Andini Cinta Yang Memudar

Andini Cinta Yang Memudar

1

Hari itu Andini Prasasti tampak sedang merayakan hari ulang tahun pernikahannya dengan sang suami Rido Kusumadinata.

"Sayang, Aku berharap di hari jadi pernikahan kita yang ke 10 tahun ini, Kita akan diberikan lagi kepercayaan untuk memiliki seorang anak lagi!" Terdengar harapan dari Rido Kusumadinata.

"Sayang, Si kembar kan masih kecil! Kok mau tambah anak lagi sih!" Ucap Andini.

"Iya dong sayang, Meski anak kita kembar tapi kan kita belum punya anak laki-laki! Keluarga ini butuh penerus!" Kata Rido.

"Iya deh sayang, Semoga nanti aku bisa memberikanmu seorang putra!"

"Terima kasih ya sayang!"

Setelah itu, Keduanya tampak menikmati malam perayaan hari anniversary mereka. Ketika keduanya tampak menikmati malam itu, Tiba-tiba ponsel Rido berdering. Awalnya, Pria yang selalu menggunakan kaca mata itu enggan untuk mengangkatnya, Karena ia merasa panggilan di ponselnya itu sangat mengganggu keromantisannya dengan sang isteri. Namun, Ponsel Rido itu terus menerus berdering sehingga pada akhirnya Rido pun terpaksa mengangkatnya.

"Halo Bima, Ada apa? Elu gangguin gue aja!" Gerutu Rido pada sepupu sekaligus rekan kerjanya itu.

"Ya maaf, Kan gue menghubungi elu juga karena ada hal penting yang mau dibahas!" Terdengar ucapan Bima dari seberang sana.

"Enggak bisa besok apa dibahasnya!"

"Enggak bisa brow, Ini penting!"

"Ya sudah, Bicara sekarang!"

"Kita harus berangkat ke Denpasar besok pagi, Ada proyek yang bermasalah disana!" Jelas Bima.

"Ya sudah, Besok kita ketemu!"

Bima belum selesai berbicara, Tetapi Rido langsung menutup panggilannya begitu saja. Seusai Rido berbicara dengan Bima lewat telepon, Pria berkacamata itu melanjutkan malam romantisnya bersama sang isteri.

"Maaf ya sayang, Malam kita jadi terganggu!" Ucap Rido pada isterinya itu.

"Enggak apa-apa mas, Kalau itu menyangkut perusahaan!" Ucap Andini.

Setelah itu, Mereka pun tampak melanjutkan keromantisnya dengan pergulatan panas di atas ranjang.

*******

Keesokan paginya, Terlihat Bima telah menunggu dibawah. Beberapa lama Bima menunggu disana, Sang pemilik rumah tak terlihat keluar juga, Sehingga Bima pun masuk ke dalam lalu berjalan menuju kamar Rido dibagian atas.

Dor.........dor....." Bima tampak menggedor pintu kamar pengantin baru itu. Sementara Rido yang mendengar pintunya digedor itu tampak kesal.

"Siapa sih yang gedor-gedor pintu sepagi ini!" Ucap Rido dengan raut wajah yang tampak kesal.

Akhirnya, Rido pun tampak berjalan ke arah dekat pintu kemudian langsung membukakan pintu tersebut.

"Elu apa-apaan sih Bim, Masih pagi udah buat keributan aja!" Rido mendengkus kesal.

"Elu sih, Gue beberapa jam nunggu dibawah tapi enggak muncul juga! Makanya gue samperin elu kesini!" Ucap Bima.

"Emang ada apa tumben elu kesini pagi-pagi!" Ucap Rido dengan santainya.

"Elu amnesia atau pura-pura lupa sih Do! Kita pagi ini ada jam terbang ke denpasar! Padahal gue sudah ingetin elu semalam!" Oceh Bima dengan panjang lebar.

"Gue lupa Bim, Maklum gue kan punya isteri jadi elu mengertilah!" Ucap Rido seraya cengar cengir.

"Gue tahu elu punya isteri, Ya sudah elu cepatan siap-siap gue tunggu dibawah!"

Setelah itu, Bima pun turun kebawah untuk menunggu bosnya itu di bawah. Sementara Rido, Terlihat manja-manjaan dulu dengan isterinya itu sebelum berangkat.

"Sayang, Aku sebenarnya malas kesana! Aku enggak mau jauh-jauh dari kamu meski sebentar!" Ucap Rido yang tampak berlebihan.

"Sayang, Kamu kan disana hanya sebentar. Enggak usah berlebihan deh!"

"Tapi sayang, Aku malas disana sama orang resek kayak Bima itu!"

"Enggak usah begitu deh mas, Mending sekarang mas cepatan berangkat! Kasihan mas Bima menunggu dibawah!" Ucap Andini.

"Ya sudah deh, Mas berangkat dulu ya!"

"Hati-hati ya mas, Jangan lupa kabari aku kalau sudah sampai sana!"

Setelah itu, Rido langsung berangkat menuju bandara bersama Bima. Pak Asep selaku supir pribadi Rido, Telah standby di dalam mobil untuk mengantarkan keduanya menuju bandara.

Sepanjang perjalanan menuju bandara, Rido tampak terdiam. Sementara Bima tampak sibuk mendengarkan musik lewat sebuah benda yang terpasang di telinganya.

Beberapa saat kemudian, Keduanya telah sampai di depan halaman bandara yang ada di ibu kota Jakarta. Sesampainya disana, Mereka tampak turun dari mobil tersebut, Lalu berjalan ke arah dalam bandara itu.

Sesampainya di dalam bandara, Mereka tampak menunggu keberangkatan pesawat yang akan mereka gunakan menuju Denpasar.

Ketika mereka tampak sibuk menunggu disana, Terlihat seorang wanita yang tiba-tiba duduk di samping tempat duduk Rido.

"Saya boleh duduk disini pak!" Ucap wanita itu.

"Iya, Silahkan!"

Beberapa saat kemudian, Terlihat wanita yang duduk disebelah Rido itu berjalan menghampiri seorang pria paruh baya. Rido yang melihat hal tersebut tampak geleng-geleng kepala.

"Brow, Elu kenapa geleng-geleng kepala begitu!" Ucap Bima yang melihat kelakuan sepupunya itu.

"Lihat tuh, Cantik-cantik begitu tapi seleranya kakek-kakek!" Beri tahu Rido.

"Enggak boleh begitu brow, Elu juga suatu saat bakalan tua juga!"

"Gue enggak menghina kakek itu, Tapi sayang saja wanita cantik itu!"

"Jangan.....jangan.....elu tertarik lagi sama wanita itu!"

"Ya enggaklah Bim, Gue masih punya isteri dirumah!"

"Kirain, Elu niat mau nambah isteri!"

"Elu benar-benar ya kalau bicara, Asal nyerocos aja!"

Ketika keduanya tampak asik berdebat disana, Tanpa sadar pesawat yang mereka tumpangi akan segera berangkat. Mendengar pemberitahuan pesawat akan segera berangkat, Keduanya tampak bergegas naik ke pesawat tersebut.

"Ini semua gara-gara elu, Hampir saja kita ketinggalan pesawat!" Gerutu Rido.

"Kok gara-gara gue sih, Padahal elu yang ngajak ribut!"

Selang beberapa saat kemudian, Pesawat yang mereka tumpangi akhirnya lepas landas di udara.

Sementara itu, Ditempat yang berbeda terlihat Andini tengah berbincang-bincang dengan Evi yang merupakan sahabat dekatnya di kampus.

"Din, Kalau elu lagi kuliah terus si kembar sama siapa?" Tanya Evi pada sahabatnya itu

"Untuk sementara si kembar gue titip sama bi Asih dulu!"Beri tahu Andini.

"Tapi kan Din, Bi asih itu sudah tua! Apa sanggup jagain si kembar!" Ucap Evi

"Maka dari itu Vi, Gue mau cari pengasuh untuk si kembar!"

"Ya sudah deh, Nanti gue bantu cari pengasuh untuk elu!"

"Makasih ya Vi, Elu mau repot-repot cari pengasuh untuk si kembar!"

Ketika keduanya tengah asik mengobrol disana, Tiba-tiba perut Evi berbunyi.

"Krok.....krok....." Terdengar bunyi perut Evi.

Mendengar bunyi itu, Andini tampak menatap ke arah sahabatnya itu.

"Elu lapar Vi?" Tanya Andini

"Iya, Gue lapar!"

"Ya sudah, Kita ke kantin yuk!"

"Ayuk,"

Setelah itu Andini dan Evi tampak berjalan menuju kantin yang ada dikampusnya itu. Sesampainya di kantin, Keduanya tampak memesan makanan disana.

Ketika Andini tampak memesan makanan disana, Tiba-tiba terlihat seorang wanita menghampiri Alea disana.

"Elu Andini kan, Teman sekolah gue dulu!" Ucap wanita itu.

"Iya gue Alea, Kalau enggak salah elu Risti kan teman kuliah S1 aku dulu!" Ucap Andini.

"Elu kuliah disini juga Le!" Ucap wanita bernama Risti itu.

"Iya kebetulan gue melanjutkan kuliah disini!"

"Berarti kampus kita samaan dong, Oh iya elu ambil jurusan apa disini?" Tanya Risti.

"Aku ambil ilmu komunikasi,"

"Jurusan kita sama ternyata, Tapi kok tadi gue enggak lihat kamu dikelas sih!"

"Tadi gue masuk kok, Gue  duduk paling depan!"

"Pantasan enggak kelihatan, Gue duduk paling belakang!"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!