NovelToon NovelToon
Dewa Setan Perbatasan Utara

Dewa Setan Perbatasan Utara

Status: tamat
Genre:Tamat / Raja Tentara/Dewa Perang / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:37.1k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Muda, tampan, kaya, tidak berguna! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Huan Wenzhao. Namun…

Siapa sebenarnya Huan Wenzhao tak ada yang tahu.

Mau tahu identitas lain Huan Wenzhao?

Ikuti kisahnya di sini!
Hanya di: Noveltoon/Mangatoon.

~Selamat membaca~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode⁷

Hari masih gelap ketika Lu Binghe---pelayan pribadi Huan Wenzhao memasuki kamar Huan Wenzhao.

Setelah bertahun-tahun mengabdi sebagai pelayan pribadinya, Lu Binghe sudah cukup hafal kebiasaan tuan mudanya di pagi hari. Bangun sebelum terang, dan beraktivitas tanpa sepengetahuan semua orang.

Ketika tiba saatnya semua orang harus sibuk, ia justru kembali ke kamarnya dan berleha-leha.

Jadi semua kebutuhannya harus dilayani secara sembunyi-sembunyi.

Selain Lu Binghe dan An Zuya, tidak ada yang tahu rahasia Huan Wenzhao kecuali ayahnya dan seorang pembawa pesan. Satu orang lagi, guru Huan Wenzhao yang keberadaannya selalu menjadi misteri.

“Zuya?” Lu Binghe terkejut setelah berada di kamar Huan Wenzhao.

An Zuya berbaring di tempat tidur tuan mudanya sebagai pengganti. “Baguslah kau sudah bangun,” katanya sambil beranjak dari tempat tidur dan bersiap-siap. “Sekarang sudah saatnya aku pergi menyusul Tuan Muda. Kau berjagalah di sini. Jangan biarkan siapa pun masuk sebelum Tuan Muda kembali!”

“Aku mengerti,” sahut Lu Binghe. “Kau berhati-hatilah!”

“Hmh!” An Zuya mengangguk dan melesat keluar jendela. Lalu menghilang ke dalam kegelapan.

Jauh di kedalaman hutan wilayah kekuasaan iblis…

Huan Wenzhao dan perwira itu terdampar di suatu lembah di kaki gunung yang di atasnya terdapat sebuah gua tempat persembunyian iblis kelelawar.

Perwira itu belum sadarkan diri setelah terlempar dari udara.

Kelelawar yang menculiknya tergolek tak jauh dari tempat mereka jatuh.

Dalam perjalanannya menuju sarang mereka, Huan Wenzhao berhasil menumbangkannya setelah merenggut perwira itu.

Sekarang ia dikepung puluhan kelelawar lainnya!

Ia memantul-mantul di tengah kepungan itu, menyerampang ke sana-kemari seperti sambaran petir.

DUAAAAARRRR!

DUAAAAARRRR!

Ledakan membuncah di sana-sini setiap kali Huan Wenzhao berhasil mendaratkan serangannya yang mematikan.

SLASH!

SLASH!

DUAAAAARRRR!

Serbuan belati melanda seperti cipratan lava.

Sosok Huan Wenzhao terlihat seperti malaikat jurang maut. Melesat, menukik dan menyerampang menarikan tarian kematian.

Dalam kesadaran yang timbul dan tenggelam, perwira itu membuka matanya.

Samar-samar melihat sosok itu di ketinggian di atas kepalanya.

Apa aku sudah mati?

Atau sedang bermimpi?

Perwira itu bertanya-tanya dalam hatinya.

Sosok itu terlihat seperti gagak pemakan bangkai.

Apakah dia manusia?

Ketika semburat jingga matahari membuncah di kaki langit, gerombolan makhluk bersayap itu tersentak dan terpencar. Lalu menghilang ke sudut-sudut gelap.

Iblis kelelawar paling takut pada cahaya matahari.

Jadi Huan Wenzhao memanfaatkan kesempatan itu untuk menghancurkan markas mereka dan memusnahkan seluruh klan.

Kesadaran perwira itu belum benar-benar pulih ketika Huan Wenzhao mendarat tak jauh dari tempatnya.

Ia mencoba melihat wajahnya tapi tetap terasa seperti mimpi.

Bersamaan dengan itu, An Zuya mendarat di belakang Huan Wenzhao. “Tuan—”

“Ssst!” Huan Wenzhao menyela dengan isyarat peringatan. Ia mengerling ke arah perwira yang tergolek itu untuk mengingatkan An Zuya supaya tidak mengungkap identitasnya.

An Zuya langsung mengerti.

Pemuda itu melesat ke dinding tebing sembari mengayun-ayunkan pisaunya ke sana-kemari, berpindah-pindah tempat dalam sekejap memutari gunung itu hingga terlihat seperti keredap kilat.

Beberapa detik kemudian, sebuah lingkaran cahaya tercipta di permukaan tanah di sekeliling gunung itu seperti cakram transparan bercorak simbol-simbol kuno misterius dengan pola rumit.

Huan Wenzhao, melayang diam di ketinggian seperti proyeksi dewa dengan latar belakang lingkaran cahaya raksasa.

Ia mengacungkan pisaunya di depan wajah dengan satu tangan, sementara tangan lainnya bergerak-gerak di sekitar pisau itu membentuk jurus-jurus dengan jari tengah dan telunjuknya yang menyala seperti obor. Mulutnya komat-kamit membacakan mantra sihir dengan kedua mata terpejam.

Ketika ia membuka matanya, mata itu menyala berwarna emas, pelupuk mata dan ekor matanya mengeluarkan lidah-lidah api. Bersamaan dengan itu, ujung pisaunya menyemburkan api hingga pisau itu berubah menjadi pedang panjang yang menyerupai tiang cahaya.

Ketika Huan Wenzhao mengayunkan pedangnya, An Zuya melesat ke arah perwira yang masih tergolek itu dan membawanya terbang menjauh.

Sejurus kemudian…

DUAAAARRR!

Gunung itu meledak dalam satu tebasan, disusul pekik-jerit ratusan iblis kelelawar yang tersentak dan berhamburan keluar dalam keadaan terbakar.

Perwira itu mengerjap dan terbelalak. Akhirnya benar-benar sadar!

Dengan takjub ia menatap An Zuya dan tergagap-gagap. “Kau yang melakukannya?”

An Zuya tidak menjawab.

“Siapa kau sebenarnya?” Tanya perwira itu.

An Zuya tetap bungkam. Ia menggerak-gerakkan jari tengah dan telunjuknya membentuk pola rumit. Sebuah formasi tranportasi tercipta di atas kepalanya yang dalam sekejap sudah menghisap mereka dan membawanya berpindah tempat.

SLAAAASSSH!

Perwira itu melesat keluar dari lingkaran cahaya berbentuk cakram berwarna biru terang yang mengambang di udara, kemudian terlempar di lantai balkon di depan sejumlah tentara.

“Kapten!” Pekik beberapa orang dengan terkejut.

Perwira itu tercengang tak kalah terkejut. Lalu menoleh ke sana kemari dengan kebingungan. Penolongnya sudah menghilang. Wajah-wajah familer membungkuk di atas kepalanya mengerumuni.

“Kau kembali!”

“Kau selamat!”

Berondong semua orang bersahut-sahutan.

“Di mana Tuan Muda?”

Perwira itu langsung terdiam.

Hu Li Na mengerling ke arah menara dan mengerutkan dahi.

Token Huan Wenzhao sudah menghilang dari pusat kendali.

.

.

.

Di asrama Sekolah Kekaisaran…

“Di mana Tuan Muda?” A Nuo berteriak di depan pintu kamar Huan Wenzhao.

“Ssstt!” Lu Binghe mendesis tajam. “Tuan Muda masih tidur!” Katanya sambil merentangkan kedua tangannya di depan pintu kamar Huan Wenzhao, menghalangi jalan.

“Sudah waktunya ke sekolah!” Hardik A Nuo. “Apanya yang masih tidur? Kenapa kau tidak membangunkannya? Mau bersekongkol merusak nama baik Adipati Agung?”

“Tuan Muda paling tak suka diganggu!” Tukas Lu Binghe. “Aku tak berani membangunkannya!”

“Kau tidak berani?” A Nuo mendongakkan hidungnya dan berkacak pinggang. “Kalau begitu biar aku saja yang membangunkannya! Minggir!”

“Nona!” Sergah salah satu pengawal penjaga beranda. “Tolong jangan mempersulit kami!”

“Jelas-jelas kalian yang mempersulit diri sendiri!” Bantah A Nuo tak mau kalah. “Tak takut dihukum Tuan Besar?”

Gadis ini terlalu impulsif! Pikir Lu Binghe. Takutnya tak bisa menahannya lebih lama. “Baiklah!” Katanya menyerah. “Biar aku saja yang membangunkan Tuan Muda. Nona sarapan saja dengan tenang!” Bujuknya.

“Aku tidak percaya!” A Nuo bersikeras dan menerobos penjagaan.

“Nona—”

BRUAK!

A Nuo berhasil melabrak pintu.

Gawat! Pekik Lu Binghe dalam hatinya.

A Nuo sudah mencapai tempat tidur Huan Wenzhao dan menyingkap selimut. Lalu menjerit dan menghambur keluar.

Lu Binghe dan kedua pengawal penjaga pintu melongok ke dalam.

Huan Wenzhao menyeringai di tempat tidurnya dalam keadaan bertelanjang dada.

Lu Binghe mendesah sembari mengusap dadanya dan tersenyum lega.

“Siapa suruh memaksa masuk kamar Tuan Muda?” Seloroh salah satu pengawal di depan pintu. Pengawal lainnya mendesis tertawa.

.

.

.

Sementara itu di sekolah…

Para pelajar sudah mulai memasuki kelas sambil berbincang-bincang, bergerombol atau berpasangan.

Pangeran Ketujuh bahkan sudah bertengger di tempat duduknya sambil membaca buku. Bergeming seperti patung marmer. Tenggelam dalam kebisuan di tengah hiruk-pikuk semua murid yang berseliweran di sana-sini.

“Kudengar penerus adipati agung… baru masuk ibu kota sudah membuat keributan besar!” Sekelompok pelajar pria berkasak-kusuk di bangku belakang.

“Sangat arogan!”

“Benar!” Seseorang menyela dengan suara tinggi. “Semalam dia merebut kamarku di Xieyuanyuan!”

Rupanya si tamu ekslusif yang didepak keluar tadi malam!

“Yang paling menjengkelkan, dia juga merusak tempat drama! Berani mempermainkan Yu'er dan Mao'er! Dia bersikeras menarik mereka menemaninya.”

“Seharusnya menangkapnya!” Komentar pelajar lainnya. “Beri pelajaran agar dia tahu peraturan di ibu kota.”

“Oiya!” Seseorang menyela dengan suara yang lebih tinggi. “Seharusnya dia datang hari ini!”

“Bagus!” Timpal yang lainnya. “Kalau dia datang kita kerjai dia! Orang ini harus diberi pelajaran!”

“Benar!” Timpal yang lainnya lagi. “Ini ibu kota, bukan perbatasan utara!”

Pangeran ketujuh spontan mengerling ke arah mereka.

“BERISIK SEKALI! MAU JADI APA?” Seseorang tiba-tiba menghardik mereka dengan suara menggelegar.

1
sri lestari
semoga selalu menarik
Maz Tama
kenapa jadi kumpul lagi semua disini/Joyful/
Maz Tama
memang penuh misteri
Maz Tama
uhkk chapter ini serius
Maz Tama
saya suka novel nya Thor orang misterius lanjut thor jangan hiatus
Maz Tama
buaya di kadalin
Maz Tama
/Joyful/lucu nih novel
Maz Tama
menarik Thor mudah-mudahan ga hiatus
Oe Din
Sayang sekali jika tidak lanjut...
Ayo, Thor 💪💪💪💪💪💪💪💪💪
Buang Sengketa
tapi jujur saya pribadi memang gak ngerti ceritanya padahal sudah begitu banyak chapnya
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Baca ulang bab 2
total 1 replies
Eros Heke
Mana ada cerdiknya? Yg ada tolol terus.
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
Eros Heke
Ternyata setelah masalah di Ibukota selesai, mic-nya masih juga bodoh.
Eros Heke
Akhir persaingannya sungguh tidak seru karena campur tangannya Dewa Takdir.
Eros Heke
Dewa takdir sampai harus turun tangan sendiri membuktikan tidak hebat dan tidak becusnya perbatasan Utara dan paviliun jiandie.
Eros Heke
Pangeran benar-benar hebat.
Eros Heke
Jelas sudah, paviliun jiandie tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan para pangeran.
Eros Heke
Dari awal tampaknya perbatasan Utara ini hanya hebat dalam hal menganggap diri hebat.
༄ᴳᵃცʳ𝔦εᒪ࿐: Dateng lagi komentator khusus mencela, abis diblokir nongol lagi akun baru. Dapet duit lu komentarin begini? Nguntungin lu buat penulis? Nulis gak dapet duit aja kudu ribet sama komentator kek lu!
total 1 replies
Eros Heke
para pangerannya luar biasa hebat, mengalahkan orang-orang wilayah Utara yg menganggap diri mereka hebat.
Eros Heke
Mengecewakan. Belum apa-apa sdh mulai keok.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!