Flower Michelin tak menyangka diusianya yang ke 17 tahun adalah awal petaka baginya.
Hadiah Ulangtahun yang seharusnya indah justru menjadi kado terburuk dalam hidupnya.
Pesta perayaan ulang tahunnya justru menjadi pesta kematian bagi kedua orang tuanya.
Seorang mafia kejam menghabisi mereka yang ia sayangi. Begitupun mahkota yang ia jaga selama ini direnggut paksa oleh bajingan itu.
Dendamnya membara dan membawanya hidup seatap dengan pria bajingan itu, menjadi seorang pembantu.
Akankah ia berhasil membalaskan dendamnya? Atau ia harus jatuh untuk kedua Kalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# Part 7 Mafia AHM
Hiyaaa
Bugh
Desh
Flower Michelin memukul dan menendang samsak di hadapannya berkali-kali untuk melampiaskan amarah dari dalam hatinya.
Sarung tinju yang membungkus tangannya ia gunakan untuk terus memukul benda berbahan dasar gabus itu dengan sekuat tenaga.
Kyaaaa
Bugh
"Hossh hosh hosh huffft." Gadis itu menjatuhkan dirinya di lantai ruangan itu dengan nafas ngos-ngosan. Ia baru merasakan lelah yang teramat sangat dengan otot yang terasa gemetar.
Sepanjang siang itu ia sudah mengeluarkan seluruh tenaganya memukul dan menendang. Ia berharap dengan melakukan itu ia bisa melepaskan semua sakit hati dan kemarahannya pada pria bajingan yang tidak ia kenali itu.
"Aku membencimu bajingan!" teriaknya dengan suara melengking keras diiringi oleh tangisnya yang sesenggukan.
Ia pikir dengan mengikuti kursus yang berbau kekerasan, hati dan tubuhnya akan ikut keras dan tidak memiliki rasa empati lagi, ternyata tidak. Ia hanya manusia biasa yang masih mempunyai rasa sedih seperti kebanyakan orang.
"Flo, apa ada masalah?" tanya Josh Hutcherson, teman barunya di tempat itu. Gadis itu menyusut airmatanya kemudian tersenyum.
"Aku baik, Josh. Aku hanya merasa tidak enak badan," jawab Flower kemudian berusaha untuk bangkit. Akan tetapi tubuhnya terhuyung karena merasa sangat kelelahan.
"Aku akan membantumu jika kamu tidak keberatan," ujar Joshua dan segera memapah gadis itu kemudian membawanya keluar dari ruangan itu.
"Terimakasih banyak Josh. Kamu baik sekali,"ujar Flower tersenyum. Pria itu pun ikut tersenyum.
"Kamu tidak perlu mengatakannya Flo. Kita adalah teman. Dan Aku berkewajiban untuk membantumu."
"Ah ya, kamu sudah sering mengatakannya padaku, hihihi," kekeh Flower seraya meraih tasnya dan bersiap untuk pulang.
Gadis itu akan kembali ke sebuah tempat yayasan sosial yang menyediakan tempat untuk orang seperti dirinya yang tidak punya rumah dan orang tua.
Josh Hutcherson ikut bersamanya menggunakan bus. Pria itu juga tinggal di tempat sejenis tetapi untuk para pria. Selama di dalam perjalanan, mereka berdua tidak melakukan percakapan seperti biasa.
Flower Michelin hanya sibuk memperhatikan jalanan yang mereka lalui dari arah jendela. Sedangkan Joshua tidak tahu harus melakukan apa. Gadis yang sedang duduk di sampingnya sepertinya sedang tidak ingin diganggu.
"Apa yang ingin kamu lakukan selanjutnya Flo?" akhirnya Joshua berani juga bertanya setelah lama terdiam.
"Apa?" Gadis itu balik bertanya seraya memandang Joshua yang ada di hadapannya. Pria itu tersenyum seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Setelah ini apa yang akan kamu lakukan Flo? kursus bela diri sudah berakhir."
"Aku tidak tahu. Mungkin Aku akan mencari pekerjaan yang cocok dengan keahlianku." Flower menjawab seraya mengangkat kedua bahunya.
Joshua terdiam lagi. Ia tidak tahu harus menanyakan apa lagi pada gadis cantik yang sering nampak murung dan bersedih itu.
Kendaraan umum itu akhirnya tiba di depan halte yang berjarak tidak jauh lagi dari tempat mereka tinggal. Kedua orang itu turun dati sana dengan cepat.
"Sampai besok ya Flo," ujar Joshua seraya melambaikan tangannya kepada Flower.
"Ah iya sampai besok," balas gadis itu dengan lambaian tangan pula. Ia segera berlari ke arah tempat tinggalnya yang lebih dikenal sebagai sebuah Panti Asuhan.
Langkahnya terhenti di depan bangunan itu. Ia memperhatikan deretan mobil mewah yang berbaris rapih di depan tempat tinggalnya. Dalam hati ia pun merasa bahwa pasti ada orang penting di kota ini yang sedang berkunjung.
"Hey Nona. Bisakah anda membantu saya membawa paket makanan ini untuk dibawa ke dalam?" pinta Frederico Patria yang sedang membawa beberapa paket dari dalam mobilnya.
Flower Michelin tersenyum kemudian menghampiri pria tampan itu. Ia pun meraih barang yang diberikan pria itu kepadanya. Frederico Patria belas tersenyum dan merasakan sesuatu yang berbeda pada perasaannya.
"Ah terimakasih banyak Nona," ujarnya seraya melangkahkan kakinya ke dalam Panti Asuhan milik pemerintah dinas sosial itu.
"Tak masalah," jawab Flower Michelin dengan singkat. Ia terus berjalan dengan cepat dan bahkan mendahului langkah-langkah panjang pria itu. Federico Patria hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya.
Ia yakin gadis itu adalah penghuni baru di tempat ini karena tidak mengenalnya yang sering datang ke tempat itu untuk membawakan bantuan.
"Selamat datang Tuan Patria," sapa Linda Brown dengan wajah gembira. Ia sangat senang jika pria itu datang berkunjung ke tempatnya.
"Hai Miss Brown," balas pria itu tersenyum. Ia menyimpan paket makanan di atas meja seraya memperhatikan Flower Michelin yang melakukan hal yang sama. Entah kenapa ia sangat tertarik pada sikap cuek gadis itu padanya.
"Anda seharusnya meminta anak-anak untuk membawa paket-paket itu Tuan. Tidak perlu memakai tangan anda sendiri," ujar Linda Brown seraya menghampiri pria itu.
"Ah, jangan memanjakan Aku Miss. George dan yang lainnya juga sering melakukan hal yang sama padaku."
"Baiklah, Aku tahu kalau anda suka bekerja sendiri meskipun semua anggota anda selalu ikut bersama dengan anda," ujar Linda Brown dengan senyum yang semakin lebar saat melihat begitu banyak barang yang sudah sampai di ruangan itu. Ia yakin bahwa pria dihadapannya inilah yang membawa semuanya.
"Flo, kemarilah sayang, kamu belum menyapa Tuan Patria," panggil perempuan itu kepada Flower Michelin yang sepertinya ingin meninggalkan tempat itu.
"Ah iya Miss, Maafkan Aku," ujar gadis itu dengan wajah tak nyaman. Ia pun segera menghampiri pria dengan setelan jas lengkap dan mewah itu.
"Hai Tuan. Aku Flower Michelin, senang berjumpa denganmu," ujar Flower seraya membungkukkan badannya di depan pria itu.
Deg
Frederico Patria merasakan tubuhnya membeku. Nama belakang gadis itu begitu mengganggu perasaannya. Ia pun menatap gadis cantik itu tak berkedip. Sebuah jawaban dari pertanyaannya beberapa saat yang lalu sepertinya akan terjawab.
Ia dan beberapa orang kepercayaannya baru saja mengunjungi tempat pemakaman keluarga Yousef Michelin disemayamkan.
Satu tanda tanya besar dari dalam hatinya adalah dimana kuburan putri Yousef Michelin yang katanya juga meninggal saat kejadian tersebut.
Apakah mungkin gadis ini ada di sini?
"Tuan Patria, ada apa? apakah ada hal yang menggangu perasaan anda?" pertanyaan Linda Brown membuyarkan lamunan panjangnya.
"Ah eh tidak. Dimana gadis yang tadi Miss Brown?" Frederico Patria mencari keberadaan Flower yang sudah menghilang dari hadapannya.
"Oh itu. Aku meminta gadis itu ke dapur Tuan. Ia harus membantu para pelayan untuk memasak makanan untuk semua anak-anak disini."
"Sejak kapan gadis itu ada di sini Miss?" tanya Frederico dengan wajah penasaran. Ia menatap tajam mata perempuan pengelola panti asuhan itu.
"Sekitar beberapa bulan yang lalu. Sebuah peristiwa buruk menghancurkan keluarganya. Dan anda tahu selanjutnya bagaimana kan?"
"Kami membawanya ke tempat ini untuk menghiburnya dan memberikan perlindungan untuknya. Dia gadis yang baik."
Deg
Frederico Patria merasakan dadanya berdebar kencang. Ia yakin bahwa gadis itu adalah putri dari Yousef Michelin yang selama ini membuatnya gila.
"Ada apa Tuan? Anda baik-baik saja 'kan?" Linda Brown tampak sangat khawatir dengan pria yang ada di hadapannya. Frederico Patria seperti seorang yang sedang terkena serangan jantung.
"Tuan, jangan membuatku takut," ujar Linda Brown dengan wajah panik. George yang sejak tadi berada di sana langsung meraih bahu pimpinannya itu dan memintanya untuk duduk.
"Tidak masalah Miss. Tuan Patria hanya sedang memikirkan sesuatu, maafkan kami." Linda Brown menarik nafas lega karena Frederico langsung tersenyum.
"Aku ingin meminta Flower Michelin untuk bekerja di rumahku, Miss Brown."
"Hah?"
🌺🌺🌺
*Tobe Continued.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
klo yg cwo cocok umur 32 ganteng yamvan