Oh My Baby!

Anton benar-benar tidak percaya bahwa Danira melakukan semua ini. Dalam kurung waktu seminggu, Anton dihantam habis-habisan oleh cobaan dalam hidupnya.

Kemarin hingga saat ini pun perusahaannya masih krisis, yang lebih parahnya lagi Danira menggugatnya di pengalian atas pembatalan pernikahan mereka.

"Katakan apa maksud semua ini, Danira?" pertanyaan tentang sambil memegang berkas gugatan perceraian mereka berdua.

Danira yang masih membereskan barang-barang yang di kamar Mereka pun ikut menanggapi dari pertanyaan Anton.

"Aku rasa tidak perlu menjelaskannya lagi karena aku yakin kamu sudah membacanya. Di sana sudah tertera dengan jelas bukan?" jawabnya dengan begitu santai.

"Aku tahu ini dan aku sudah membacanya. Tapi yang menjadi permasalahannya saat ini apa maksud kamu menggugatku dengan perceraian ini? kamu tahu sendiri bukan mawar kita tidak mungkin bercerai!"

"Apanya yang tidak mungkin? jika hanya untuk mengurus semua surat-suratnya ke Vatikan aku bisa. Aku benar-benar sangat bisa dan aku mampu untuk melakukan semua itu. Lalu apalagi yang menjadi masalahnya? aku sudah tidak sanggup dengan pernikahan ini dan menurutku pernikahan ini toxic. Aku tidak akan menyia-nyiakan setengah hidupku lagi hanya untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak benar ini. Aku ingin bebas dari pernikahan ini dan aku juga sudah meminta izin kepada makam ibu dan juga ayahmu, bahwa aku akan meminta cerai dari anak mereka." jelas Danira lagi.

Dia benar-benar sudah membulatkan tekadnya untuk berpisah dari Anton. Karena menurutnya jika dipertahankan pun itu akan percuma saja. Itu hanya akan membuang-buang waktunya, dan dia tidak ingin setengah hidupnya yang masih tersisa dihabiskan dalam kehidupan yang tidak pasti.

Anton mengusap wajahnya dengan kasar setelah mendengar penjelasan dari Danira, yang sudah memantapkan hatinya untuk bercerai.

"Tidak! aku tidak akan pernah mau bercerai dari kamu. Kita tidak akan pernah bercerai, Danira. Aku pastikan itu!" ucap Anton penuh dengan ancaman.

Sementara Danira sendiri dia tidak takut dengan semua itu. Dia benar-benar sudah memantapkan hatinya, bahwa dia akan bercerai dari Anton.

"Kita lihat saja nanti. Aku akan membawa bukti-bukti dari perselingkuhan kamu dan aku akan tunjukkan semua itu pada hakim. Jika kamu bisa melakukan hal itu kenapa aku tidak? karena aku memiliki bukti nyata atas perselingkuhan kamu." ujar Danira.

"Astaga, perselingkuhan apa Danira?" tanya Anton dengan frustrasi.

"Sudah aku katakan bahwa aku tidak pernah selingkuh. Aku dengan Ratih tidak memiliki hubungan apapun. Kami tidak akan pernah bersatu sampai kapanpun, Danira." Anton benar-benar sangat frustrasi saat ini.

Banyak hal yang terjadi dalam hidupnya dan kini istri yang selama ini menemaninya, malah minta cerai darinya dan ingin mengakhiri hubungan rumah tangga mereka. Lalu apalagi yang bisa dilakukan setalah ini.

Perusahaan yang dia bangun selama ini berada di ujung tanduk. Keluarganya berantakan, putrinya begitu sangat membencinya dan kini, Danira juga menggugatnya.

Di saat mereka sedang berdebat, ponselnya tiba-tiba berdering dan itu panggilan masuk dari asisten pribadinya.

"Ya, ada apa Romi?" tanya Anton ketika asisten pribadinya menghubungi.

Romi sendiri bingung bagaimana cara menjelaskan hal ini pada Anton, bahwa beberapa waktu terakhir ini perusahaan mereka semakin anjlok. Saham semakin turun dan mereka kehilangan begitu banyak dana.

"Romi, katakan ada apa. Jangan membuatku merasa khawatir seperti ini." ucapnya sekali lagi karena dia penasaran dengan apa yang akan Romi sampaikan padanya.

"Begini, Pak. Saya ingin menyampaikan bahwa terhitung beberapa waktu terakhir ini, saham semakin turun dan kita kehilangan begitu banyak dana. Para investor menarik saham mereka dari perusahaan kita. Bahkan mereka juga mengatakan bahwa perusahaan ini tidak akan tertolong lagi. Kita hampir bangkrut, pak dan-"

"Tidak! saya akan datang dengan saya yang akan menangani semua ini. Kamu pastikan saja bahwa pemegang saham tidak akan pergi dari perusahaan sebelum saya datang. Saya akan meyakinkan pada mereka untuk tetap berada di sisi kita karena Saya yakin, jika saya bisa melakukannya. Perusahaan masih bisa diselamatkan." ucap Anton yang langsung pergi meninggalkan Danira begitu saja.

Padahal pembicaraan mereka belum selesai. Tapi, Anton malah sudah pergi begitu saja. Danira yang melihat Anton terburu-buru seperti itu merasa khawatir dengan keadaannya.

Walau dia merasa sakit atas perbuatan laki-laki itu selama ini padanya, tapi tetap saja masih ada rasa sayang di hatinya. Dia tidak setega itu untuk mengabaikannya begitu saja. Apalagi saat mendengar bahwa perusahaan di ambang kebangkrutan. "Astaga, sebenarnya apa ini? kenapa tiba-tiba perusahaan bisa bangkrut?" gumam Danira setelah melihat Anton yang pergi terburu-buru.

Mengetahui apa yang terjadi pada Anton saat ini membuat seseorang yang menjadi dalang di balik bangkrutnya perusahaan Pratama group, terus saja tersenyum saat mengetahui targetnya mulai goyang dan hampir tumbang.

"Bangsat, lu bener-bener kelewatan. Lu nggak kasihan apa?" tanya Dodi pada temannya.

Dia baru mengetahui dari Bisma bahwa Pratama grup habis-habisan dihancurkan oleh Levis, hanya karena pemilik Pratama grup tidak memberikan kasih sayang yang setara pada putrinya.

"Kenapa gue harus kasihan? bilang sama gue dari segi apa gue harus kasihan sama dia. Lu nggak tahu gimana hancurnya hidup putrinya, ya nggak pernah dapat perhatian dari orang tuanya. Bahkan lu nggak tahu, kalau Rara itu memendam semuanya sendirian. Gue udah coba tawarin aja untuk pergi ke psikolog, tapi dia nolak dengan alasan bahwa dia itu nggak gila. Gue jadi heran, apa orang-orang yang pergi ke psikolog itu orang gila? Gue rasa ngak!" jawab Levis karena dia masih memikirkan keadaan Rara hingga saat ini.

Bahkan sejak pembicaraan mereka kemarin, mereka tidak lagi bicara dan tidak lagi bertemu. Rara kembali membatasi dirinya, karena hal itu.

"Udah sejauh ini lu sayang sama dia? kenapa nggak lu nikahin aja sih? lu nggak kepengen nikah apa?" tanya Bisma yang merasa penasaran sebenarnya sejauh apa perasaan Levis terhadap gadis itu.

Levis langsung terdiam ketika mendengar pertanyaan dari Bisma yang menyuarakan tentang sebuah pernikahan.

Oh no!

Levis memiliki trauma tersendiri terhadap yang namanya pernikahan. Sejak apa yang terjadi dalam hidupnya dia tidak pernah percaya dengan yang namanya pernikahan. Bahkan dia berpikir bahwa dia tidak perlu menikah dengan wanita manapun karena itu akan membuat hidupnya sengsara. Dia tidak ingin ada anak-anak yang tidak bersalah dari sebuah ikatan pernikahan yang akan menanggung dosa-dosa orang tuanya.

"Lu sendiri masih trauma sama masa lalu, tapi dengan mudahnya lu nyuruh cewek lu buat pergi ke psikolog. Gue saranin lu pergi berdua deh, kalian ceritain tuh masing-masing apa yang kalian Pendem selama ini. Takutnya meledak, buyar. Jadi mendingan kalian berdua konsultasi. Itung-itung curhat, atau mau pergi ke tempat Denny Sumargo aja? Cocok tuh buat curhat. Kan nanti viral." sambung Bisma yang membuat Levis langsung menatap tajam ke arahnya.

***