Duda Dingin Jatuh Cinta Lagi

Eriel dan Zayn masih tertawa saat Kaysar memutuskan telponnya. Di sana bukan hanya ada Eriel dan Zayn saja, juga ada Nathan, Jef, dan Fazza. Mereka sedang berada di salah satu restoran di dalam mall, menunggu istri istri mereka yang sedang berbelanja. Anak anak mereka sedang bersama opa omanya di arena bermain.

Fazza, Nathan dan Jeff hanya mengulum senyum mendengar suara kesal Kaysar. Eriel dengan iseng mengaktifkan loudspeakernya saat bertelpon tadi.

Anak anak mereka sudah saling bercerita, kalo hari ini Kaysar dan putrinya pergi ke apartemen Gista. Karena itu mereka hanya ingin meledek Kaysar.

Bagi mereka, ini adalah perkembangan yang bagus. Jika diibaratkan kerja, maka progressnya sudah meningkat cukup jauh.

"Aku sudah mengecek rekaman cctv parkiran club. Gadis mabok yang diantar pulang Kaysar memang Gista," tukas Fazza kalem.

Eriel.langsung bersorak karena dia sudah menebaknya. Ngga mungkin Kaysar memberi perhatian pada dua perempuan di waktu yang berdekatan. Eriel tau sekali soal itu.

Nathan menggelengkan kepalanya. Ngga nyangka Kaysar seceroboh itu. Padahal sudah lewat beberapa hari, tapi dia ngga mengutak atik rekaman cctvnya.

Jika di club aja masih ada, berarti sepanjang jalan yang mereka lewati juga pasti masih ada. Jadi mempermudah pekerjaan Fazza yang ngga perlu mengecek rekaman cctv di sepanjang jalan dari club sampai ke apartemen Gista.

"Dia selalu ngga mengantisipasi perbuatannya," kekeh Zayn mencela.

"Dia sama dengan Eriel," ejek Fazza membuat Eriel tergelak. Ngga membantah. Teringat dulu Eriel juga ngga mengamankan rekaman cctv di hotelnya.

"Mereka yang harusnya kembar," sambung Nathan berderai bersama Jeff.

"Kira kira apa yang sudah terjadi di apartemen Gista, ya. Ngga mungkin, kan, Kay ikut melukis," cuit Zayn masih dalam tawa bergelaknya.

"Nilai menggambarnya ngga pernah ada yang bagus bagusnya," timpal Jeff jadi teringat masa masa mereka sekolah dulu.

"Pasti si Kay sudah nyi um si Gista waktu dua bocah itu lagi sibuk menggambar. Biasa, kan, dia nyuri nyuri kesempatan," tuduh Eriel yakin.

"Kayak elo?" ejek Nathan.

Eriel ngga membantah, membalas dengan cengiran.

Tapi mereka pun pecah lagi.

*

*

*

"Mama, kenapa bukan aku saja yang dijodohkan dengan Andika," kesal Lola mengadu pada mamanya. Dia malah dijodohkan dengan pengawal gubernur saja, walaupun masih sepupu gubernur juga. Tapi Andika lebih keren karena merupakan anggota legislatif. Pamornya pasti akan cepat naek.

"Kenapa dengan Edi?"tanya mamanya sambil merapikan popok putra keduanya yang sudah tidur.

"Dia hanya pengawal," ketus Lola. Tapi kemudian dia teringat laki laki super tampan dan dia yakin pastinya pengusaha kaya raya yang menepis tangannya malam itu.

Dia sudah menyuruh pengawal papanya mencari informasi tentang laki laki itu. Malah kalo seandainya Andika ngga mau demgan dirinya, dia akan meminta papanya mengenalkannya pada laki laki itu saja.

Lola yakin laki laki itu pasti sangat kaya raya. Dia sempat melihat jam tangannya yang merupakan merek terkenal dengan harga ratusan juga.

Dari pada menikah dengan suami yang hanya seorang pengawal, lebih baik pengusaha, tekatnya. Uangnya lebih melimpah, juga gengsinya akan semakin.cepat meroket.

Lagi pula ketampanan laki laki itu sudah mengisi mimpinya beberapa malam ini.

"Tapi keluarga mereka kaya raya biarpun seorang pengawal," hibur mamanya agar putrinya ngga salah mengambil keputusan. Lagi pula sebentar lagi pertunangannya akan diresmikan.

"Selain kaya raya aku juga butuh yang punya kedudukan, mam,$ tegas Lola.sangat ambisius.

Maminya menatap putrinya yang ternyata sangat serius dengan ucapannya.

"Ya sudah. Direbut aja," saran mamanya ringan, kemudian tertawa jahat.

"Kamu lebih cantik dari Gista. Percaya sama mama. Pasti bisa," sambung mamanya lagi mengobarkan semangat bersaing putri pertamanya.

Lola mengangguk setuju.

"Iya, mam," sahutnya lebih bersemangat.

Baru kepikiran olehnya kalo pekerjaan juga bisa menaikkan gengsi dari pada hanya hubungan darah dengan pejabat. Walaupun sudah kaya raya, ternyata ngga pernah cukup buat putrinya

Lagi pula dia sangat.membenci Gista. Putrinya selalu dibanding bandingkan dengan anak bungsu istri pertama suaminya. Padahal putrinya juga anak sah suaminya. Suaminya pun terkesan lebih sayang pada Gista yang sekarang sudah membencinya.

*

*

*

"Namanya Kaysar, tuan muda pewaris grup Garuda Perkasa, nona. Tuan muda yang sangat kaya raya, nona," lapor pengawal yang diminta Lola untuk menyelidiki laki laki super tampan yang sangat mempeson itu.

Lola terkejut. Dia sering mendengar nama grup.besar yang menaungi banyak perusahaan tambang, konstruksi, real estate dan banyak lainnya yang sudah menjangkau hingga ke benua Asia, Eropa.dan Amerika.

Ini tangkapan besar...! Andika lewat, apalagi Edi, batinnya dengan mata berbinar binar. Dia semakin bersemangat saja untuk mendapatkan Kaysar.

"Tuan muda Kaysar...... duda nona. Istrinya sudah meninggal. Dia punya anak perempuan yang umurnya lima tahun."

"Duda?" Agak kecewa juga Lola mendengarnya.

Tapi ngga apalah. Kaya banget ini. Anaknya gampanglah diatur. Masih kecil juga, batinnya memberi tambahan semangat.

Biar duda tapi tampan banget ngga ada lawan. Kaya raya lagi.

"Iya, nona muda."

"Oke, makasih, Pak."

Pengawalnya pun menunduk hormat sebelum pergi.

"Aku akan minta sama.papa buat ngenalin aku ke Kaysar,," gumam Lola dengan senyumnya yang mengembang lebar. Dia sangat percaya diri.

*

*

*

Harvey dan Manda sengaja menjemput putri mereka saat malam sudah larut.

Gadis kecil itu sudah terbangun karena sudah lama tertidur.

Yang ditanyakannya pertama kali saat bocil itu bangun adalah sahabatnya yang ternyata sudah pulang. Untungnya ngga lama kemudian ortunya datang.

"Ayo, kita pulang." Manda-istri Harvey langsung menggandeng lengan putrinya.

"Makasih, ya, Gista," tambah Manda lagi penuh makna dalam tatapan dan senyumnya.

"Sama sama, kak. Santai aja," tawa Gista ringan. Tangannya mengusap kepala ponakannya dengan lembut.

"Daddy, besok kita naek kapal, ya."

"Mau kemana?" tanya Harvey bingung. Manda dan Gista juga menatap Ruby heran.

"Kata Ziza besok.dia mau liburan ke laut. Katanya kalo mau ikut, telpon daddynya aja."

Wajah Gista langsung pias.

Apa aja, sih, obrolan anak anak kecil ini? batin Gista mengomel. Dia ngga mau terlibat lebih jauh dan dalam lagi dengan laki laki yang sudah seenaknya saja tadi menciumnya

"Maksudnya daddy Ziza?" Harvey menatap putrinya dan Gista bergantian.

Sebenarnya Harvey lagi nyari waktu yang tepat untuk bisa bertanya pada adiknya, sudah sejauh apa hubungannya dengan Kaysar?

"Iya, daddy. Aku mau naek kapal besok sam Ziza.," rengek Ruby ngga mau dibantah.

Harvey dan Manda reflek menatap Gista yang menggelengkan kepalanya berulang kali dengan wajah panik.

"Ya, nanti tante Gista tanya."

Gista mencebikkan bibirnya mendengar ucapan kakak laki lakinya.

Tapi setelahnya wajah Ruby tampak sangat senang.

"Sekarang kita pulang, ya, sayang." Agar putrinya ngga tambah rewel, Harvey langsung menggendong putrinya.

"Jangan lupa kunci pintu," titah Harvey sebelum berbalik pergi.

"Tanyain, ya, tante. Bilang aku mau ikut," ngeyel Ruby sambil melambaikan tangannya dengan ceria.

"Sudah, jangan kamu pikirin," ucap Manda lembut sebelum melangkah pergi meninggalkan Gista yang kali ini tampak sangat berbeda. Ngga sesantai seperti biasa. Tapi seperti orang yang kebingungan dan ngga nyaman.

Apalagi saat mendengar permintaan ponakan yang selalu dimanjanya.

Gista seperti sangat keberatan.

Tapi Manda ngga menyalahkannya. Gista mengalami trauma dan sakit hati yang parah karena sikap papanya. Sampai saat ini Giata belum mau berhubungan serius dengan laki laki mana pun.