Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TENTANG RUMAH
"Apa kamu sudah tidak waras, Kinan? Kamu pikir aku akan datang setelah kamu mengirim foto tidak senonoh seperti tadi? Maaf, aku tidak berminat. Sebagai seorang dosen, seharusnya kamu memiliki sopan-santun."
Bagas mengirimkan pesan balasan itu dengan geram. Bukan munafik, dia memang tidak tertarik sama sekali dengan tawaran yang Kinan berikan. Lagipula foto itu tidak berpengaruh apapun pada dirinya. Berbeda kalau itu yang mengirim Raya. Respon tubuhnya akan berbeda.
Selama ini, Bagas juga bukan penganut hubungan bebas. Keromantisannya bersama Kinan sebatas pelukan, dan ciuman saja. Tidak lebih dari itu. Jelas saja Bagas keberatan ketika Kinan mengirimkan foto itu.
"Kamu jangan munafik deh, Bagas. Dari dulu kamu selalu aja susah kalo aku ajak main. Kenapa, sih? Hal begituan itu umum. Kamu masih saja memegang teguh keyakinan konyol kamu itu. Ayolah, aku tunggu kamu sekarang."
Rahang Bagas mengeras saat membaca pesan dari Kinan. Dia mengira kalau pendidikan mampu mengubah Kinan menjadi wanita yang menjaga kehormatannya, ternyata wanita itu masih sama dengan ketika pertama kali mereka saling mengenal.
Untuk saat ini, Bagas memang belum bisa menentukan siapa yang akan dia pilih, tetapi dia tidak akan mau melakukan hal bodoh. Bagas tidak ingin tergoda dengan bujuk rayu Kinan. Kehidupannya sudah rumit sekarang, dan dia tidak mau hidupnya semakin rumit kalau mengikuti keinginan Kinan yang jelas-jelas tidak baik.
"Tidak, Kinan. Sekarang lebih baik kamu pakai baju dengan benar dan beristirahat. Aku tahu kamu mungkin melakukan ini untuk merebut perhatianku, tetapi kamu sendiri mengenal aku dengan baik. Aku tidak akan pernah mau melakukan itu sebelum kita menikah. Tolong hargai prinsipku, Kinan."
Bagas mengirimkan balasan pesan itu dengan sedikit menghela napas. Dia harap Kinan bisa mengerti.
Lelaki itu kemudian duduk di tepian ranjang. Entah mengapa tatapannya tertuju pada Raya yang masih berada pada posisinya semula. Wanita itu pulas, dan tidak terganggu dengan keberadaan Bagas sedikitpun.
Tanpa sadar Bagas tersenyum ketika memandangi wajah istri kecilnya itu.
Tiba-tiba Bagas dikejutkan dengan dering telepon masuk. Dia sempat mengira itu dari Kinan, ternyata bukan. Ibunya yang melakukan panggilan.
"Iya, Ma. Ada apa?" tanya Bagas dengan suara yang sengaja dipelankan.
Dia takut mengganggu Raya.
Lelaki itu kemudian memilih melangkahkan kakinya menuju balkon. Bagas berencana melakukan obrolan dengan ibunya di sana.
"Bagas, biasanya kamu panggil ibu. Kenapa berubah?" tanya ibunya dari seberang sana.
Bagas tertawa kecil.
"Aku bahkan sudah memanggil ibu dengan sebutan mama saat berkunjung kemarin. Aku hanya mengikuti Raya saja. Memangnya ibu tidak suka dengan panggilan itu?"
"Tidak. Tapi rasanya sedikit aneh."
"Kalau begitu, aku tidak akan memanggil dengan sebutan mama lagi, kecuali kalau bersama dengan Raya."
"Kamu bahagia, Sayang?" tanya Tyas dengan nada serius.
"Maksud ibu?" Bagas balik bertanya. Dia sebenarnya belum paham tentang ke mana arah pembicaraan ibunya.
"Pernikahan kamu dengan Raya, apa itu membuat kamu bahagia? Sepandai apapun kamu membungkus manis pernikahan kalian, ibu tetap bisa melihat kegundahanmu, Bagas. Ibu sangat mengenal kamu. Ibu akan mendengarkan apapun keluhan kamu. Jangan dipendam sendiri." Tyas memberikan saran.
Mungkin itu intuisi seorang ibu. Di mana Tyas bisa merasakan gonjang-ganjing yang tengah dihadapi oleh Bagas.
Bagas menatap ke area depannya. Area jalan raya dengan beberapa kendaraan melintas di sana menjadi pemandangan yang cukup menarik baginya. Dia sedikit bimbang, apakah ini waktu yang tepat untuk menceritakan kebenarannya? Jujur saja, Bagas juga membutuhkan pendapat dari ibunya. Dia berharap sang ibu memiliki saran yang baik untuk keberlanjutan hubungannya dengan siapapun itu nanti yang dia pilih.
"Bu, Bagas minta maaf. Bagas sebenarnya selama ini berbohong pada ibu dan ayah." Bagas mengawali ceritanya.
"Bohong? Dalam hal apa?" tanya Tyas begitu tenang. Sebagai seorang ibu, wanita itu tentu memiliki sisi lembut yang bisa dia tunjukkan pada sang putra.
"Bagas sudah punya pacar, Bu. Selama ini pacar Bagas tinggal di luar negeri. Hubungan kami cukup serius, kami sudah sepakat untuk menikah suatu saat nanti, tetapi semua rencana kami belum terealisasi karena pacar Bagas tidak juga kembali. Bagas pikir, dia akan selamanya menghilang, makanya Bagas menerima perjodohan yang diajukan oleh ayah dan ibu. Seharusnya tidak terjadi masalah yang berarti, tetapi ternyata pacar Bagas kembali, Bu. Dia kembali dengan profesi dosen, profesi yang Bagas sarankan waktu dulu. Satu hal lagi kebohongan Bagas yang harus ibu ketahui. Bagas membeli rumah ini bukan murni dari uang tabungan Bagas sendiri, tetapi ini rumah bersama antara Bagas dan pacar Bagas."
Ada rasa lega setelah menceritakan semuanya. Walaupun setelahnya jantung Bagas berdebar-debar menunggu bagaimana respon dari ibunya. Mungkinkah ibunya akan murka setelah mendengar semuanya?
"Kinan?"
Tyas menyebutkan nama kekasihnya, dan jelas itu membuat Bagas sedikit terkejut.
"Ibu sudah tahu?" tanyanya kemudian.
"Bagas, ayah dan ibu tidak bermaksud mengawasi pergerakan kamu, tetapi kami jelas tahu tentang kekasihmu itu. Kamu pasti bertanya-tanya, mengapa kami justru menjodohkan kamu dengan Raya, bukan? Ya sama, karena kami mengira kamu dan Kinan tidak akan meresmikan hubungan kalian. Kami tahu Kinan menghilang sekian lama. Kami juga tahu, apa yang menjadi penyebab kamu sering mengurung diri di ruang baca. Kamu sangat mencintai Kinan. Betul begitu?" Tyas mengajukan pertanyaan itu dengan sengaja. Dia ingin tahu, apakah perasaan putranya terhadap wanita itu sudah berubah atau belum.
"Ya, Bagas dulu sangat mencintai Kinan, Bu. Itu yang membuat Bagas menunggu bertahun-tahun." Bagas mengakui dengan jujur.
"Bagaimana dengan sekarang? Apa kadar perasaan kamu masih sama besarnya dengan dulu?"
"Bagas tidak tahu, Bu. Semua berubah setelah dia kembali. Mungkin juga karena sekarang Bagas sudah menikah dengan Raya."
"Kamu mulai jatuh cinta sama Raya?" selidik Tyas.
"Bagas belum terlalu yakin. Semua masih abu-abu."
"Sekarang ibu mau tahu tentang rumah itu, apa Raya sudah tahu kalau rumah itu merupakan rumah bersama kamu dengan Kinan? Ibu cukup terkejut, karena ibu baru tahu soal itu."
"Maaf, maaf karena Bagas tidak terbuka. Raya sudah tahu, dan tadi dia bilang kalau dia sudah menghubungi pihak jasa properti. Raya berniat menyewa apartemen untuk ditinggalinya, Bu. Dia tidak mau tinggal di rumah ini. Padahal Bagas sudah bilang kalau Bagas akan mengembalikan uang Kinan, lalu kami bisa mendekor ulang rumah ini. Tapi Raya keras kepala, dia tetap pada pendiriannya." Bagas mengadu.
"Kamu pikir ibu akan berada di pihakmu? Kamu ini payah sekali, Bagas! Seharusnya kamu jual rumah itu, dan beli hunian baru. Wanita mana yang mau tinggal di rumah penuh kenangan mantan kekasih suaminya? Ibu juga tidak akan sudi."
Bagas terdiam. Dia lalu menoleh ke arah kamar, menatap Raya dengan tatapan bersalah.
"Jadi Bagas salah ya, Bu?"
"Salah besar, Bagas. Jual rumah itu, kembalikan uang Kinan, lalu beri rumah baru untuk kalian tinggal. Kalau kamu tidak mau membelinya, biar ayah dan ibu yang beli. Jangan sakiti Raya terlalu jauh, Nak. Walau bagaimanapun juga, dia sekarang istrimu. Wanita yang sah milikmu di mata agama dan negara."
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd
jujur klo suami yg menghargai pernikahn pasti klo niaty mo nolong wanita ln aplg mlm2 hrsy ajk istriy.agr tdk ad kesalh pahaman.nah ini...org emang egois d maruk.maunya dptin semuany demi nama baik diriny sendiri