Dipaksa Jodoh

Zeva dan Mama Zara terlonjak kaget saat mendengar suara Mama Audy, sontak mereka langsung berdiri saat melihat keberadaan wanita paruh baya itu.

"A-Audy? Ini, ini tidak seperti yang kau pikirkan!"

Mama Zara segera mendekatinya, sementara Zeva menundukkan kepalanya sembari meremmas tangannya dengan kuat.

Mama Audy terdiam, dia menatap Zeva dengan tajam lalu menghembuskan napas kasar. "Habiskan dulu makananmu, Sayang! Setelah itu, temui Mama di kamar ya!" Dia tersenyum pada Mama Zara lalu beranjak pergi dari tempat itu.

Mama Zara memejamkan matanya sekilas, kepalanya terasa berdenyut dengan apa yang terjadi saat ini. "Ya Tuhan, kenapa semua jadi seperti ini?" Dia merasa benar-benar si*al.

Zeva sendiri tetap diam dengan dada berdebar keras, baru juga menikah 1 hari, tetapi pernikahannya sudah berada diujung tanduk.

"baiklah, terserah mereka mau marah atau apa, aku tidak peduli! Jika mereka marah dan ingin menceraikanku, itu malah akan lebih bagus!"

Ya, semua itu akan jauh lebik baik untuknya. Walaupun dia harus menyandang status janda, itu jauh lebik daripada bersama dengan laki-laki yang tidak dia cintai.

"Kenapa kau diam, Zeva? Cepat habiskan makananmu!"

Zeva tersentak kaget mendengar ucapan sang Mama, dengan cepat dia menghabiskan makanannya walaupun rasa makanan itu berubah hambar.

Sementara itu, Mama Audy yang sudah berada di kamar merasa gelisah. Dia yang berniat untuk pulang ke rumah ingin berpamitan dengan besan dan juga menantunya, tetapi dia malah mendapat kejutan yang tidak terduga dari mereka.

"Arion?"

Dia baru ingat kalau belum melihat putranya, dengan cepat dia mengambil ponsel dan segera menelpon Arion.

"halo, Ma?"

"kau di mana, Sayang?" tanya Mama Audy dengan cepat.

"aku ... di kantor!"

"Apa? Kantor?" Mama Audy merasa terkejut, bisa-bisanya putranya itu langsung masuk kantor setelah menikah.

"Ya, apa ada sesuatu, Ma?"

Mama Audy berpikir sejenak, dia tidak boleh memberitahukan hal ini dulu pada putranya. "Ti-tidak ada, Sayang! Nanti kalau sudah selesai pulanglah ke rumah, Mama akan membawa istrimu!"

"Kenapa?" Arion yang ada di sebrang telpon merasa bingung, dia kan punya apartemen sendiri, untuk apa pulang ke rumah orangtuanya.

"Karna Mama yang bilang! Udah, pokoknya kau harus pulang ke rumah Mama!"

Tut, Mama Audy langsung mematikan panggilannya, setelah itu dia duduk di atas ranjang sambil menunggu kedatangan Zeva.

"Ingat, Zeva! Kehormatan kami ada padamu, jangan jatuhkan harga diri kami dengan mengatakan kalau kau mencintai laki-laki lain. Mama mohon, tolong hargai ikatan suci pernikahan yang telah mengikatmu!"

Zeva mengepalkan kedua tangannya, rupanya mereka sudah berdiri di depan pintu kamar Mama Audy.

Tanpa menjawab ucapan Mama Zara, Zeva langsung saja mengetuk pintu kamar itu dan langsung masuk saat mendengar jawaban dari dalam.

"Kau sudah datang? Sini, duduk di sebelah Mama!" Mama Audy menepuk tempat yang ada di sampingnya membuat Zeva berjalan pelan ke arahnya.

"Kenapa kau takut seperti ini? Mama cuma ingin bicara, bukan akan memarahimu!"

Mama Audy menggenggam kedua tangan menantunya, lalu menarik Zeva agar duduk di sampingnya. "Apa Arion memperlakukanmu dengan baik?"

Zeva merasa gugup, jantungnya berdebar keras saat mendengar pertanyaan dari Mama Audy.

"Sayang, Mama bisa melihat semuanya dari raut wajahmu. Kau pasti benar-benar terpaksa menikah dengan Arion!"

"Ta-tapi dia memperlakukan aku dengan baik, Ma!" Entah kenapa mulut Zeva bergerak sendiri dan mengatakan hal seperti itu.

Mama Audy lalu tersenyum. "Syukurlah kalau seperti itu, walaupun dia pendiam dan kaku. Tapi Arion itu laki-laki yang baik, dia juga kebanggaanku!"

Zeva melihat wajah mertuanya yang tersenyum lebar, terlihat jelas kalau wanita paruh baya itu sangat menyayangi putranya.

"Kau tau Zeva, Arion itu laki-laki yang sangat keras kepala. Dia juga sangat susah untuk didekati, sifatnya jauh lebih dingin dari Ayahnya!"

Zeva mendengarkan cerita Mama Audy dengan serius, setidaknya dia harus tau bagaimana sifat dan karakter suaminya.

"Sejak kecil, dia dituntut untuk selalu sempurna dalam hal apapun. Dia sudah dibentuk sedemikian rupa sebagai pewaris keluarga kami, hingga begitu banyak beban yang harus dia tanggung!" Mama Audy menarik napas panjang sebelum melanjutkannya.

"Dia tidak pernah bermain lagi setelah umurnya 10 tahun, dia dipaksa untuk terus belajar agar bisa memimpin perusahaan. Arionku, Arionku tumbuh dewasa karna dipaksa oleh keadaan!"

Mama Audy meneteskan air mata, dia ingat betul bagaimana hari-hari yang harus dijalani oleh putranya. Namun, dia tidak bisa melakukan apa-apa. Semua itu demi kebaikan banyak orang, demi berlangsungnya perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan.

"Dia tidak punya waktu untuk bermain dengan teman-temannya, dia bahkan tidak bisa istirahat. Itu sebabnya dia menjadi pribadi yang tertutup, dan susah untuk didekati!"

Zeva melihat Mama Audy dengan sendu, entah kenapa dia merasa sedih saat mendengar kisah Arion. Dia sendiri tau bagaimana rasanya tersiksa karna terus dikekang, sampai rasanya tidak bisa bernapas.

"Saat dia tau tentang perjodohan kalian, dia hanya diam mendengarkan. Mama bertanya tentang pendapatnya, dan dia hanya mengatakan kalau pilihan orangtuanya pasti yang terbaik!"

Zeva merasa tertampar saat mendengar reaksi Arion tentang perjodohan mereka, berbanding terbalik dengan apa yang dia lakukan.

"Mama tidak mau memaksa, andai mama tau kalau kau tidak menginginkan pernikahan ini. Tentu mama juga akan menentangnya, mama tidak mau kalian tersakiti!"

Zeva meremmas kedua tangannya dengan kuat, dia merasa sangat bersalah dengan apa yang terjadi sebelumnya.

"Sekarang semua sudah terjadi, mama hanya meminta sedikit saja pengertian darimu. Kalau kau memang ingin berpisah dengan Arion, maka lakukan setelah beberapa bulan kalian menikah. Arion pasti akan terluka jika kalian berpisah sekarang!"

Zeva terdiam, dia mencoba untuk memikirkan apa yang Mama Audy katakan padahal dia belum sampai memikirkan tentang perpisahan.

"Pikirkanlah, dan beri jawaban pada mama dalam beberapa hari ini!"

•

•

•

Tbc.