Aisyah dan Andromeda adalah seorang mahasiswi dan dosennya yang merupakan korban salah sasaran yang meminum syrup yang sudah diberi obat perangsang. Mereka akhirnya melakukan sesuatu yang dilarang oleh agama.
Akibat kejadian itu, Aisyah hamil anak dari laki-laki dingin dan cuek. Untuk menjaga nama baik semua orang, keduanya pun menikah dan hidup bersama di satu atap.
"Sejak awal aku tidak pernah mencintaimu," kata Andromeda dengan tegas.
"Ya, aku tahu kamu sangat mencintai sepupumu itu. Namun, cintamu bertepuk sebelah tangan. Apalagi dia wanita yang merupakan istri orang. Sampai kapanpun cintamu tidak akan terbalas," ucap Aisyah dengan sinis.
Akankah kedua orang itu saling membuka hati untuk menyembuhkan luka di hati mereka?
Atau mereka memilih untuk berpisah setelah bayi itu lahir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Sarapan
Teman-teman baca sampai selesai, ya. Jangan di skip biar terbaca oleh sistem. Lalu, jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan kepada aku dengan kasih like, komentar, bunga, kopi, vote, dan ⭐⭐⭐⭐⭐. Semoga hari ini kalian bahagia dan sehat selalu.
***
Bab 7
Pagi-pagi Aisyah memasak untuk sarapan. Dia memasak nasi goreng dan dadar telur. Hari ini dia akan pergi kuliah pagi, karena ada kelas di jam 08:00. Untungnya jarak rumah ke kampus lebih dekat dibandingkan dengan rumah kedua orang tuanya.
Wanita itu merasa mual saat mencium wangi nasi. Aisyah pun muntah-muntah di wastafel, karena tidak keburu pergi ke kamar mandi.
'Aku kira tidak akan mengalami hal seperti ini.' (Aisyah)
Perempuan itu tetap melanjutkan masaknya meski harus menutup hidungnya karena tidak tahan dengan bau nasi. Dia berusaha menjalankan peran menjadi seorang istri yang baik, meski dia tidak mencintai suaminya. Setidaknya dia melakukan ini semua semata-mata untuk beribadah dengan mengharapkan ridho dan pahala dari Allah.
Wangi nasi goreng goreng buatan Aisyah menyerebak ke seluruh rumah, bahkan sampai ke lantai dua. Senyum manis terukir di bibirnya. Dia merasa sangat senang karena sudah selesai membuat sarapan untuk suaminya. Sementara itu, untuk dirinya sendiri, Aisyah hanya makan pisang dan kurma, ditambah teh hangat.
Aisyah segera pergi mandi agar bisa sarapan bersama Andromeda. Setidaknya dengan sering berinteraksi, dia berpikir bisa menjalin pertemanan dan berkomunikasi dengan baik sesama penghuni rumah.
Aisyah sudah selesai bersiap dan pergi ke dapur. Dia melihat sarapan buatannya masih utuh, sehingga berpikir kalau Andromeda belum turun dari kamarnya untuk sarapan.
Langkah kaki Aisyah terhenti saat menaiki anak tangga yang kelima. Terlihat Andromeda jalan menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa.
"Pak, sarapannya su—"
Andromeda melewati Aisyah begitu saja tanpa mengapa atau melihat kepadanya. Seakan tidak ada orang di sana.
Wanita itu mengira kalau suaminya akan berjalan ke arah ruang makan, ternyata laki-laki itu pergi ke ruang depan dan keluar rumah.
"Astaghfirullahal'adzim. Sabar Aisyah … sabar! Dia itu memang orang yang seperti itu," gumam wanita hamil itu dengan menatap nanar ke arah pintu yang baru saja tertutup.
***
Aisyah melihat kedua temannya sedang duduk di kursi taman fakultas ekonomi. Dia pun menghampiri mereka. Tempat yang nyaman, karena banyak pohon yang tumbuh di sana. Suasana yang tenang, udara sejuk, dan pandangan yang enak untuk dipandang membuat ketiga perempuan itu suka menghabiskan waktu di sana sambil membicarakan banyak hal yang sedang ramai dibicarakan di kampusnya. Selain itu, tempat itu juga nyaman untuk membuat tugas dari para dosen mereka.
"Kalian sudah sarapan?" tanya Aisyah kepada Tarisa dan Renata.
"Belum," jawab Renata yang tinggal seorang diri di kost-an.
"Sudah," jawab Tarisa di waktu yang bersamaan.
Aisyah pun memberikan nasi goreng buatannya kepada Renata. Sementara yang satu lagi akan dia berikan kepada teman yang lainnya. Banyak mahasiswa yang kost dan kebanyakan dari mereka tidak sarapan jika ada kelas pagi, karena harus buru-buru ke kampus.
Saat Aisyah berjalan ke arah kelasnya, dia melihat salah seorang temannya yang dia kenal sejak duduk di MTs. Perempuan itu tahu kalau temannya ini seorang mahasiswa yang merantau dari pulau seberang dan sering melewatkan jam makan pagi dan malam.
"Aziz, apa kamu sudah sarapan?" tanya Aisyah ketika berdiri di dekat pemuda pemalu itu.
"Belum, kenapa?" Aziz balik bertanya.
"Ini, aku tadi membuatkan sarapan untuk Tarisa, tetapi dia sudah sarapan, sayang kalau harus terbuang karena basi," balas Aisyah sambil menyerahkan tempat makan ke arah Aziz.
Tentu saja pemuda itu merasa sangat senang. Ini bukan pertama atau kedua kalinya Aisyah memberikan sarapan kepada Aziz. Sejak mereka berteman di MTs, perempuan itu sering memberikan makanan kepadanya.
Aziz adalah anak yatim yang ayahnya meninggal saat menjalankan tugas sebagai seorang polisi. Saat itu dia masih berusia 5 tahun dan adik perempuannya berusia 2 tahun. Cita-cita dia ingin menjadi seorang hafidz sesuai keinginan ayahnya, maka dia pun rela pergi merantau ke luar pulau dan belajar mengaji semenjak masuk sekolah MTs dan masuk pesantren.
Tanpa kedua orang itu sadari, ada seorang laki-laki dewasa terdiam menatapnya tajam. Senyum kecut pun terukir di wajahnya yang dingin.
"Dasar wanita tidak punya harga diri!" umpat Andromeda lalu pergi menuju ruang pada dosen.
***
Bagaimana hubungan Aisyah dan Andromeda kedepannya? Apakah akan semakin jauh dan dingin? Atau Aisyah akan berusaha mendekati suaminya? Tunggu kelanjutannya, ya!
Sambil menunggu up bab berikutnya. Yuk, baca juga karya teman aku ini. Ceritanya bagus dan seru, loh! Cus meluncur ke novelnya dan jangan lupa untuk meninggalkan jejak.
bagus² semua karya author ,,suka 🥰