Saat sedang menata hati karena pengkhianatan Harsa Mahendra -- kekasihnya dengan Citra -- adik tirinya. Dara Larasati dihadapi dengan kenyataan kalau Bunda akan menikah dengan Papa Harsa, artinya mereka akan menjadi saudara dan mengingat perselingkuhan Harsa dan Citra setiap bertemu dengan mereka. Kini, Dara harus berurusan dengan Pandu Aji, putra kedua keluarga Mahendra.
Perjuangan Dara karena bukan hanya kehidupannya yang direnggut oleh Citra, bahkan cintanya pun harus rela ia lepas. Namun, untuk yang satu ini ia tidak akan menyerah.
“Cinta tak harus kamu.” Dara Larasati
“Pernyataan itu hanya untuk Harsa. Bagiku cinta itu ya … kamu.” Pandu Aji Mahendra.
=====
Follow Ig : dtyas_dtyas
Saran : jangan menempuk bab untuk baca y 😘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CTHK 7 ~ Orang Yang Salah
“Rasakan ini, walaupun aku harus dipecat paling tidak aku puas karena sudah membalaskan mulutmu yang pedas,” ujar Dara sambil menjambak rambut Pandu. Tangan Pandu berusaha melepaskan cengkraman tangan Dara sambil berteriak tidak jelas.
“Singkirkan tanganmu. Jangan lampiaskan marah dan kecewa karena diselingkuhi padaku, dasar gadis bar-bar. Kalau mau dipuaskan, bisa dengan cara lain.”
“Pria gila.”
Dara menjambak semakin erat, tangan Pandu masih berusaha melepaskan tangan gadis itu. Bukan hanya tidak anggun, Dara bersikap sangat arogan, kasar dan seperti preman. Berbeda dengan perempuan yang sering mendekati Pandu. Gadis ini memang berbeda, cenderung cerdas karena memilih rambut gondrong Pandu untuk menyerang.
Bugh.
Postur tubuh Pandu yang lebih tinggi dan kemampuan bela dirinya, mudah membalik keadaan. Hanya dengan sekali hentak, kini Dara sudah tersungkur ke atas ranjang dan gerak cepat Pandu langsung mengungkungnya.
Seakan bisa membaca gerakan Dara yang akan menendang bagian pusat tubuhnya dengan lutut, pah4 pria itu sudah menekan kedua kaki jenjang Dara.
“Lepaskan aku!” teriak Dara dengan posisi tubuhnya sudah terkunci.
“Ho-ho. Lihat sekarang, siapa yang memohon-mohon.”
Bukan hanya takut karena posisi mereka yang tidak lazim dan bisa saja Pandu khilaf lalu melakukan sesuatu yang akan merugikan Dara, apalagi wajah Pandu tampak menahan amarah juga rambut yang berantakan memperlihatkan betapa garangnya pria itu.
“Bisa-bisanya kamu tarik rambutku, selama ini aku merawatnya dengan baik.”
Apa maksudnya, sekarang dia bilang aku. Padahal tadi masih saya-saya. Sok, dekat. Cuih.
“Kamu yang mulai, aku kesini untuk minta maaf malah jadi begini.”
“Minta maaf? Kamu pikir setelah minta maaf, apa yang sudah kamu lakukan akan aku abaikan. Jangan harap hidupmu baik-baik saja setelah ini,” ancam Pandu lalu beranjak dari tubuh Dara. Kelamaan dengan posisinya, membuat kepala pusing.
Dara pun langsung bangkit dan menjauh.
“Buruk sekali perekrutan karyawan hotel ini. Rambutku dan hidungku pun ….” Pandu menggeram pelan lalu menatap Dara yang berusaha tetap berani, padahal ia sedang memikirkan cara untuk segera keluar dari kamar itu. lompat lewat balkon, sama saja bunuh diri. Sedangkan arah menuju pintu terhalang oleh Pandu.
“Lihat saja, aku akan ubah sistem yang ada dan karyawan seperti kamu siap-siap hengkang.”
“Siapapun akan emosi kalau berhadapan dengan anda yang sangat menyebalkan, sebelum mengatur dapur orang lain sana bercermin.”
“Kamu!”
“Apa?” sentak Dara sambil mengangkat dagunya seakan menantang.
“Benar-benar menantangku. Kita lihat saja nanti, apa kamu masih punya nyali,” sahut Pandu lalu berdecak. “Keluar!” titahnya.
“Siapa juga yang mau lama-lama disini, apalagi ada pria gila dan c4bul,” gumam Dara.
“Hei, apa katamu?”
Dara berlari menuju pintu dan segera keluar, khawatir Pandu mengejar ia memilih tangga darurat dan menunggu lift di lantai berikutnya.
“Selamat tinggal pekerjaan, siap-siap jadi pengangguran,” gumam gadis itu lalu memasuki lift yang terbuka.
***
Malam ini seharusnya Dara kembali lembur shift malam, tapi ia malas untuk datang apalagi besok pagi adalah pernikahan Bundanya. Beralasan sedang tidak sehat menghubungi Leo atasannya langsung. Tidak peduli ocehan yang dia dengar, beruntung hanya lewat panggilan telepon.
“Kalau aku dipecat, dia tidak akan bisa suruh-suruh aku seenak jidatnya. Semoga saja aku bisa sukses dan orang itu jadi bawahanku, tapi mana mungkin. Kecuali aku menikah dengan pemilik Grand Season.”
Dara berteriak kesal dan frustasi, juga mengacak rambutnya.
“Dara, kenapa sial sekali hidupmu. Diselingkuhi, bahkan akan menjadi saudara dengan mantan brengs*k dan sekarang kamu akan jadi pengangguran.”
Ponsel Dara berdering, panggilan dari Kemala. Sudah pasti membicarakan masalah besok. Dara masih malas untuk berdebat, khawatir salah ucap dan menyakiti hati Kemala. Ia pun memilih mengabaikan panggilan dari Kemala dan berniat tidur. Berjanji esok akan datang lebih awal ke lokasi pernikahan Kemala dan Surya.
“Vio,” ucap Dara karena masih kepikiran dengan masalah di hotel. berharap ada hal yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kesalahannya.
“Apa,” ujar Vio di ujung sana. “Gue lagi kerja.”
“Ck, sombong amat. Aku atasan kamu, khawatir kamu lupa. Vio, cek tamu yang menempati kamar 2807,” titah Dara.
“Kenapa nggak lo aja yang cek sendiri, bisa masuk ke sistem ‘kan?”
“Lagi malas, udah dah, jangan membantah.”
“Siap-siap dipecat, lagian pake bertingkah. Kalau mau marah harusnya lo lampiaskan sama mantan dan adik tiri lo bukan tamu hotel.”
Lagi-lagi Dara berdecak. “Jangan cemarah, cepat cari tahu dan kabari gue. Segera!”
Tidak sampai lima menit, ada pesan masuk dari Vio.
[Pandu Aji. Lo salah mencari lawan, dia tamu VIP hotel bahkan member eksekutif]
“Aaa.” Dara kembali berteriak dan mengacak rambutnya yang sudah mirip … singa. Vio benar, dia berurusan dengan orang yang salah.
bener 2 meresahkanb dara fdan pandu
terbucin bucinlah kamu..
pegalan katacdisetiap kalimatmya teratur dan ini udah penulis profeaional banget , aku suka npvel seperti ini simple yo the point dan tak bertele tele..aku suka🥰🥰💪