Berawal dari hadirnya Raya dalam kehidupan Andini dan Rido ( Suami Andini). Kehadiran Raya membuat Rido kelap mata. Rido yang awalnya setia pada isterinya itu, Berbelok arah dengan kehadiran Raya.
"Akankah hubungan rumah tangga Andini dan Rido utuh dengan kehadiran orang ketiga!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon christinsenia seranica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7
Raya yang selalu mengurusi kedua puteri Rido itu diluar jam kerjanya, Lama-lama Membuat Rido semakin dekat dengan Raya.Hingga hubungan keduanya terjalin semakin erat saja, Hingga keduanya lupa batasan mereka. Suatu ketika, Raya baru sadar kalau dirinya tak pernah haid selama satu bulan.
Menyadari akan hal itu, Raya pun segera melakukan pengecekan kehamilan. Benar saja di tespack yang digunakan Raya itu terlihat dua garis merah dengan jelas.
Raya yang menyadari hal itu tampak panik, Wanita yang memiliki postur tubuh putih tinggi itu langsung menghubungi Rido untuk meminta pertanggungjawabannya.
"Mas, Lihat ini!" Raya tampak menunjukkan tespack yang digunakannya untuk mengecek kehamilannya.
"Ini kan alat pengecek kehamilan, Kamu hamil Ray!" Wajah Rido tampak berbinar-binar melihat hasil di tespack tersebut.
"Iya mas, Aku mau kita segera menikah! Aku enggak mau anak ini lahir tanpa sosok seorang ayah!" Ucap Raya.
"Iya Ray, Aku pasti akan segera menikahimu! Tapi kita nikah diam-diam dulu, Enggak apa-apa kan!" Ucap Rido
"Enggak apa-apa, Yang terpenting kamu nikahi aku!"
"Oh iya Ray, Aku punya kejutan untukmu!"
"Kejutan apa itu mas?"
"Kamu ikut aku ke suatu tempat!"
Setelah itu, Rido pun tampak mengajak Raya menuju ke suatu tempat. Sepanjang perjalanan menuju tempat itu, Raya tampak penasaran.
"Mas mau ajak aku kemana?" Tanya Raya.
"Kalau aku kasih tahu sekarang, Bukan surpise namanya!"
"Mas ini, Penuh dengan kejutan!"
Beberapa saat kemudian, Mereka telah sampai di tempat tujuan. Sesampainya disana, Rido tampak turun dari mobilnya kemudian langsung membuka gerbang sebuah perumahan yang tampak besar dan mewah.
Raya yang melihat perumahan itu, Tampak terkagum-kagum melihat rumah yang begitu besar dan mewah yang ada dihadapannya itu.
"Ini rumah siapa mas?"
"Ini rumah kamu sayang, Ini hadiah untukmu!" Ucap Rido.
"Benarkah itu sayang, Makasih ya sayang!"
"Kamu memang pantas mendapatkan rumah ini! Apalagi sekarang kamu mengandung anakku!" Ucap Rido.
"Mas, Aku sudah enggak sabar menempati rumah ini!"
"Kamu bisa tempati rumah ini sekarang!"
"Ya sudah mas, Kamu temani aku ambil barang dirumah!"
"Iya sayang,"
Setelah itu, Mereka pun tampak kembali ke rumah utama Rido untuk mengambil barang-barangnya dirumah Rido.
Sesampainya dirumah utama itu, Raya langsung bergegas menuju kamarnya untuk membereskan barang-barangnya.
Sementara itu, Andini yang melihat Raya tampak membereskan barang-barangnya langsung mendekat ke arah Raya.
"Ray, Elu mau kemana? Kok semua barang elu dimasukkan dalam koper!" Ucap Andini.
"Gue kebetulan dapat rumah dari kantor Le, Jadi gue akan tinggal disana!" Dusta Raya
"Yah....Kalau elu keluar dari sini, Siapa yang kan bantu gue mengurusi si kembar!"
"Meski gue pindah dari sini, Gue pasti sering-sering main kesini untuk menengok si kembar! Gue pasti akan kangen sekali sama si kembar!" Ucap Raya
"Ray, Gue mau tanya sesuatu boleh enggak?"
"Boleh dong, Emang mau tanya apa?"
"Gue pernah buat elu tersinggung ya sampai elu mau keluar dari sini!"
"Astaga.....Kok elu berpikir seperti itu Din, Elu malah baik banget. Gue enggak enak kan numpang sama elu terus!" Ucap Raya
"Gue tahu Ray, Elu orangnya mandiri! Oh iya, Gue boleh antar elu ke rumah baru enggak!" Ujar Andini.
"Besok-besok aja elu main-main kesana, Kan gue belum beres-beres disana masih kotor!" Raya tampak mencari alasan.
"Kan gue bisa bantu elu beres-beres Ray disana!"
"Gue enggak mau merepotkan elu, Apalagi elu lagi banyak tugas kuliah kan!"
"Iya juga sih Ray, Ya sudah gue kesana kapan-kapan saja!"
Seusai Raya membereskan barang-barangnya, Wanita itu tampak berpamitan pada Andini lalu berangkat menuju rumah barunya.
Setelah Raya keluar dari rumah itu, Andini langsung mencarikan pengasuh untuk untuk si kembar. Setelah mencari pengasuh di beberapa tempat, Akhirnya Andini menemukan pengasuh yang tepat untuk kedua putrinya itu.
Berbeda dengan Andini yang tengah mencari pengasuh untuk kedua putrinya, Sementara Raya terlihat sedang sibuk beres-beres dirumah barunya.
Ketika Raya tampak membereskan rumah besar itu, Rido tiba-tiba datang kesana.
"Sayang Kamu kan lagi hamil, Enggak baik kerja begitu!" Ucap Rido.
"Tapi kan sayang rumah ini kotor banyak debunya, Jadi aku bersihkan!"
"Mulai sekarang kamu enggak perlu lagi beres-beres rumah, Kamu tinggal duduk diam saja!" Perintah Rido.
"Terus siapa yang akan bereskan debu ini!"
"Aku sudah menyewa asisten rumah tangga, Sebentar lagi dia kan kesini!"
Ketika Rido dan Raya tampak mengobrol disana, Tiba-tiba terdengar bunyi suara bel dari arah luar rumah. Rido yang mendengar itu langsung membukakan pintu rumah tersebut.
"Kamu bi Inah, Asisten rumah tangga yang sudahku pesan itu!" Ucap Rido
"Iya tuan, Saya bi Inah!"
"Silahkan masuk, Hari ini kamu sudah bisa mulai bekerja!"
"Baik tuan,"
Setelah itu, Bi inah pun langsung mulai bekerja dirumah tersebut. Sementara itu, Raya dan Rido terlihat sedang mengobrol di kamar mereka.
"Sayang, Kapan kamu akan menikahiku!" Ucap Raya.
"Kita menikah minggu depan, Nanti saya minta tolong Bima untuk mempersiapkan segalanya!"
"Aku enggak sabar menunggu hari itu!"
"Oh iya sayang, Mulai sekarang kamu enggak usah kerja lagi!"
"Loh kenapa sayang kalau aku bekerja!"
"Kamu enggak perlu capek bekerja, Mulai sekarang sampai seterusnya aku yang akan menanggung segala kebutuhan hidupmu!" Jelas Rido
"Ya sudah deh sayang, Aku ikut kamu aja!"
"Ya sudah sayang, Aku kembali ke kantor dulu ya! Masih ada kerjaan disana!" Ucap Rido.
"Tapi nanti kamu pulang kesini kan!" Ujar Raya.
"Iya sayang,"
Setelah itu, Rido tampak kembali ke kantornya untuk melanjutkan pekerjaannya yang belum selesai.
Sesampainya Rido dikantor, Pria berkaca mata itu langsung menemui Bima disana.
"Bim, Gue ada kerjaan tambahan untuk elu!"
"Kerja apa?"
"Tolong elu urus persiapan pernikahan gue sama Raya!"
Ucapan Rido itu seketika membuat Bima tampak terdiam seribu bahasa. Bima benar-benar tak menyangka jika rekan kerja sekaligus sepupunya itu tega menghianati isterinya.
Sementara itu, Rido yang melihat Bima tampak diam langsung membuyarkan lamunan Bima.
"Bim, Elu dengar enggak sih perintah gue!"
"Iya gue dengar, Tapi gue heran deh sama elu!"
"Heran kenapa?"
"Elu pernah berpikir enggak kalau perbuatan elu ini akan melukai hati Andini!"
"Wajar lah gue begini! Andini itu lebih banyak waktu diluar dari pada dirumah untuk mengurusi gue sama anak-anak!"
"Wajar elu bilang, Elu benar-benar enggak punya otak atau bagaimana sih!"
"Elu mau ceramah , Atau mau menuruti perintah gue!"
"Iya, Gue akan lakukan apa yang elu perintahkan!"
************
Ditempat yang berbeda, Terlihat Andini tengah bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Seusai Andini bersiap-siap, Sebelum berangkat kuliah tak lupa wanita cantik itu untuk mencium pipi tembem kedua putrinya itu.
"Mama berangkat dulu ya sayang! Kalian sama bi Asih dulu!" Ucap Andini pada kedua putrinya yanh semakin hari semakin berisi itu.
Ketika wanita cantik dengan lesung dipipi itu tampak berjalan menuju garasi untuk mengambil mobilnya disana, Tiba-tiba terlihat seorang wanita muda berdiri di dekat garasi mobilnya. Melihat itu, Andini mendekat ke arah wanita itu.
"Kamu baby sitter yang aku pesan itu!" Tebak Andini.
"Iya bu, Nama saya Rina! Saya ditugaskan untuk mengasuh bayi dirumah ini!" Ucap baby sitter itu.
"Ya sudah, Kamu masuk aja ke dalam! Anak-anak saya ada didalam!" Ucap Andini.
"Baik bu,"
Seusai Andini berbincang dengan pengasuh itu, Wanita cantik itu pun langsung berangkat ke kampusnya. Namun di perjalananan menuju kampus, Tiba-tiba Andini merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya.
"Kenapa tiba-tiba hati gue terasa sakit dan sesak! Perasaan apa ini!" Andini tampak bingung dengan perasaannya itu.
Wanita cantik itu berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan perasaannya itu. Dengan cepat, Andini pun tampak mengemudikan mobilnya menuju kampus.
Meski Andini berusaha untuk menepis perasaan yang dirasakannya itu, Namun seolah perasaan itu tak mau menghilang dalam dirinya.