Pernikahan Segudang Luka

*

*

jedar...

terasa tersambar petir di siang hati, kata kata keramat yang amat di takutkan seorang anak, terucap jelas dengan lantangnya, sesak yang iya rasa bahkan air matanya dengan mudah melesat melewati pipi mulus zani, sakit di pipinya tidak sebanding dengan kata yang di ucapkan oleh bundanya itu,

hatinya sakit, terasa disobek sobek serasa ada senjata tajam yang menyayat hatinya ,

seorang ibu yang iya harapkan menjadi pelindung utama bagi anak perempuannya, seorang ayah yang harus nya jadi garda terdepan bagi anak perempuan nya hilang musnah, karna fitnah yang tak pernah iya lakukan, justru dapat meruntuhkan kepercayaan kedua orang yang sangat amat zani harapakan perlindungan nya,

hilang.. bahkan jiwanya seakan meninggalkan raganya begitu saja, apakah mereka tidak melihat, anaknya menangis dalam diam, tanpa suara, bahkan hanya air mata yang dapat menggambarkan betapa sakitnya perasaan nya sekarang,

benar apa kata pamannya, dia hanya pembawa beban, kesialan dalam kehidupan orang tuanya ada didalam diri zani, pikir zani mulai menyalahkan dirinya sendiri,

HP nya berbunyi saja tidak iya hiraukan,

dengan langkah gontai zani mulai melangkahkan kakinya keluar rumah dengan membawa tas yang sebelumnya dia bawa dari rumah suaminya, pikiran ngeblank, tatapan yang kosong, dengan kaki yang terus melangkah, dia tidak tau mau kemana, terserah,

yang dia pikirkan adalah pergi terus mengikuti kakinya melangkah,

beberapa meter dari halaman rumahnya, dia menoleh kebelakang, seakan menunggu ada yang menghentikan langkahnya, tapi tidak ada.. bahkan panggilan pun tidak ada, dia pikir hidupnya sudah selesai, pulang kerumah suaminya pun tidak mungkin, karna takut akan bertemu dengan mertua nya,

tidak ada perlindungan tempat yang biasa menaunginya, menatap lurus kedepan , mungkin sekarang dia akan pergi yang ntah kemana tujuannya, yang pasti jauh dari orang-orang toxic, mau mengabari sahabat nya tidak mungkin, karna dia tidak mau, mereka khawatir padanya,

zani melihat kumpulan tukang ojek, dia meminta salah satu dari mereka untuk mengantarkan nya menuju rumah bibi nya, yang lumayan jauh dari rumah orang tuanya, mungkin sekarang hanya itu tujuan terakhir nya sampai semua kembali kondusif,

setelah mengatakan alamat yang akan dia tuju, motor yang dia tumpangi mulai menuju tempat yang akan jadi tujuan akhirnya,

2 jam perjalanan, tak terasa karna zani melewati setiap perjalanan nya dengan melamun bahkan jika abang ojeg nya tidak menegurnya mungkin dia akan hanyut dalam lamunan,

"neng udah sampai, tapi abang gak tau, alamat rumahnya yang mana" tanya abang ojek,

sedari tadi dia memanggil penumpangnya tapi tidak ada sahutan,

"oh, udah sampe bang,? " tanya zani limbung, sedikit linglung, zani mengedarkan penglihatan nya guna melihat dirinya berada, ternyata benar hanya tinggal beberapa rumah saja iya sudah sampai dirumah bibi, adik dari bundanya,

mengatakan belokan rumah bibinya, akhirnya dia sampai dengan selamat,

setelah membayar dengan jumlah uang 2 lembar berwarna biru, zani turun dan mengembalikan helm, melangkahkan kakinya menuju terasa rumah yang masih asri, terbuat dari papan kayu jati, dinding anyaman, lumayan nyaman itu,

"asalamualaikum" salam zani dari luar rumah,

"wa,alaikumsalam" terdengar sahutan dari dalam, dan keluar lah seorang wanita lebih mudah dari bundanya, dia bibi nany, adik dari bundanya tampak terkejut, kedatangan sang keponakan yang sudah lama tidak mengunjungi rumahnya, tiba-tiba ada didepan pintu rumahnya,

"bibi hikss " seru zani segera memeluk bibinya, dan menangis sejadi-jadinya, air matanya dia tahan runtuh sudah..

*

*

oke guys, terimakasih atas suport nya, dan maaf kalo ada typo, tapi akan selalu diperbaiki kedepan nya, selalu setia , karna di bab ini hidup zani akan semakin ehemm makanya selalu setia, karna setiap hari akan update karna thornya gak ada gawe lagi... hehe see you next bab