Bukan Pernikahan Kontrak

Surya dan Cecil masuk ke dalam salah satu tempat dimana seorang pria telah menunggu. Tak dapat di pungkiri, Dalam hati Surya sudah ketar ketir tentang pertemuan ini.

"Memangnya apa yang ingin Tuan Charlie itu bicarakan pa? Jangan bilang kalau ini ada kaitannya dengan perusahaan.." Surya menoleh, Dia tak menjawab apa yang di bicarakan oleh Cecil.

"Mungkin saja iya.. Memangnya apa yang ingin dia bahas.." Cecil mendengus. Dia paling benci dengan pria paruh baya yang sangat genit itu. Bagaimana kalau nanti pria itu minta yang aneh-aneh.

Surya dan Cecil masuk ke dalam club dimana pria yang membuat janji itu telah menunggu. Di dalam sana, Begitu banyak pria dan wanita yang berbaur menjadi satu. Lampu disco menyala bersamaan dengan musik yang memekakan telinga.

"Selamat malam.." Seorang pria berjas hitam rapi menghadang langkah Surya dan Cecil.

"Maaf, Apa Tuan Charlie ada?

"Apa anda sudah membuat janji..?"

"Sudah" Pria itu menggeser memberikan jalan untuk Surya dan Cecil masuk ke dalam ruangan pria yang bernama Charlie itu.

Charlie yang tengah menikmati minuman alkoholnya itu medongak. Pria dengan perawakan tinggi serta perut yang buncit itu tersenyum.

"Selamat malam Tuan Surya yang terhormat..Apa kabar??" Keduanya saling berjabat tangan. Charlie melirik Cecil, Wanita itu langsung memalingkan wajah judes.

"Silahkan duduk.." Surya dan Cecil duduk di atas sofa yang telah di sediakan. Surya dan Cecil duduk berhadapan dengan Charlie yang saat ini fokus dengan benda bernikotinnya.

"Maaf, Ada apa Tuan menghubungi saya.." Tanya Surya dengan penuh penasaran. Jangan bilang tentang hutang yang pernah dia pinjam. Mengingat pria yang berada di hadapannya adalah seorang raja judi serta pemilik club yang sampai sekarang rahasianya masih tersimpan dengan rapi.

"Aku dengar dari anak buahku, Perusahaan mu di terima bekerja sama dari dua perusahaan AM's Group? Apa itu benar? Dan tak hanya itu saja, Aku juga mendengar bahwa banyak perusahaan lain yang ingin bekerja sama dengan perusahaanmu.." Surya diam, Tangannya mengepal. Tahu darimana pria gendut ini? Pikir Surya.

"Tentunya kau akan mendapatkan banyak keuntungan kan? Lalu bagaimana dengan hutangmu itu Surya.." Surya tampak gelagapan. Ayah kandung Tissa itu melirik Cecil yang cuma diam. Ini semua juga adalah ide gila Cecil.

Yang namanya bisnis pasti ada untung ruginya. Waktu itu Surya memang sering mengalami kerugian hingga butuh dana yang besar.

Entah punya kenalan dari mana, Cecil meminta Surya untuk datang menemui pria yang bernama Charlie itu.

"Ini sudah lewat waktu tempo Surya.. Kapan kau akan bayar uang itu.."

"Tuan, Tolong beri saya waktu lagi.. Saya akan bayar setelah keuntungan itu saya dapatkan.." Ucap Surya. Dia hanya butuh waktu sebentar saja itupun kalau Charlie mengizinkan. Lagipula meeting nya belum di lakukan. Setelah meeting dan semua berjalan dengan lancar tak hanya keuntungan saja yang di dapatkan.

"Tidak ada kesempatan lagi Surya! Sudah berapa kali aku memberimu kesempatan. Cepat bayar uang itu! Atau.." Charlie melirik Cecil yang mulai was was. Tatapan lapar dari Charlie sangat menakutkan.

"Kau bisa berikan putrimu ini padaku. Dengan begitu, Hutangmu lunas, Bagaimana?" Cecil menatap tajam Surya yang sedang memerhatikannya.

Surya diam. Apa katanya tadi? Menggunakan Cecil sebagai alat penebus hutang?

"Bagaimana?" Suara Charlie membuatnya kaget.

"E..Tuan, Begini..

"Bisa Tuan.. Tapi bukan saya melainkan kakak saya.. Bagaimana?" Belum juga Surya selesai bicara. Cecil memotong ucapan papa angkatnya itu. Mata Surya melotot, Dia tak menyangka kalau Cecil akan mengorbankan Tissa yang tak tahu apa-apa itu ke dalam masalah ini.

Surya mencengkram lengan Cecil.

"Kamu apa-apaan? "Bisik Surya di telinga Cecil.

"Kenapa pa? Ingat, Kalau Papa masih mau memimpin perusahaan, Turuti kata-kataku.. Jangan kira aku mau menjadi alat penebus hutang. Jadi aku ingin Tissa lah yang jadi penggantiku. Bagaimana Pa??" Tangan Cecil meraba paha Surya, Pria itu menatap tangan putri angkatnya yang menjalar kemana-mana.

"Daripada aku yang melayani pria buncit, Apa tidak lebih baik aku melayani Papa saja.." Bisik Cecil di telinga Surya dengan nada mendayu. Dan pada nyatanya, Semua orang sama. Hanya demi sebuah kesenangan yang tak seberapa akhirnya Surya rela mengorbankan Tissa, Putri kandungnya.

"Jadi?" Charlie kembali bertanya.

"Ya Tuan.. Saya masih punya satu putri. Dia bisa anda bawa nanti sebagai jaminan hutang itu.." Charlie tertawa, Suaranya menggemar di dalam ruangan tersebut.

"Bagus bagus.. Saya ingin kau bawa anak gadis mu itu secepatnya kemari.." Titah Charlie dengan tegas.

"Baik Tuan..

Cecil tersenyum puas di balik itu semuanya.

"Ada gunanya juga kau kembali sebagai anak kandung mereka Tissa.. Setelah ini kau akan ikut bersama pria tua ini..Hahaha

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Surya dan Cecil keluar dari club setelah berdiskusi matang. Cecil yang memang punya otak licik sejak dulu mampu meyakinkan Surya agar mantap menjadikan Tissa sebagai pengganti penebus hutang perusahaan. Apalagi iming-iming ysng di tawarkan Cecil sangat menggiurkan bagi Surya.

Terlebih Surya yang tak mau kembali miskin pun jelas mau mengorbankan siapa saja. Namun, Tanpa di sadari kalau ada seseorang yang telah mengetahui semuanya.

Orang itu adalah Andra, Asisten Joe yang sifatnya sebelas dua belas dengan pria itu.

Apasih yang Andra tidak tahu. Dia adalah penghuni club malam, Hanya bedanya dia jarang mabuk seperti yang lainnya.

Orang-orang yang ada dii dalam sana sudah tahu dan kenal siapa itu Joe dan Andra. Tak perlu di ragukan lagi apapun yang mereka perintahkan pasti akan selalu mereka dapatkan.

"Tuan Joe harus tahu ini..

Malam itu Andra langsung menghubungi sang bos yang saat ini sedang berada di negara tetangga.

"Apaa?! Kurang ajar..

"Ya, Tuan.. Sejak mereka masuk, Saya memang telah menaruh curiga. Maka dari itu saya langsung mencari tahu.. Rencana anda kali ini melenceng Tuan. Surya ingin menjadikan Nona Tissa sebagai jaminan penebus hutang. Agar keuntungan yang dari kerja samanya dengan Tuan Brian dan Nalendra tetap utuh nanti.." Jelas Andra membuat Joe di seberang sana mengepalkan tangan.

"Andra.. Besok kau harus cetak undangan pernikahanku dengan Tissa yang akan di laksanakan minggu depan. Jangan sebut nama mempelainya.. Buat nama kedua mempelainya menjadi rahasia agar Orang-orang tidak tahu. Dan kau juga harus segera menghubungi pihak WO. Aku ingin pernikahan ku dan Tissa di gelar dengan sangat mewah.. Sementara aku akan menahan Tissa disini lebih dulu. .

"Tapi Tuan, Apa pernikahan ini tidak terlalu buru-buru? Maksud saya, Bukankah pernikahan itu di siapkan paling cepat satu bulan sebelum acara.. " Protes Andra pada bosnya. Bayangkan saja, Dia sudah pusing dengan perusahaan dan sekarang dia juga yang harus mengurus pernikahan. Yang mau menikah siapa dan yang sibuk juga siapa..

"Ndra.. Aku rasa mulai besok kau harus siapkan surat resign.." Andra menelan salivanya susah payah.

"Baik Tuan, Akan saya laksanakan.." Tak punya pilihan selain melakukan perintah dari Joe. Bos yang sangat menyebalkan bagi Andra. Tapi gaji dari pria itu sangatlah besar, Maka dari itu Andra mampu bertahan.

"Dan jangan lupa, Perintahkan orang untuk mengikuti kegiatan pria sia-lan itu.. Aku tidak mau mereka punya rencana lagi..

"Baik Tuan, Akan segera saya laksanakan.." Panggilan terputus secara sepihak. Andra menarik nafas panjang..

"Huuufftt.. Ada lagi tugas. Andra, Sepertinya kali ini stamina mu harus lebih.." Andra langsung pulang ke apartemen nya karena dia sudah tak punya mood lagi.

•

•

•

TBC