NovelToon NovelToon
Mengandung Anak Mantan Suami

Mengandung Anak Mantan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Lari Saat Hamil / Single Mom / Anak Genius
Popularitas:9.9M
Nilai: 4.7
Nama Author: febyanti

Sarah harus menelan pil pahit, suami yang dicintainya malah menggugat cerai. Namun, setelah resmi bercerai Sarah malah dinyatakan hamil.

Kenyataan pahit kembali, saat ia akan mengatakan bahwa dirinya hamil, ia malah melihat mantan suaminya bersama teman wanitanya yang terlihat lebih bahagia. Sampai pada akhirnya, ia mengurngkan niatnya.

Sarah pergi dari kehidupan mantan suaminya. Akankah mantan suaminya itu tahu bahwa dirinya hamil dan telah melahirkan seorang anak?

Ini hanya sekedar hiburan ya, jadi jangan berkomentar tak mengenakan, jika tidak suka skip saja. Hidup itu harus selalu dibawa santai😊😊

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon febyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 4

Hari-hari berlalu begitu saja, dan hari ini, Sarah tengah merasakan kontraksi. Namun, ia diam saja karena tidak ingin membuat bi Ami panik. Perlahan, Sarah menghampiri wanita tua itu yang sedang di dapur tengah menyiapkan makan malam untuknya. Bi Ami sangat baik, keadaan perutnya yang sudah membesar membuatnya tidak begitu bisa bergerak bebas.

Sarah menyentuh bahu bi Ami. Area kening sudah bermunculan keringat, bi Ami rasa wanita hamil itu tengah kegerahan.

"Bi." Sarah meraih spatula yang dipegang bi Ami, lalu meletakkannya di wajan. Dan kompor pun dimatikan.

Itu membuat bi Ami terheran-heran. Wanita itu pun akhirnya mengelap keringat Sarah di kening. "Hamil tua memang seperti ini, Bibi juga ngalamin itu," tuturnya yang terus mengelap keringat Sarah. Ia juga tidak merasa ada yang aneh dengan wanita hamil itu. Sarah nampak tenang.

"Hentikan aktivitasnya, sekarang kita berangkat," ujar Sarah. Ekspresinya sedikit meringis kala merasakan mulas semakin terasa.

Ia tak ingin membuat bi Ami khawatir. Sosok Sarah benar-benar berubah, itu semua karena perceraian yang dialaminya. Menjadi wanita kuat dan tegar, jika masih dipertemukan ia ingin mantan suaminya itu tahu bahwa keadaan yang membuatnya seperti ini.

"Berangkat kemana?" tanya bi Ami bingung.

"Perutku kok agak mules ya, Bi. Padahal, perkiraan 'kan satu Mingguan lagi." Sarah mengusap perutnya karena bayi itu menendang.

"Kontraksi?" tanya bi Ami.

"Mules aja, Bi. Bukan kontraksi yang bagaimana, kita ke rumah bu bidan saja," ajak Sarah.

Karena takut melahirkan, bi Ami langsung membawa perlengkapan bayi. Lokasi ke rumah bidan lumayan jauh. Namun, hanya ada tukang ojek alat transportasi di malam begini.

"Naik ojek gak apa-apa?" tanya bi Ami.

"Gak apa-apa, Bi." Sarah pun berpegangan ke bagian belakang motor, dan bi Ami naik motor lain.

"Pelan-pelan ya, Pak," ujar Sarah pada tukang ojek itu.

"Iya, Neng. Kita ke rumah bu bidan 'kan?" tanya tukang ojek itu.

"Iya, Pak," jawab Sarah.

Motor melaju dengan kecepatan sedang, kebetulan di tempat bidan itu ada yang melahirkan juga. Sehingga, mau tak mau Sarah dan bi Ami pergi ke rumah sakit terdekat.

Dan betul saja, Sarah sudah pembukaan 7 saat diperiksa oleh perawat di rumah sakit itu. Bi Ami pun ikut serta ke ruangan bersalin karena Sarah ingin wanita itu terus bersamanya.

"Aduh, Bi. Perutku semakin mules," rintih Sarah.

"Yang tenang ya, berdoa. Semuanya akan baik-baik saja, Bibi akan terus menemanimu di sini." Bi Ami mencekal lengan Sarah seakan memberikan kekuatan. Tidak bisa dibayangkan akan hal itu. Bi Ami sudah cukup berpengalaman.

"Yang kuat, ikuti apa kata dokter," ujar bi Ami lagi. Sarah mengangguk sambil meringis.

Sekuat apa pun ia, di sinilah titik di mana ia menaruhkan nyawa. Sarah menitikkan air mata setelah lamanya. Dalam hati, ia mengingat mantan suaminya. Bagaimana pun, ia akan melahirkan anak mantan suaminya itu. Berjuang sendiri tanpa ada lelaki yang menemani itu terasa sakit. Takdir membuatnya getir, ia yakin dirinya bisa melewati cobaan ini. Kebahagiaan menantimu, Sarah.

Rasa gelisah mulai dirasakan, rasa sakit itu bercampur. Sedih, bahagia, ia telan sendiri. Semakin ke sini, mulas itu semakin dekat jaraknya. Ia terus mengikuti apa kata dokter, mengatur napas sebisa mungkin. Bi Ami pun mendoakan, ayat-ayat suci ia panjatkan lalu meniupkannya di ubun-ubun wanita yang akan melahirkan itu.

"Ya, terus, Bu. Sedikit lagi," kata dokter.

Dokter sendiri pun ikut gereget karena kepala bayi sudah terlihat, tapi sepertinya ibu calon bayi itu sudah kehabisan tenaga. Selang inpus mulai dipasang, oksigen pun dipasang untuk membantu pernapasan.

"Suaminya ke mana, Bu?" tanya dokter.

"Suami saya kerja, Dok," jawab Sarah, supaya tidak ada masalah terpaksa ia berbohong.

Dokter pun tidak lagi menanyakan keberadaan suami pasien. Sarah berjuang kembali untuk melahirkan anaknya.

"Tarik napas, Bu." Dokter memperagakan apa yang disuruh.

Sarah pun melakukan itu, ia kembali memposisikan diri. Memegang kedua paha sebagai pegangan. Perasaan itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, rasanya ajal sudah mau menjemputnya.

"Ayo, Bu. Sekali dorongan lagi saya yakin bayinya akan keluar," seru dokter.

Kepala bayi yang sudah terlihat pun kembali ke dalam karena Sarah tak kuat mendorongnya. Tubuhnya benar-benar sudah lemas.

"Ayo, Sarah. Kamu pasti bisa." Bi Ami terus mendampingi. Terus mengusap kepala Sarah yang nampak sudah basah karena keringat.

"Bu, tolong dikasih minum dulu," ujar dokter kepada bi Ami.

Sarah minum terlebih dulu, kali ini ia harus bisa. Dengan sekali dorongan, akhirnya Sarah berhasil. Ia berteriak menyebut nama mantan suaminya.

"Mas Farhan ...," teriak Sarah kencang.

Suara tangisan bayi pun menggema di ruang bersalin.

Sementara di tempat lain.

Farhan yang sedang duduk sambil menatap bulan di depan jendela kamar hotel, ditemani secangkir kopi. Namun, tak sengaja kopi itu terjatuh dan gelas kopi pun pecah. Ada getaran aneh pada dirinya, kenapa tiba-tiba ia teringat mantan istrinya yang kini tidak tahu akan keberadaannya.

"Pak, Bapak tidak apa-apa?" Bayu yang ikut bermalam di sana pun mendengar cangkir terjatuh.

"Tidak apa-apa, ini hanya gelas jatuh," jawab Farhan. Lalu, pria itu beranjak dan menanyakan akan kartu yang dipegang Sarah. Sudah sembilan bulan tidak ada kabar sama sekali dari kartu yang dipegang wanita itu.

Bayu menggelengkan kepala, karena kartu itu benar-benar tidak digunakan.

"Kalau Bapak masih penasaran saya bisa mencari tahu soal bu Sarah," kata Bayu.

"Tidak usah, saya hanya heran kenapa Sarah tidak menggunakannya?" Hidup di dunia ini butuh uang, lalu bagaimana nasib wanita itu tanpa pasilitas darinya? Sarah tidak bisa dalam satu bulan tanpa shooping. Wanita itu sudah terbiasa hidup mewah selama menjadi istrinya.

"Saya mau istirahat saja kalau begitu." Farhan menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di sana.

Ponsel yang sejak tadi berdering pun ia acuhkan, ia tahu yang menghubunginya pasti Nadia. Karena wanita itu juga membuatnya selalu berpikir buruk tentang Sarah. Kini, ia tahu motif wanita itu. Nadia senang jika dirinya berpisah dengan Sarah.

Farhan mengabaikan panggilan dari wanita itu dan ia memilih untuk tidur. Karena mulai besok ia akan melihat beberapa lamaran secara langsung. Keantusiasan warga menyambut lapangan kerja cukup bagus. Ia yakin dengan begini perusahaan cabangnya akan berkembang dengan sangat pesat.

***

Sarah menatap bayi mungil laki-laki itu, wajahnya begitu mirip dengan mantan suaminya.

"Bi, dia mirip sekali dengan mas Farhan," ujar Sarah sambil tersenyum getir.

"Kan anaknya," jawab bi Ami.

Mendengar itu, Sarah malah tersenyum. Sungguh malang nasib anak itu, harus terlahir tanpa sosok ayah yang menyambutnya.

"Maafkan Ibu," ucap Sarah.

Sarah bermalam di rumah sakit, dan akan pulang esok hari. Beruntung, ia sudah melampirkan lamaran kerjanya beberapa hari lalu. Semoga, ia diterima. Ia melamar bagian apa saja yang penting diterima kerja. Pabrik baru pasti membutuhkan semua bagian. Asal, jangan bagian sewing karena ia tidak bisa menjahit.

Lulusannya pun hanya SMA, jadi cleaning servic pun tidak masalah.

Sampai keesokkan harinya, Sarah pulang bersama bayi itu juga bi Ami.

"Angkot sudah menunggu di depan, biaya rumah sakit pun sudah Bibi bayar," kata bi Ami.

"Terima kasih, Bi. Setelah kerja nanti aku ganti semua uang Bibi," ujar Sarah.

"Jangan terlalu memikirkan itu, yang penting kamu sehat dulu. Ngomong-ngomong, siapa nama bayi ini?"

"Aku belum siapkan nama, Bi. Nanti saja di rumah ya."

***

Farha melihat CV yang sudah di terima, tinggal menunggu bahan-bahan perusahaan akan dibuka. Dengan adanya karyawan lebih dulu pabrik akan langsung beroperasi. Semua CV ia cek satu persatu.

Hingga akhirnya ia menemukan CV bernama Sarah Amalia. Lalu melihat foto copy KTP, wajahnya tidak terlalu begitu jelas. Namun, ia heran kenapa ada wanita yang kelahirannya sama dengan mantan istrinya? Tapi dari KTP itu bahwa tempat tinggalnya asli dari kota Bandung.

"Nama Sarah Amalia itu banyak, ini hanya kebetulan saja." Farhan menepis dugaannya, mungkin ia terlalu kepikiran akan mantan istrinya itu berada. Tidak mungkin juga wanita manja sepertinya mau bekerja di pabrik.

_

_

Dukungannya jangan lupa ya, bisa kasih poin bunga atau kopi, bisa juga kasih vote setiap minggunya, biar aku semakin semangat, ayo jangan pelit bagi poinnya🤭🤭🤭

1
Alma Lisma
Luar biasa
Salma Suku
Baru mampir thor
Anonymous
keren
Mrs. Labil
ngakk dah smpai sini 🤣🤣🤣
Mrs. Labil
bnr tu sarah
Mrs. Labil
wkwkwkwk
Mrs. Labil
betulll
Mrs. Labil
betul, mama kerennn 👍👍👍
Mrs. Labil
menjijikan 🤮
Mrs. Labil
Boong ni dokter, ku kira wanita tulus, sbnrnya sempt ksian krn bakal di tinggal Farhan, ternyata ular berbisa juga
Mrs. Labil
b*go, sadar ma perasaan sndiri gk sih ni Farhan 😡😡
Mrs. Labil
tul, sarah mkin dewasa dan bijaksana 💃💃💃
Mrs. Labil
Makin kesini Farhan makin ngeselin ya 😡 ngajak rujuk tapi kek gak ada rasa gitu ke Sarah, gmn sehh 🤯
Mrs. Labil
benar Sarah 👍👍👍
Mrs. Labil
sakit banget di posisi Sarah, dr awal smpai sini ttp Sarah yg paling tersakiti 😢😢😢
Mrs. Labil
bagus, biarin Farhan berjuang dl br bisa mndptkan Sarah kmbali, krn perjuangan Sarah sendiri sangat berat 😢
Mrs. Labil
bagus sarah, pertahankan dl gengsimu, dia yg mbuangmu tnpa keslahn yg brarti, biarkn Farhan gila mengejarmu 😎😎
Mrs. Labil
yahhh, sabar ya Sarah, akan ada pelangi setelah hujan 😊
Mrs. Labil
aku kok brsa Farhan gak ada rsa berslahnya ke Sarah, saat dia mau pisah, pisah, saat dia mau rujuk, ya rujuk gitu ? gak ada perjuangan nya dl kah ? sedangkan Sarah sangat menderita dan berjuang sendiri
Mrs. Labil
nangis dah 😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!