Davina Himawan tidak pernah menyangka pernikahannya dengan Jodie kandas di tengah jalan. Pernikahan yang awalnya begitu bahagia, dalam sekejap hancur berkeping-keping setelah Vina mengetahui suaminya berkhianat dengan wanita lain. Wanita itu tak lain sekertaris suaminya sendiri. Lolita.
Davina memilih pergi meninggalkan istana yang telah ia bangun bersama Jodie, laki-laki yang amat di cintainya. Bagi Vina yang menjunjung tinggi kesetiaan, pengkhianatan Jodie tak termaafkan dan meninggalkan luka teramat dalam baginya.
Bagaimana kisah ini?
Apakah Davina mampu bangkit dari keterpurukan atau kah ia akan merasakan sakit selamanya? Ikuti kelanjutannya 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NEGOSIASI
"Silahkan masuk Davina", ucap Nathan membuka pintu lebar-lebar dan menyuruh Davina duduk di sofa.
"Terimakasih Nathan", jawab Davina pelan seakan takut suaranya merusak keheningan yang tercipta di dalam ruangan berukuran luas dengan di hiasi furniture-furniture bernuansa coklat tua.
Ruangan itu terasa sangat dingin sekali hingga menusuk tulang meskipun saat ini diluar sangat terik dan matahari posisinya sudah meninggi.
Davina memilih duduk di single sofa. Kebetulan posisi yang ia pilih menghadap pada meja kerja di ruangan tersebut. Nampak pria tampan yang sudah cukup dewasa sekitar tiga puluhan duduk di kursi sedang berkutat dengan berkas-berkas di atas meja. Ia terlihat fokus tanpa mengalihkan sedikitpun perhatian nya meskipun Davina sudah beberapa menit duduk di sofa.
"Nathan segera berikan berkas ini pada divisi marketing. Mereka harus segera merevisi semua yang aku kasih tanda di kertas itu. Bagaimana bisa sekelas manajer tidak becus memeriksa angka-angka itu. Banyak sekali hitungan yang salah. Setelah rapat nanti panggil kepala marketing itu keruangan ku!"
"Deg!"
Seketika tubuh Davina merinding. Suara pria itu sangat tegas dan menakutkan. Bukan karena itu saja yang membuatnya merinding. Tapi ketika pria itu menyebut divisi marketing lah yang membuat perasaannya tiba-tiba tidak enak. Karena manajer marketing di perusahaan itu adalah jabatan Jodie suaminya.
"Baik tuan Daniel. Saya akan memberi tahu pak Jodie manajer marketing secara langsung sekarang", ucap Nathan dengan hormat.
"Hem. Pergilah", jawab Daniel seraya mengalihkan perhatiannya pada Davina yang duduk di sofa sambil menundukkan wajahnya.
Nathan pergi. Sekarang hanya ada Davina dan Daniel di ruangan itu.
"Well. Langsung ke intinya saja nona, mobil ku rusak parah karena kelalaian mu. Beberapa panel harus di ganti", ketus Daniel sambil mengambil kertas di atas mejanya berjalan mendekati Davina yang diam tak bergeming.
Daniel menyandarkan punggungnya di hadapan Davina sambil memberikan selembar kertas berisi rincian biaya dari bengkel resmi mobil BMW.
Dengan tangan gemetar Davina membaca satu persatu tulisan di atas kertas itu. Spontan gadis itu memijat keningnya setelah melihat nominal yang tertera di sana. Hampir menyentuh angka lima puluh juta. Namun Davina menyadari, memang benturan tabrakan kemarin sangat keras. Baik mobil Daniel dan mobil nya rusak parah.
"Jangan kuatir tuan, aku tidak akan lari dari tanggung jawab. Namun semua terjadi karena mobil tuan berhenti secara mendadak sehingga aku tidak bisa mengendalikan mobilku", ucap Davina berdalih.
"Daniel menyipitkan kedua matanya yang sebenarnya memang sudah sipit itu.
"Jadi kamu menyalahkan sopirku penyebab kejadian kemarin? Atau kamu sebenarnya memang tidak berniat untuk bertanggung jawab?!"
"Aku ada di mobil itu, jadi aku tahu kejadian nya, nona. Kamulah yang lalai mengendarai mobil mu, menyebabkan orang lain yang rugi. Jika kamu orang baik tentunya akan bertanggungjawab!", sambung Daniel dengan tegas.
Davina melebarkan kedua mata indahnya menatap Daniel. "Oh tidak tidak. Bukan seperti itu tuan".
Davina terdiam..
Sebenarnya ia ingin bernegosiasi dengan Daniel agar biaya bisa di tanggung bersama. Namun melihat Daniel seperti itu, Davina tidak sanggup mengeluarkan maksud tujuannya tersebut.
Beberapa kali ia menarik nafas dalam-dalam. Mengingat saat ini ia memerlukan modal untuk usaha kateringnya, apalagi kemarin mendapatkan klien. Tentu tidak bisa mengandalkan uang DP saja.
...***...
To be continue