Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 07. Bang Bule
Pukul 18.30 Kai kini berada di tengah pulau J tepatnya di kota S. Kota yang memiliki tempat ikonik seribu pintu itu membuat Kai mengembangkan senyumnya. Kai yang memang berhenti di terminal segera mencari masjid atau mushola terdekat.
" Alhamdulillah." Ucap Kai saat melihat sebuah mushola di luar terminal. Kai pun melenggangkan kakinya menuju mushola tersebut untuk segera menjalankan kewajibannya yang tertunda.
Setelah beberapa saat dia pun menyelesaikan kewajibannya. Kai tidak serta merta pergi dari mushola itu. Dia memilih berhenti sejenak untuk sekedar beristirahat.
" Seperti inilah dunia luar? Haish… Selama ini aku hanya berkutat pada pekerjaanku sehingga tempat tempat di daerah seperti ini pun aku tidak pernah melihatnya. Baiklah sepertinya besok aku harus mengelilingi kota ini."
Kai mengeluarkan air mineral dan nasi bungkus yang ia beli tadi dan memakannya perlahan. Namun seketika ia tertawa pelan.
" Hahaha… apa yang akan kolega ku pikirkan jika mereka melihatku begini. Haish… tapi aku rasa mereka tidak akan mengakuiku sebagai koleganya."
Kai melanjutkan makan malam sederhananya. Ia sungguh merasakan sebuah hal yang luar biasa kali ini dan dia yakin keseruan perjalanan nya akan segera dimulai.
Setelah menyelesaikan makannya, Kai beranjak dari tempatnya. Ia hendak mencari tempat untuk tidur malam ini.
Kai berjalan menyusuri jalan. Meskipun sudah malam namun suasananya tetap ramai. Terminal yang dekat tidak jauh dengan pelabuhan tersebut sangatlah banyak orang yang berlalu lalang.
Namun nasib sial untuk Kai, angkot di kota tersebut sudah tidak tampak. Kai pun menertawakan dirinya sendiri yang tidak membawa ponsel pintarnya. Jika ada ponsel pintar miliknya maka akan lebih memudahkannya mencari penginapan terdekat atau memesan transportasi online menuju lokasi yang diinginkan.
" Hahahah,,, inilah yang dinamakan menyusahkan diri sendiri. Kai... Kai.... Terimalah perbuatan mu sendiri. Haaah..... Sepertinya aku harus membeli ponsel. Cari yang murah saja mungkin ya."
Kai bermonolog sepanjang jalan. Jika sebelumnya ia tidak akan berpikir mengenai harga barang, sepertinya kali ini dia harus berhati hati dalam menggunakan uangnya.
Kai berjalan dengan santai dan tenang sambil menikmati malam dan tentunya sambil berpikir dimana ia akan tidur malam ini. Namun tiba tiba langkahnya di hadang oleh beberapa orang. Kai membuang nafasnya kasar, dia sudah tahu apa yang akan terjadi setelah ini.
" Mas mas mau apa ya?"
" Wuih… dudu wong kene ( bukan orang sini)."
" Saya memang bukan orang sini mas."
" Lah, de e ngerti omongane dewe."
" Iya saya ngerti, mas mas ini mau apa ya?"
" Berikan uangmu."
Tanpa pikir panjang Kai memberikan sejumlah uang kepada orang orang yang mencegatnya. Ia tidak mau mencari ribut di hari pertamanya datang ke daerah orang. Namun ternyata mereka tidak puas dengan pemberian Kai.
" Semuanya."
"Tck… dasar tidak bersyukur. Segitu itu sudah alhamdulillah mas. Jangan serakah."
" Lah… iki uwong malah ceramah. Aku ra butuh ceramahmu. Aku butih duitmu kesinikan."
Orang orang tersebut tidak sabar dan merebut paksa dari Kai. Kai pun menyeringai dengan perlakuan orang orang tersebut.
" Tck… kalian membuatku berolahraga malam malam begini. Jangan salahkan aku brother."
Mereka Tidak mengerti maksud Kai. Para pria tersebut melayangkan sebuah tinjauan, namun bisa dihadang oleh Kai.
Satu lawan dua, dua orang pria bertubuh sedikit besar itu menyerang bersamaan.
Bugh… Bugh… bugh…
Namun bukannya Kai yang tumbang, tapi malah ketiga orang itu.
Mengetahui kalah, salah satu pria itu bersiul. Sepertinya ia memanggil kelompoknya.
Suit….suit…..
Dan benar saja sekelompok orang datang. Mereka berjumlah 5 orang. Kai membuang nafasnya dengan kasar.
" Ya Allaah, baru saja mau sedikit hepi malah udah disuguhin yang macam begini."
" Jangan ngedumel kamu bule kampung."
" Eh… yang bule sopo to mas."
" Ya kamu itu."
Kai meringis mendapat sebutan bule. Memang sih wajahnya sedikit kebarat baratan namun ia tidak menyangka saja akan dijuluki bule.
" Sudah lah kalian mau apa, aku tidak suka bermain kasar."
" Aku mau semua barang barangmu."
" Hei yang benar saja."
Mereka yang sudah tidak mau berkompromi langsung menyerang Kai bersamaan. Namun sebenarnya hal tersebut mudah bagi Kai. Ia malah menikmati setiap serangan yang diberikan.
Bugh… bugh… akh… kletak… pak… pak… Duagh.
Mereka semua terkulai lemah di tanah. Beberapa luka mereka dapatkan. Namun mereka tidak menyerah. Seseorang diantara mereka hendak menghunuskan belati ke arah Kai. Namun secepat kilat belati itu malah sudah berpindah ke tangan Kai.
" Haish… kalian ini dikasih enak malah minta yang susah."
Kai melempar belati itu ke tanah dan pergi dari sana meninggalkan sekelompok orang yang kesakitan.
" Tunggu…. Jangan pergi."
Kai berhenti lalu membalikkan tubuhnya menatap para sekelompok orang tersebut.
" Siapa namamu dan kau mau kemana?"
" Namaku… namaku Bhumi. Aku mau cari tempat tidur."
" Ikutlah bersama kami. Kau bisa tidur ditempat kami."
Tanpa adanya rasa curiga Kai mengikuti sekelompok orang tersebut dengan menaiki sebuah mobil bak terbuka.
" Apakah tidak apa apa menaiki ini. Apa tidak akan ditangkap polisi."
Semua tergelak mendengar pertanyaan polos Kai. Ia rasa bule ini memang benar benar baru di kota ini.
" Tenang lah bang bule. Kita tidak akan tertangkap. Lagian ini sudah malam. Berpeganglah erat perjalanan kita agak sedikit jauh. Atau kau mau duduk di dalam."
" Tidak perlu, aku disini saja sambil melihat pemandangan kota."
Mobil tersebut pun melaju membelah kota S. Mereka mencari jalan samping untuk menghindari kemacetan kota.
" Kenalkan, namaku Tejo. Dari mana asalmu bang."
" Aku dari kota J mas Tejo."
" Pantas saja logatmu berbeda, tapi ku dengar dari anak buahku kau mengerti bahasa kami."
" Ya sedikit, ayahku dan eyangku eh maksudku bapak dan mbahku asli orang jawa."
Pria yang bernama Tejo itu mengangguk mengerti. Ia mengamati Kai dari atas sampai bawah. Tampilan pria di depannya ini memang sederhana tapi ia merasa tidaklah sederhana yang ia pikirkan.
" Terus bang bule mau apa ke kota ini."
" Entahlah, saat ini yang penting aku tidur dulu. Tapi aku mau tanya apa pekerjaan kalian ini memang menodong orang seperti tadi?"
Tejo menundukkan kepalanya, ia mengambil nafasnya dalam dalam dan membuangnya perlahan.
" Maafkan kami bang bule, sebenarnya kami bukanlah orang seperti itu. Namun kami sungguh terdesak. Mencari pekerjaan begitu sulit. Kami memang berkelompok begini. Tapi kami tidak mencelakai orang kami sebenarnya bekerja sebagai kuli panggul di pelabuhan. Lalu kami kadang meminta sedikit uang saja pada para pedagang di pasar."
Kai ingin tertawa namun ia coba menahannya. Bukankah itu hal yang sama, mereka tidak mencelakai tapi jika tidak diberi mereka melakukan kekerasan juga.
" Itu sama saja mas Tejo. Itu mas Tejo malak namanya. Kalau nggak dikasih mas Tejo mengancam dan menakuti orang. Beruntung saya bisa sedikit bela diri kalau tidak pasti saya yang babak belur dikeroyok anggota mas Tejo."
Glek…
Tejo menelan salivanya kasar. Ia gagal fokus di ucapan Kai yang mengatakan dirinya bisa sedikit ilmu bela diri.
Sedikit bisa piye, lha wong dia bisa membuat kami ngegeletak semua di jalan. Padahal ilmu bela diri kami lumayan. Ini orang bukan orang sembarangan sepertinya, batin Tejo.
Tejo terus memperhatikan wajah Kai. Terbesit kekaguman dalam diri Tejo terhadap sosok Kai. Ia merasakan sebuah aura kepemimpinan dalam diri pemuda yang ia panggil bang bule itu
TBC