NovelToon NovelToon
Maple Blue

Maple Blue

Status: tamat
Genre:Tamat / Kehidupan di Kantor
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: atps0426

Ini adalah kisah lanjutan dari Radio Maple. Pertemuan kembali antara Biru dan Langit setelah sepuluh tahun lamanya. Jadi kalau kalian belum baca Radio Maple, baca dulu ya.

(Bukan untuk anak dibawah Umur, mohon minggir cari yang lain saja ya)

"Aku ingin menunjukkan padamu, jika tidak semua pernikahan berakhir dengan perceraian" ~ Langit.

"Aku ingin dunia tau, kamu adalah laki-laki terbaik diantara yang terbaik. Aku ingin semua wanita cemburu karena perlakuan mu padaku" ~ Biru

"Cinta sejati itu benar-benar ada. Menghabiskan waktu hanya untuk menunggu satu wanita" ~ Dewa

"Mendapatkanmu adalah obsesi terbesar dalam hidupku" ~ Nando

"Jika kau percaya padaku, kau akan menceritakan suka duka mu. Berbagi segala perasaanmu padaku dengan nyaman" ~ Jingga

"Aku tepati janjiku untuk selalu bersamamu hingga tua nanti" ~ Kenzo

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon atps0426, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MB - Pilihan Langit

Mall masih ramai malam itu, karena memang jam masih menunjukkan pukul delapan malam. Biru dan Langit berjalan beriringan menuju bioskop.

"Sayang, ah maksudku Pak Langit, beli popcorn yang besar ya, laper" pinta Biru.

"Hm ..."

Biru membeli popcorn dan minuman lalu menghampiri Langit yang sudah duduk di depan pintu teater. Langkah Biru tiba-tiba terhenti sebab seorang pemuda menghadangnya.

"Hai, mm.. Boleh kenalan tidak?" Tanya pemuda itu.

"Maaf, saya sudah menikah" jawab Biru seperti biasanya. Ia kemudian pergi dan duduk di samping Langit sambil menunggu film mereka dimulai.

Langit tampak sibuk dengan ponselnya, ia bahkan mengabaikan Biru. Meskipun masih menjawab pertanyaan Biru dengan singkat. Gadis itu menggerakkan kedua kakinya karena bosan. Biru masih ingat ketika Langit memarahinya sebab terus bermain ponsel ketika mereka sedang berdua. Tapi kini Langit melakukan hal yang sama, mungkin perasaan itu memang sudah tidak ada.

"Maaf ya Pak, saya terlalu memaksa. Saya janji tidak akan memaksa lagi, maaf saya menyita waktu berharga Pak Langit dengan kencan membosankan ini" tutur Biru.

"Baguslah kalau kamu sadar"

"Pak Langit, ternyata perasaan itu bisa cepat berubah ya. Hm... Kita pulang saja yuk, sepertinya filmnya tidak bagus. Pak Langit pasti sibuk sekali, saya minta maaf, saya nanti bisa pulang sendiri" tutur Biru kemudian pergi menuju tempat duduk yang kosong.

Pemuda itu beranjak dari duduknya kemudian berjalan pergi. Biru masih duduk menunggu hingga filmnya dimulai. Ia menonton film sendirian sambil memakan popcornnya. Ia sedikit menyesal karena memilih film horor, Biru bahkan hampir tak bisa melihatnya.

"Sudah tau takut, masih saja nonton film ini" celetuk Langit yang duduk di samping Biru.

"Kamu? Sejak kapan disini?"

"Sejak filmnya dimulai, udah jangan drama"

Biru melingkarkan tangannya pada lengan Langit, ia benar-benar merasa senang sebab Langit berada disini atas keinginannya sendiri. Gadis itu menikmati popcornnya sambil menonton film dengan samar sebab ia takut membuka matanya lebar-lebar. Langit bisa merasakan detak jantungnya berdebar dengan sangat kencang. Ia menyandarkan kepalanya pada kepala Biru yang ketakutan.

"Uwaah, serem banget filmnya sayang" cetus Biru ketika film telah usai.

"Ayo pulang" ajak Langit.

Gadis itu mengangguk setuju, ia masih menggandeng tangan Langit dan berjalan bersama. Meskipun hanya hari ini, Biru ingin menghabiskan hari bersama dengan Langit sepenuhnya. Sebelum pulang mereka menyempatkan diri membeli roti karena Biru berkata dirinya sangat lapar.

"Langit? Ini beneran Langit gue?" Panggil seseorang dengan riang.

Langit dan Biru menoleh ke asal suara, wanita itu berlari lalu memeluknya dengan erat. Biru sedikit terkejut, ia menatap wanita yang sangat familiar tersebut, Seila.

"Gak berubah deh loe, masih aja ganteng, makin ganteng deh" puji Seila.

"Hm..." dehem Langit lalu mendorong Seila menjauh. Ia melirik ke arah Biru yang sudah selesai membeli lalu mengajaknya pergi ke parkiran.

"Sampai jumpa Langit" teriak Seila.

Biru merasa iri dengan Seila yang begitu berani memeluk Langit. Ia bahkan tak bisa berkata-kata dan malah menangis saat bertemu dengan pemuda itu. Selama perjalanan pulang, Biru hanya diam sambil menikmati rotinya. Ia terus menatap ke jendela samping tanpa mengatakan apapun. Ketika sampai di rumah Biru, gadis itu segera keluar mobil dan berterimakasih pada Langit. Ia masuk kedalam rumahnya dan langsung menuju kamar.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hari berganti....

Biru tengah bermain dengan keponakannya di depan rumah, keduanya terlihat senang sekali terlebih kala anak Argo dan Surya ikut bergabung. Para bocah itu senang sekali ketika melihat ada penjual balon memasuki komplek perumahan mereka.

"Bunda mau balon" pinta Felix.

"Iya, kalian pilih mau yang mana" tawar Biru.

Ketika sedang melihat-lihat balon, sebuah mobil berhenti di depan rumah Argo.

"Om Langiittttt" teriak Agil, putra Argo.

"Haiii, lagi apa keponakan Om?" Tanya Langit begitu ramah. Ia menghampiri Agil lalu menggendongnya.

Biru membayar balon yang di beli para keponakannya kemudian mengajak mereka semua masuk kedalam rumah bersama dengan Langit. Gadis itu mengambil kan piring dan sendok untuk menikmati kue brownies yang Langit bawa untuk mereka semua.

"Bibi kemana?" Tanya Langit.

"Bibi udah gak kerja disini, tiga bulan lalu Bibi bilang ingin menghabiskan masa tuanya di desa" jawab Biru.

"Bunda menangis tanpa henti saat Bibi pulang kampung. Bunda sangat cengeng Om" adu Felix.

Ketiga anak kecil itu tertawa setuju, Biru tak bisa menyembunyikan wajahnya yang merona malu.

"Jingga dan Kenzo?"

"Aahh, kerumah sakit. Jingga sedang hamil, mereka berdua memang ya begitu lah hehehe"

Pemuda itu hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Biru membuatkan jus buah untuk para keponakan mungilnya. Tak lama berselang, Jingga datang seorang diri sebab Kenzo harus pergi kembali ke kantornya. Jingga menyapa Langit yang baru saja ia temui setelah sekian lama mendengar kabarnya kembali.

"Apa Kak Langit datang kemari untuk melamar Kakak?" Ujar Jingga.

"Eh, Jingga jangan mengganggu Langit seperti itu nanti dia tidak mau main kesini lagi. Maaf Lang"

"Oh astaga masih saja bodoh, lalu mau sampai kapan segelnya ditutup? Gue tau Kak Biru juga menginginkannya kan? Oh iya aku dengar dari tetangga, Kak Langit ya yang beli rumah di samping rumah kami? Hm .... Udah siap-siap nih buat masa depan" goda Jingga.

Langit hanya berdehem menyetujui semua perkataan Jingga. Ia tak bisa menyangkal jika memang dirinya membeli rumah itu dan hendak merenovasinya. Biru menatap Langit dengan dahi berkerut, pemuda itu berpamitan pergi hendak ke rumah sang Kakak.

"Kamu sudah punya calon ya Lang? Maksud saya, iya Pak Langit, begini..." ujar Biru bingung menjelaskan situasinya.

"Iya, aku sudah memikirkannya sejak lama, aku sudah memiliki calonnya sejak lama. Aku sudah memutuskan akan menikahinya, jadi aku mempersiapkan semuanya sejak satu tahun yang lalu. Rumah yang ku beli juga hampir selesai renovasinya"

"Oh gitu, selamat ya Lang, maksud saya Pak Langit. Terimakasih untuk semuanya"

"Kau tidak bertanya siapa calonnya? Mungkin kamu mengenalnya"

"Seila ya? Pantas saja dia peluk kamu dan bilang kalau kamu adalah Langitnya. Itu Kak Argo, aku masuk dulu ya Lang" pamit Biru.

Pemuda itu menahan tangan Biru yang hendak masuk kedalam rumah. Ia menarik Biru agar mendekat ke arahnya. Dari kejauhan Argo sudah menggoda keduanya yang terlihat bermesraan di dalam rumah.

"Udah selesai lamarannya? Kan gue belum datang" keluh Argo.

"Belum Kak, calonnya pikir gue mau nikah sama cewek lain"

"Hahaha ayo Biru masuk, kita tunggu Kenzo juga. Istri gue juga masih siap-siap tuh, ingin kelihatan cantik katanya" pinta Argo yang masuk lebih dulu.

Beberapa saat kemudian istri Argo keluar dan berlari menyusul. Ia menyapa Biru dan Langit yang terlihat mesra di depan rumah. Biru menatap Langit dengan bingung, pemuda itu tersenyum tipis seraya mengelus tangan Biru.

"Langit, aku tidak mengerti, jadi apakah aku... Kamu.. Maksud aku, kita apa kamu bermaksud..."

"Ayo masuk"

1
Rinjani Putri
hallo KK author salm knl ijin titip bintang dikaryamu yuk saling follow dan mendukung ya
Efi Ana
wah sahabat yg patut di buang ke laut ini nadin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!