”bujuk Kayla di samping Ziyad yang sedang sok sibuk.

Setelah mengusir Shanum, Ziyad jarang kembali ke rumahnya dan menghabiskan banyak waktunya di kantor. Jika bukan karena permintaan mamanya untuk kembali ke rumah. Dia tidak akan kembali dan memilih untuk tinggal di kantor saja karena di ruang kantor Ziyad tersedia kamar pribadinya juga.

Karena Ziyad acuh tak acuh dan menganggap Kayla tidak ada. Kayla merasa kecewa dan pergi meninggalkan rumah Ziyad serta mencoba membuat rencana agar Ziyad mendengarkannya saat bertemu kembali.

Setelah kepergian Kayla yang tak diundang, Ziyad pun meninggalkan tempatnya dan menuju kamarnya. Namun pikirannya hanya tambah kacau karena mengingat kenangannya bersama Shanum di kamar itu serta wangi parfum Shanum yang lembut dan manis masih tercium di kamarnya.

Ziyad terduduk di tepi ranjang dengan mata yang berkaca-kaca dan tiba-tiba berdiri tergesa-gesa meninggalkan kamarnya untuk pergi ke suatu tempat.

Selang beberapa waktu, Ziyad tiba ditempat tujuannya di sebuah rumah yang tidak asing baginya. Yeah, itu adalah rumah Farhan. Setelah dipersilahkan masuk oleh tantenya yang merasa terkejut dengan kedatangan Ziyad.

“Assalamu Alaikum Tante. Apa Farhan ada di rumah. Saya ingin bertemu dengannya” kata Ziyad dengan wajah yang datar

“Wa Alaikum salam. Farhan sedang ada di kamarnya sekarang. Mungkin dia tidur siang” ucap tantenya dengan perasaan tidak enak karena peristiwa yang terjadi sebelumnya membuat hubungan keluarganya dan keluarga Ziyad mulai merenggang.

Farhan tiba-tiba datang dan berjalan ke arah Ziyad dan ibunya berdiri. Ibunya Farhan merasa terkejut dengan kedatangan Farhan karena hal buruk bisa saja terjadi.

“Kak Ziyad kenapa kesini?” tanya Farhan dengan nada sarkastik dan wajahnya yang dipukul Ziyad masih terlihat sedikit berbekas

“Maaf Tante. Bisakah Tante meninggalkan kami berdua dulu?” tanya Ziyad dengan sopan.

Ibunya Farhan tidak ingin meninggalkan mereka berdua namun karena Ziyad memintanya dengan sopan dan mungkin saja kesalahpahamannya akan segera selesai jika berdua berbicara.

“Oke. Tapi kalian jangan ada yang berantem” kata ibunya Farhan dan meninggalkan Farhan dan Ziyad di ruang tamu.

“Aku ingin bertanya sekali lagi mengenai kejadian beberapa hari yang lalu” ucap Ziyad dengan serius