Kesalahan Satu Malam

Hanum terdiam sambil melihat ke arah Steven yang saat ini terlihat marah padanya.

"Jawab Hanum! Kenapa kamu hanya diam saja," bentak Steven kepada Hanum.

"Untuk apa aku menjawab nya, Mommy mu sudah menjelaskan semua nya," jawab Hanum sambil menahan air matanya.

Mendengar jawaban Hanum, Steven langsung terdiam tidak menyangka bahwa Hanum akan benar-benar membunuh anak nya sendiri.

"Kenapa kau begitu kejam, Hanum? Tidak kah kau tau bahwa anak itu adalah anak mu sendiri, kenapa kamu tega membunuh anak yang bahkan masih belum lahir," Steven menatap benci ke arah Hanum.

"Karena aku tidak ingin anak itu lahir, dari awal kau juga tidak menginginkan anak itu bukan dan sekarang sudah benar jika anak itu meninggal karena sejak awal dia tidak pernah di inginkan. Kalian menginginkan dia hanya karena dia seorang anak lelaki yang akan menjadi pewaris selanjutnya keluarga Dirgantara, kalian hanya memanfaatkan anak itu dan aku tidak mau anak ku di manfaatkan oleh kalian," jawab Hanum melawan Steven bahkan bicara dengan nada tegas.

Steven benar-benar tidak menyangka bahwa wanita polos yang selama ini tinggal bersama dengan dirinya adalah seorang wanita jahat yang bahkan dengan teganya membunuh anak nya sendiri.

"Hanum, aku tidak menyangka bahwa kamu adalah wanita jahat. Selama ini aku benar-benar sudah tertipu oleh wajah polos mu itu, aku tidak menyangka bahwa kau menyimpan kebusukan mu dengan rapi,"

"Kau sudah tau diri ku yang sebenarnya, sekarang kau bisa keluar dari dalam kamar ku," Hanum tampak mengusir Steven dari dalam kamar nya.

Tanpa berbicara apapun, Steven pun langsung keluar dari kamar Hanum dengan amarah di dalam hatinya. Mommy Steven yang masih berada di sana pun tampak bertepuk tangan melihat bagaimana sikap Hanum kepada Steven.

"Bagus Hanum, Bagus. kau benar-benar wanita yang tau diri, kau melakukan semua ini agar Steven membenci kamu. Kau benar-benar membuktikan padaku bahwa kau mendengar apa yang aku katakan pada mu waktu itu," kata Mommy Steven tersenyum bahagia.

"Apa lagi yang kau inginkan dari, aku sudah menuruti apa yang kau katakan untuk menjauh dari Steven. Kenapa kau begitu kejam, kau bisa meminta ku untuk pergi tanpa harus membunuh anak ku,"

"Membunuh?"

"Jangan pura-pura bodoh, aku tau bahwa ke dua orang itu adalah suruhan mu karena hanya kau lah yang tidak suka pada ku dan tidak menginginkan anak yang aku kandung menjadi salah satu bagian keluarga Dirgantara," kata Hanum tampak menatap tajam ke arah Mommy Steven.

"Kenapa kau harus membunuh anakku? Kenapa kau tidak mengijinkan aku untuk pergi membawa anak ini? kenapa harus membunuh nya, hiks hiks," tangis Hanum tidak bisa dia tahan lagi karena kesedihan kehilangan anaknya.

"Jika aku tidak membunuh nya aku takut suatu hari nanti kau akan memanfaatkan anak itu dan membuat Steven menjadikan kamu nyonya keluarga Dirgantara, aku tidak rela jika itu terjadi. Maka dari itu membunuh anak itu adalah jalan satu-satunya agar kau tidak memiliki kesempatan untuk masuk dan berada di keluarga Dirgantara. Kau mengerti!" kata Mommy Steven berada cukup dekat dengan Hanum agar dia bisa mendengar dengan jelas apa yang dia katakan.

"Aku tidak menyangka wanita kampung seperti kamu ternyata tidak bodoh, kau bisa dengan mudah mengetahui bahwa semua rencana kematian anak mu adalah rencana ku. Sudahlah aku masih memiliki beberapa urusan yang harus aku lakukan, selamat tinggal Hanum." kata Mommy Steven dengan tersenyum ke arah Hanum dan pergi meninggalkan Hanum.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Mommy Steven, Hanum hanya bisa menangis tidak menyangka bahwa Mommy Steven begitu sangat kejam pada dirinya dan juga anak yang bahkan belum lahir.

Sudah 2 hari sejak kematian anak nya, Hanum hanya diam tidak melakukan aktivitas apapun dan semenjak kejadian itu Steven tidak pernah lagi datang untuk menemui dirinya. Hanum tau bahwa Steven pasti kecewa padanya. Kini Hanum sudah di perbolehkan untuk pulang, Hanum tampak bersiap dengan membawa beberapa pakaian nya.

Saat Hanum tengah berjalan menuju keluar rumah sakit, tiba-tiba handphone nya berdering.

"Hallo,"

"Apakah ini benar dengan Nona Hanum?"

"Iya Benar, ini siapa ya?"

"Kami dari pihak rumah sakit xx tempat dimana Ibu Nona di rawat. Saya hanya ingin memberitahukan bahwa kondisi ibu Nona mengalami penurunan kesadaran atau bisa di bilang dalam keadaan kritis jadi mohon Nona untuk segera datang ke rumah sakit," ucap si perawat rumah sakit tersebut.

Mendengar hal tersebut Hanum benar-benar sangat terkejut dan tanpa berkata lagi Hanum pun langsung pergi menuju ke rumah sakit tempat Ibu nya di rawat.

Setelah tiba di rumah sakit, Hanum langsung berlari menuju ke kamar ICU tempat dimana Ibu nya di rawat.

"Dok, bagaimana keadaan Ibu saya?" tanya Hanum kepada sang dokter yang menjaga Ibunya.

"Keadaan Ibu Nona semakin menurun,"

"Apa? Tapi bagaimana bisa Dok? Padahal waktu itu Ibu saya masih terlihat sangat sehat bahkan saya berbicara dengan Ibu saya,"

"Saya juga tidak mengerti kenapa keadaan Ibu kamu tiba-tiba ngedrop tapi satu yang saya yakini kenapa Ibu kamu bisa tiba-tiba ngedrop seperti ini, saya rasa Ibu kamu mendapatkan sesuatu yang membuat dirinya merasa benar-benar terkejut dan dia terlihat emosional bahkan dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri hingga membuat tubuh nya tidak kuat dan mengalami seperti sekarang," kata sang Dokter tampak menjelaskan penyebab Ibu Hanum mengalami kehilangan kesadaran.

"Tapi apa yang membuat Ibu saya emosi sampai seperti ini?"

"Saya juga tidak mengerti, tapi kau tau sendiri kan bagaimana penyakit Ibu kamu yang memang tidak bisa menerima beban pikiran yang terlalu berat,"

Saat Hanum tengah berbicara dengan sang Dokter, tiba-tiba perawat datang menghampiri mereka berdua.

"Dok, pasien sadar dan sejak tadi memanggil nama Hanum," kata sang perawat.

"Itu saya, saya adalah Hanum." Hanum pun berjalan menuju ke ruangan dimana Ibu nya di rawat.

Hanum benar-benar sangat terkejut melihat keadaan Ibu nya yang di pasang alat medis di sekujur tubuhnya.

"Ibu?" panggil Hanum sambil memegang tangan Ibunya.

"Hanum, benarkah ini kamu Nak?" suara Ibu Hanum terdengar lemah.

"Iya Bu, ini Hanum," tangis Hanum tidak bisa dia tahan lagi.

"Jangan menangis Hanum, jangan sedih, Ibu baik-baik saja. Seharusnya Ibu yang menangis melihat kamu yang menjalani kehidupan ini dengan penuh penderitaan. Maafkan Ibu karena tidak bisa menjaga dan melindungi kamu. Maafkan Ibu Hanum karena Ibu kamu harus mengalami semua penderitaan ini," kata Ibu Hanum menangis saat dia mengetahui hal yang sebenarnya terjadi kepada Hanum.