Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melepaskan Sesak Di Dada
Kini aku sudah berada di pesisir pantai, duduk di atas pasir yang jauh dari air laut, terik matahari tidak kurasakan, hingga baju yang aku pakai sudah mau kering.
Pria yang memberikan aku sapu tangan adalah Ricard pelayan restoran ternama yang aku jumpai kemarin siang.
"Kalau ada masalah jangan di simpan sendiri, berbagi lah dengan keluarga atau sahabat, biar beban yang kita tanggung sedikit ringan, walaupun orang yang mendengarkan keluh kesah kita tidak dapat memberikan solusi apapun, tapi kalau sudah bercerita beban pikiran akan sedikit tenang.
Aku hanya terdiam, dan tanpa terasa air mata ku turun kembali ketika semua hinaan yang mereka lontarkan kembali terngiang di telinga, betapa sakit aku selalu mendengar kata-kata yang keluar dari mulut mereka terutama dari mulut suami ku, seakan-akan suami ku benar-benar tidak punya perasaan sehingga dengan mudah dan ringan nya dia menghina aku setiap hari nya.
Aku sadar dengan tubuh ku yang subur dan wajah ku yang memang tidak terawat, bukan ngga mau seperti wanita lain yang putih bersih dan cantik, tapi dari dulu aku memang tidak pandai merias wajah.
"Saya tidak suka wanita cengeng, jadi wanita itu harus kuat, harus bisa melawan semua rasa yang ada di hati dan pikiran."
"Kalau anda tidak suka, silahkan pergi dan menjauh lah dari hadapan saya." entah kenapa aku sekarang menjadi cepat emosi dan tersinggung, mungkin karena aku lagi di terpa banyak nya pikiran.
"Bukan nya saya tidak mau menjauh dari anda nona, tapi saya akan merasa sangat berdosa jika besok pagi saya mendengar di sini telah di temukan mayat sosok wanita cantik berbadan," belum selesai Ricard berbicara aku sudah menyela nya dengan nada sedikit tinggi.
"Gemuk dan subur gitu, badan saya memang besar di tambah wajah saya yang tidak terawat, tidak seperti wanita lain yang mempunyai wajah cantik dan glowing, maka dari itu semua orang merasa jijik dekat dengan saya." Aku mengucapkan nya dengan berderai air mata.
"Bu_bukan maksud saya begitu, maaf kalau kata-kata saya sudah menyinggung perasaan anda, saya hanya bercanda saja tadi." Ricard langsung minta maaf karena ucapan nya.
"Sudah lah lupakan saja, saya juga minta maaf, karena saya lagi sensi akhir-akhir ini, terlalu banyak pikiran yang saya rasakan." ucap ku sambil menghapus air mata yang masih menetes.
Ricard pergi meninggalkan aku, mungkin dia marah dengan ucapanku, dalam hati aku merasa menyesal sudah membentak nya, padahal dia sudah berbaik hati memberikan aku sapu tangan dan menemani aku ngobrol.
Aku memandang ombak yang sedang berlomba-lomba menuju sisi pantai, seperti hidup ku yang selalu terombang ambing oleh kehidupan yang pahit.
Ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut suami ku terngiang kembali membuat dada ini merasakan sakit lagi.
Ada sebuah tangan yang menjulur di depan ku dengan botol minuman di genggaman nya.
"Minum lah, tenggorokan anda pasti kering." ternyata Ricard pergi untuk membeli minuman.
"Terima kasih." Aku mengambil minuman yang Ricard sodorkan dan aku menenggak nya hingga tinggal setengah botol lagi.
Ricard duduk di samping aku mata nya menatap lautan lepas dengan angin sedang yang menerpa tubuh kita berdua.
"Anda ngga kerja?" Aku bertanya kepada nya sekedar basa basi.
"Lagi kebagian libur, saya kalau libur atau ada waktu senggang pasti menghabiskan nya di sini, entahlah hanya di sini saya merasakan ketenangan." Ku lihat Ricard yang sedang menenggak minuman nya setelah berbicara, sungguh keren sekali dikala dia sedang menenggak minuman nya, jakun nya naik turun membuat aku ingin sekali menggigit nya.
"Jangan melihat saya seperti itu, nanti anda jatuh cinta." Aku langsung memalingkan wajah ku kembali menatap lautan luas.
"Apa sih, saya hanya tidak sengaja saja melihat ke arah anda." Aku mengelak nya.
"Kalau anda ingin teriak, teriak saja, biar semua beban yang anda rasakan menjadi ringan."
Aku terdiam, sebenar nya aku ingin sekali melepaskan beban aku ini, tapi aku takut dia merasa terusik karena berisik seperti kemarin.
"Ngga ah, nanti anda ngomel lagi seperti kemarin." ucap ku kepada Ricard.
"Sini ikut saya, saya akan memperlihatkan bagaimana teriak yang benar." Ricard menarik tangan ku dan menyuruh ku mengikuti nya.
Aku terbangun dari duduk dan langsung berdiri dan berjalan mengikuti langkah Ricard mendekati ombak.
"Lihat saya," Ricard merentangkan kedua tangan nya ke samping, kepala nya yang menengadah ke atas dan tiba-tiba dia berteriak sangat kencang sekali, "Arrrrggghhhh." Ricard berteriak dengan sangat kencang seperti dia sedang menumpahkan segala nya.
"Ayo, sekarang anda lakukan seperti apa yang sudah saya lakukan barusan." Ricard menyuruh aku melakukan hal yang sama dengan diri nya.
Aku menghela nafas, tangan ku mulai ku rentangkan, kedua mata ku menatap langit yang biru dan bersih, ku hirup nafas dalam-dalam lalu aku berteriak sekencang-kencang nya.
"Bagaimana?" Ricard bertanya sambil menatap ku.
"Lumayan, dada saya terasa ringan sekarang." ku lihat Ricard tersenyum kepada ku.
Dari situ aku dan Ricard lebih akrab lagi, kami berdua bercengkerama, dan kami memutuskan untuk tidak berbicara secara formal lagi, kita berdua kini menjadi sahabat, sampai-sampai kita berdua tidak sadar kalau matahari sudah mulai tenggelam.
"Lihat, indah bukan?" ucap Ricard sambil menatap sunset di depan kita.
"Ini pemandangan terindah yang baru aku lihat." Aku sangat terpana dengan pemandangan indah di depan ku.
"Serius kamu baru melihat nya?" Aku mengangguk.
Selama ini aku hidup hanya dengan kakek, jadi aku tidak sempat untuk main terlalu jauh, kakek butuh aku, tapi sekarang kakek sudah tenang di sana." Aku bercerita sambil mengenang sosok mendiang kakek.
"Maaf, aku sudah mengingatkan kamu kepada kakek kamu." Ricard meminta maaf, mungkin merasa ngga enak dengan aku.
"Tidak apa-apa, santai saja." Aku tersenyum.
"Orang tua kamu kemana?" seperti nya Ricard sedikit penasaran dengan hidupku.
"Entahlah." Aku mengangkat kedua bahu ku tanda aku juga tidak tahu.
"Berarti dari kecil kamu sudah bersama kakek?"
"Ya, aku dari kecil hanya tinggal bersama kakek dan nenek, tapi setelah kepergian nenek, aku jadi tinggal berdua saja dengan kakek, kakek yang selalu ada buat aku, sampai akhir nya kakek menjodohkan aku pada seorang pria." Aku mulai menceritakan kisah ku kepada Ricard, entah kenapa aku merasa nyaman ketika berbicara dengan Ricard.
"Apa! Jadi kamu ini sudah menikah?" Ricard berteriak kaget begitu mendengar kalau aku sudah menikah, dia menatap aku dengan tatapan tidak percaya nya, aku hanya mengangguk tanda membenarkan.