Suamiku, Tolong Balas Cintaku!

"Sebentar saja Dio."

Dio menghela nafasnya pasrah. Bagaimanapun dia menolak, Ervina pasti terus membujuk, itu membuat Dio pusing. Mau tidak mau Dio mengiyakan ajakan mereka.

Setelah makan disebuah resto, Kinan dan Ervina minta di antar untuk membeli dress di sebuah butik.

Dio tidak tahu bahwa butik yang akan dia datangi itu milik istrinya, Luna. Semua rencana ini sudah di rancang sedemikian rupa oleh Ervina, bagaimana caranya membuat Luna bercerai dengan Dio, dan Kinan akan menggantikan posisi Luna, itu yang Ervina inginkan ... Tapi tidak dengan Dio, tahta tertinggi di hatinya masih di tempatkan oleh Mauryn, mendiang calon istrinya.

"Selamat siang, ada yang bisa di bantu." Salam dari seorang pelayan.

"Tolong dress couple untuk saya dan ... Calon menantu saya." Ucap Ervina yang membuat Kinan makin besar kepala.

Sayangnya Dio tidak mendengar perkataan Ervina, pria itu sibuk melihat lihat jas formal yang unik dengan tambahan sedikit kain batik sebagai motifnya. Aku baru tahu ada butik yang menyediakan jas seperti ini, jika aku memakainya saat kunjungan ke luar negri pasti jas ini akan jadi pusat perhatian para investor disana, karena notabene nya mereka suka yang berbau tradisional tapi tetap modern. Ucap Dio dalam hati.

"Asri, tolong cek kain yang baru datang di gudang, biar saya yang handle customer." Ucap pemimpin butik di situ yang tak lain adalah Luna.

"Baik bu, Oh ya Ibu itu dan calon menantunya sedang mencari dress couple, tolong di bantu bu." Ucap salah seorang pegawai Luna sambil menunjuk ke arah Ervina dan Kinan yang posisinya sedang membelakangi.

Luna mengangguk, Wanita itu berjalan untuk menyapa dan melayani customer yang di maksud.

"Selamat siang," Sapa Luna.

Kinan dan Ervina menengok bersamaan, "Eh, Luna?" Ucapnya pura pura kaget. padahal Ervina sudah tahu sejak lama bahwa Luna yang mempunyai butik ini, dulu saat pertemuan keluarga lestari ibunya Luna sempat bercerita padanya.

Tadi pegawaiku bilang ibu dan calon menantunya? apa maksud mama berbicara seperti itu ? Batin Luna.

"Dio ... Sayang." Panggil Ervina.

Dio yang fokus terhadap setiap detail jas yang terpajang menolehkan pandangan pada mama nya, Kinan dan ternyata ada Luna juga disitu, Pria itu sedikit kaget ... dengan keberadaan Luna disini.

"Kenapa?" Tanya Dio pada Ervina.

"Luna nih, gak di sapa dulu?"

Runtuh sudah pertahanan Luna, bukan lagi Kinan dan Dio lawannya, tapi ibu mertua nya juga.

3 lawan 1, aku bisa apa? Lirihnya dalam hati.

"Lun tolong carikan dress yang paling bagus dan juga paling mahal disini, mama dan Kinan ingin memakai dress couple di ulang tahun papa nanti."

"Uu-ulang tahun papa?"

"Kamu gak tau kah? satu Minggu lagi papa ulang tahun, seperti biasa setiap tahunnya akan di rayakan di hotel pusat kota." Jelas Ervina pada Luna.

"Dio, apakah kamu tidak mau Luna datang ke pesta papa nanti? Sampai kamu tidak memberi tahu Luna acara sepenting ini. Apa kamu malu nak?" Tanya Ervina dengan wajah menyebalkan.

"Aku mau pulang, aku tidak enak badan ma. Permisi." Ucap Dio yang melenggangkan kakinya meninggalkan Kinan dan Ervina di butik Luna.

Entah kenapa Kali ini Dio tidak tega memperlakukan Luna seperti tujuannya di awal. Apa yang di rasakan oleh Dio sebenarnya? Pria itu pun bingung.

Kacau ! Itu perasaan Luna saat ini.

"Baik ma, ayo ikut Luna."

Luna tetap melayani Ervina dan Kinan, memilihkan dress sesuai yang mereka inginkan.

"Kamu harus ingat motif yang mama dan Kinan pakai nanti ya Lun, jangan sampai kamu memakai motif yang sama dengan kami. Jelas nanti akan terlihat pasaran jika kamu pakai juga."

Luna tersenyum menanggapi apa yang di katakan oleh mertua wanitanya itu, Ya tuhan ... Aku menyerah. Papa mama, mental Luna tidak sanggup. Maaf. Jeritan Luna dalam lubuk hatinya.

***

Dio tidak berbohong, pria itu betul tidak enak badan ... Dia meringkuk di atas ranjangnya tubuhnya mengigil karena demam tinggi. Sebenarnya sedari siang dia rasakan tidak enak pada tubuhnya, Dio kira itu hanya stress atau kecapean biasa karna pekerjaannya.

Kepala Dio terasa berputar, perutnya pun mual.

Dengan sangat terpaksa Dio berteriak memanggil Luna dari dalam kamarnya."LUNAAAAA."

Luna yang sedang membuat susu hangat di dapur sedikit terkejut mendengar teriakan dari dalam kamar Dio.

"Kenapa lagi tuh orang aneh," Cibir Luna sambil memutar sendok di gelas susunya.

"Lunaaaaaa." Suaranya kemudian melemah, tapi masih bisa Luna dengar.

"Ahh ... Hangat turun ke perut." Ucap Luna saat menghabiskan langsung satu gelas susu hangat.

Luna mengabaikan panggilan Dio sedari tadi, tapi ketika wanita itu hendak membuka pintu kamarnya tiba tiba ada rasa penasaran yang mendorongnya untuk masuk ke dalam kamar suaminya.

"Dio ..." Panggil Luna melongokan kepalanya masuk ke dalam kamar.

"Lun ..."

Bergegas Luna masuk, karena sangat terdengar jelas Dio memanggil dengan suara lemah nya.

"Yaampun Dio ... "

"Lun, aku jijik ... "

Dio memuntahkan semua isi perutnya di lantai kamarnya.

Luna menutup mulut dengan kedua tangannya, "Kk-kamu muntah? Kenapa? Masuk angin? Gak enak badan?" Ucap Luna yang naik ke ranjang tempat Dio berbaring.

"Yaampun, badan kamu panas Dio." Luna merasakan suhu panas di kening Dio dengan tangannya.

Luna melihat jam dinding menunjukan pukul 22.00 malam, wanita itu memutuskan untuk merawat Dio sebisanya sampai pagi menjelang.

Luna membuat air jahe, agar perut mual Dio terasa nyaman.

Setelah itu dengan telaten Luna membersihkan muntahan Dio yang ada di lantai kamar nya, karena pada saat merasa mual Dio tidak sanggup berjalan.

Dio memperhatikan Luna seperti tidak ada rasa jijik saat membersihkan lantai, padahal Dio pun mual melihat muntahannya sendiri.

"Maaf repotin kamu Lun." Ucap Dio lemah.

"Udah kewajiban aku." Ucap Luna sambil terus bolak balik mengganti kain yang bersih, agar tidak meninggalkan bau di lantai.

Luna menempelkan kain yang di celupkan air hangat untuk kompres di kening Dio.

"Kamu masuk angin nih Dio. Mau di pijit?"

"Gak usah, aku mau tidur. Kamu bisa keluar sekarang."

"Tttapi kamu masih demam, gak apa apa aku tungguin kamu aja, sampe demam kamu turun."

"Engga Luna, udah lah tinggalin aku aja." Ucap Dio keras kepala.

Dio merasa pertahanan dirinya sudah mulai lemah dihadapan Luna, pria itu masih merasa seperti menyakiti Mauryn, bila mencintai wanita lain, walaupun status Luna sebagai istrinya saat ini. Maka dari itu Dio sudah mulai ketus pada Luna, tujuannya agar Luna menjauh dari Dio.

Luna berjalan menuju pintu kamar untu keluar, wanita itu sedikit bingung ... Kenapa Dio bersikap baik sesaat, lalu tiba-tiba berubah menjadi cuek lagi.

Huh! Gak tau terimakasih banget. Oceh Luna.