Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 13
SOAL DISHA
Usai disingkirkan jasad sang terapis, kini Disha membersihkan noda darahnya dengan kain, tentunya dia menangis tak bersuara. Sudah dua orang yang terbunuh karena dirinya dan itu tepat di hadapannya.
Disha tak pernah berpikir bahwa semua itu akan menimpanya. -‘Kenapa kau tidak membawa ku juga kakak?’ batin Disha menunduk dengan berlutut memejamkan matanya.
“Kau baik-baik saja?” tanya Yelena yang datang menghampiri Disha disaat para pelayan tidak ada di sana.
Tanpa menoleh Disha hanya menatap ke lantai. “Bagaimana aku bisa baik-baik saja jika masih tinggal bersama pria sepertinya.” Balas Disha datar hingga air matanya berhenti menetes.
Mendengar itu Yelena mengerti maksud perkataan Disha. Wanita cantik berambut pirang itu terdiam.
“Aku tidak tahu seberapa sakit hatimu. Tapi percayalah, Noir tidak akan melakukannya saat dia sudah menemukan bukti yang menyatakan bahwa kau tidak bersalah.”
“Bagaimana?” Disha menatap wanita itu dengan kedua mata tegas namun juga berair.
“Bagaimana caranya? Aku melepaskan peluru kepada istrinya, aku menembaknya, tapi apakah ada yang melihatnya bahwa peluruku meleset? Tidak ada yang melihatnya, bahkan kakak ku sendiri tidak bisa melihatnya.” Ujar Disha benar-benar pasrah hingga dia tersenyum sedih.
Yelena berkerut alis mendengar penjelasan itu. Dia baru tahu kalau Disha memang melepaskan pelurunya. Namun bagaimana pun Yelena tetap percaya dengan ucapan wanita malang itu.
“Aku percaya!”
Seketika Disha menatapnya dengan terdiam dan tidak percaya bahwa seseorang masih mempercayainya di sana.
Yelena tersenyum tipis menatapnya. “Mungkin kau tidak akan mempercayai ku. Tapi aku percaya kau bukan pembunuhnya!” ujar Yelena benar-benar membantu Disha untuk tenang.
Sementara di sisi lain, Noir memperhatikannya dari arah lain bersama Falco di sebelahnya.
Pria itu berdiri tegap dengan kepala sedikit mendongak dan kedua tangan di belakang.
“Tuan, apa perlu ku tegur Nyonya Yelena?” tanya Falco.
“Biarkan saja. Aku ingin tahu, seberapa banyak wanita itu membuka rahasianya kepada Yelena.” Balas Noir membuat Falco berkerut alis heran namun dia juga menuruti keinginan bosnya itu.
-‘Kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya saat kamu mengetahui pembunuh Teodora bukan satu orang saja!’ Batin Noir menatap tegas hingga menyeringai licik serta tatapan tegas.
“Kirim pesan kepada pemilik gudang itu, segera menjualnya atau menerima akibatnya.” Pinta Noir melangkah pergi bersama Falco.
“Baik Tuan.” Balas Falco.
...***...
Ganev baru saja keluar kamar saat dia hendak pergi ke kantor karena sudah masuk siang. Namun langkahnya berhenti saat melihat adanya seorang wanita cantik berkulit putih yang bersandar di dinding lalu menoleh menatap dengan senyum menggoda.
“Aku sudah menunggumu!” ucap Yoanna.
Pria itu terlihat gelagapan dan menoleh ke kanan, kiri dan belakang.
“Sudah kubilang jangan menemui ku di sini. Bagaimana jika ada yang melihatnya?” kesal Ganev.
Yoanna menatap tak peduli sekaligus menatap serius. “Ada sesuatu yang harus kita bicarakan. Aku ingin pergi ke dokter untuk pemeriksaan, kau harus menemaniku.” Ujar Yoanna dengan tegas.
Mendengar itu Ganev berkerut alis. “Apa kau tidak waras? Kenapa harus bersamaku? Dan kenapa harus ke dokter, jangan omong kosong Yoanna, lebih baik kita jangan bicara di sini.” Ujar Ganev ketakutan sendiri hingga melangkah pergi melewati Yoanna.
Wanita itu hanya diam dengan tatapan kesal saat tidak ada tanggapan dari Ganev. Memang benar, bicara di Mansion akan menimbulkan banyak kecurigaan dan mata-mata.
“Jika benar, maka aku tidak akan melepaskan mu Ganev.” Gumam Yoanna dengan tatapan serius hingga dia melangkah pergi dan menggunakan mobil merahnya setelah selang beberapa menit mobil Noir keluar gerbang.
.
.
.
Selesai membersihkan noda darah, Nevi membawa Disha masuk ke kamar dan menguncinya dari luar setelah mengunci keseluruhan jendela di kamar tersebut.
“Anda bisa mengetuk pintu jika membutuhkan sesuatu. Permisi.” Ucap Nevi namun tak ditanggapi oleh Disha.
Kini di ruangan yang hening, Disha berjalan pelan ke arah ranjang, duduk sendirian dengan keadaan ruangannya yang gelap karena tidak ada cahaya matahari yang bisa masuk. Meski kamar itu besar dan luas, namun Disha merasa seperti dibalik jeruji besi.
Di sisi lain. Noir sibuk melakukan pekerjaannya di luar ruangan. Seperti saat ini, dia menemui beberapa orang untuk bisnis gelapnya hingga tak segan membunuh mereka yang menolak menjual tanahnya paksa kepada Noir.
Tanpa memperdulikan keluarga yang menangis akibat pembunuhan yang Noir lakukan.
“Tuan Noir. Ada pesan dari tuan Sergei, dia bertanya soal pembunuh putrinya.” Ujar Falco.
Noir yang masih merokok sembari berdiri menatap lapangan kosong usai membunuh pemilik gudang yang sudah dia beli dengan paksa, kini pria itu muak setelah mendengar pesan yang Falco sampaikan.
“Abaikan saja.” Balas Noir.
“Kau tidak ambil cuti? Sebentar lagi natal.” Ujar Noir yang terlihat berbeda dengan orang-orang tertentu saja.
Pria itu menatap Falco yang masih datar dan tegas. “Tidak ada waktu memikirkan itu semua. Saya tidak punya siapapun lagi, Anda tahu sendiri!” jelas Falco sehingga Noir mengangkat kedua alisnya dan mengangguk kecil.
Tak berselang lama, sebuah mobil datang dan Noir sudah tahu siapa pemilik mobil itu. Begitu juga dengan Falco.
Tak lama Alon turun dari mobilnya dan menatap ke arah Noir berada, hingga menghampirinya.
“Saya permisi.” Pamit Falco memberikan waktu untuk kedua pria tadi.
Kini Alon masih menatap keponakan nya yang terlihat santai dan tegas.
“Kenapa kau sampai menemui ku di jam kerja Paman?” tanya Noir masih menatap lurus sembari menghisap rokoknya.
“Sampai kapan kau akan bersama gadis itu?” tanya Alon langsung ke intinya.
“Kenapa kau bertanya?” tanya balik Noir tanpa menoleh.
Alon mencoba tidak marah. “Dengar Noir! Dia hanya akan menjadi masalah baru, kau tahu sendiri Sergei mengincar pembunuh putrinya dan sampai tahu kau menikahinya, maka semuanya akan semakin rumit.” Jelas Alon yang sadar diri akan kekuasaan Sergei Romanov.
Mendengar itu Noir menyeringai kecil tak peduli. “Memangnya apa yang bisa dia lakukan?” balas Noir memijak rokoknya di tanah lalu menoleh menatap pamannya dengan seringaian kecil.
“Selagi tidak ada yang membelot diantara kita, maka semuanya akan baik-baik saja. Tidak perlu memikirkan soal gadis itu, dia aman bersamaku.” Ujar Noir yang sudah berhasil membuat Alon terdiam hingga membiarkan keponakannya itu pergi lebih dulu.
Alon hanya memejamkan matanya sekilas saat dia tidak bisa membujuk Noir tentang urusan Disha.
Dengan tatapan tajam, Noir melangkah ke mobilnya dimana Falco sudah menunggu di dalam sana.
“Jalan.” Pinta Noir yang duduk di kursi belakang.
.
.
.
“Tuan, ini yang Anda minta.” Ucap Frank baru saja memberikan sebuah berkas tentang Disha dan kakaknya.
Ya, tentu! Todor juga tahu bahwa Disha menjadi tersangka atas kematian adiknya. Namun kini pria itu juga tengah mencari keberadaan nya.
“Tuan Noir sudah membunuhnya. Dan dua hari lalu jasad keduanya ditemukan.” Jelas Frank yang masih berdiri tegak.
Sementara Todor yang duduk bersilang kaki di sofa panjang yang ada di ruang VIP club, pria itu mengamati berkas itu lalu menyeringai kecil.
“Noir membunuhnya? Lalu siapa yang dia nikahi?” tatapan tajam Todor menunjukkan bahwa dia benar-benar memendam sebuah amarah.
Tentu saja! Di saat adiknya terbunuh pria itu malah menikah lagi. Yang benar saja. Dan yang paling keterlaluan adalah di saat Todor memiliki kecurigaan bahwa Noir lah yang membunuh Teodora.
“Fuck him.” Umpat Todor meremas kertas di tangannya saat dia mengingat Noir.
yohana selingkuh sm ganev..
klu sampai noir tahu bgmn reaksi nya coba 😀😁🫢🤭
Disha mulai berani sm noir krn merasa sdh tahu kebenaran nya..siapa yg membunuh teodora..
apakah teodora selingkuh jg?
dan apa tujuan noir melibatkan Disha?
author jwb donk 😍😂😀🫢🤭