NovelToon NovelToon
JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Kisah cinta masa kecil / Menikah Karena Anak / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Remaja01

Warning⚠️

Siapkan tisu karna banyak adegan mengharukan mungkin akan menguras air mata.

_____
Menceritakan perjalanan hidup seorang pemuda bernama Firman yang berprofesi sebagai seorang pengedar obat-obatan terlarang. Sekian lama berkecimpung di dunia hitam, akhirnya Firman memilih berhijrah setelah mendapatkan hidayah melalui seorang anak kecil yang ia temukan di tepi jalan.

Akan tetapi, semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak halang rintangan yang menghambatnya keluar dari dunia hitam.

"Jack, mungkin aku akan keluar dari dunia hitam ini."

"Kau jangan gila, Man! Togar akan mencari dan membunuh kau!"

Dapatkan Firman keluar dari dunia hitam setelah bertahun-tahun berkecimpung di sana. Dan apakah ia akan Istiqomah dengan pendiriannya, atau akan kembali kejalan yang dulu yang pernah ia tempuh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

"Dokter, terimakasih ya sudah mau menjaga Umar malam tadi." Firman memecah keheningan yang sejak tadi tercipta. Kepala dan matanya hanya menunduk, memandang makanan dalam piring.

Tak ubah dengan Firman, dokter Aisyah dari tadi juga turut mendiamkan diri. Ia segan makan semeja dengan pria dan anak kecil yang bersamanya sekarang ini. Pasti orang yang melihat menyangka mereka adalah pasangan suami istri.

"Hm, Bang Firman. Saya boleh nanya sesuatu?" Dokter Aisyah yang sejak tadi juga menunduk, memberanikan diri memandang wajah pria yang duduk di hadapannya.

Firman pun mengangkat kepala. Menunggu tanya dokter muda di depannya.

"Ini tentang Umar. Apa bang Firman sudah melaporkan ke polisi?"

Pertanyaan dokter Aisyah menghentikan mulut Firman yang sedang mengunyah. Air dalam gelas di teguknya dan di sodorkan juga air pada Umar.

"Menurut dokter, kalau saya buat laporan ke polisi dan andaikan tidak ada orang yang merasa kehilangan. Apa setelah itu saya bisa mengadopsi Umar?" tanya Firman.

"Bang Firman sayang dia?" Dokter Aisyah balik bertanya. Dari gaya bicara Firman, dokter Aisyah sudah bisa menebak kalau Firman belum membuat laporan kehilangan Umar pada pihak berwajib.

Firman mengangguk, lalu beralih memandang Umar yang sedang memainkan mobilan yang baru di belinya. Beberapa hari bersama bocah itu, Firman merasa semakin takut kehilangannya.

"Tadi malam saya coba serching google dan mencari syarat untuk menjadi orang tua angkat untuk Umar. Tapi, saya ragu kalau permohonan ini akan di luluskan mahkamah." Kepala Umar di usap dengan penuh kasih.

"Coba bang Firman buat laporan pada polisi dulu. Kita tidak tahu, mungkin saja orang tuanya di luar sana sedang mencari Umar sekarang ini. Umar pun pasti rindu sama ayah dan ibu kandungnya." Dokter Aisyah memberi saran.

"Kalau saya membuat laporan. Pihak polisi pasti meminta Umar dan di serahkan pada yayasan selama proses pencarian berlansung."

Hal itulah yang membuat Firman masih berpikir antara ingin membuat laporan pada polisi atau tidak. Berat hatinya berpisah dengan Umar.

"Mungkin itu lebih baik. Bang Firman kan kerja? Kadang-kadang pulang sampai malam juga, kan? Kalau Umar tinggal di yayasan. Bang Firman masih bisa menjenguknya kapanpun bang Firman ada waktu luang. Tidak akan ada yang melarang."

Firman melepaskan keluhan halus. Kata-kata dokter Aisyah ada benarnya. Umar memang bukan haknya, tapi rasa sayang pada bocah itu makin lama makin menggunung, makin berat hatinya berpisah dengan bocah itu.

"Bruuum! Bruuum!"

Tidak hanya Firman yang tersenyum melihat Umar yang sedang memainkan 2 mobilan yang di pegangnya. Dokter Aisyah pun turut terhibur melihat bocah itu.

"Ini kali pertama saya makan dengan laki-laki, selain dari ayah dan Abang saya," ucap dokter Aisyah.

"Ohya? Apa artinya saya lah laki-laki beruntung itu?" Firman tertawa kecil. Ia juga senang dokter muda itu mau menerima tawaran makan siang bersamanya. "Setalah makan siang ini? Apa dokter ingin pergi ketempat lain? Saya bisa antarkan kalau dokter mau," tambah Firman menawarkan diri.

"Mau pergi kemana? Saya hanya ingin kembali ke klinik." Agak kikuk dokter Aisyah saat ini.

"Baiklah, sekarang saya harus antar dokter kembali ke klinik" ucap Firman. Lalu Firman mengangkat sebelah tangan, meminta bil pada pelayan. Kartu debit di srahkannya pada pelayan tersebut. Uang dokter Aisyah di tolaknya. Karna makan siang ini dirinya lah yang mengajak. Jadi sudah seharusnya ia juga yang membayar.

Setelahnya Firman berdiri dan menggendong Umar dengan tangan kekarnya.

Dokter Aisyah mengekor di belakang Firman yang terus berjalan menuju parkiran.

Mereka masuk kedalam Honda Accord metalic. Di dalam mobil itu Firman juga sudah memasang bangku khusus untuk anak-anak, jadinya di dalam mobil itu Umar akan aman.

Mungkin semua ini terlalu mendadak, di karenakan Firman sendiri bukanlah siapa-siapa bagi Umar. Bisa saja sewaktu waktu Umar kembali pada orang tuanya.

Di tempat duduk barunya, Umar hampir terlelep karna kekenyangan di suapkan bubur oleh Firman. Dua mobilan yang baru di belikan Firman masih di pegangnya walau mata sudah redup.

"Apa kemarin Umar berulah? " tanya Firman, sambil mengemudikan mobil.

"Gak ada. Kemarin di klinik dia mencoret-coret buku, tidak lama setelah itu dia tertidur sendiri," jawab dokter Aisyah. "Tapi saya heran satu hal, kenapa Umar begitu menurut dengan bang Firman? Saya lihat bang Firman juga bisa menjaga dia dengan baik. Hmm, maaf. Apa sebelum ini-"

"Saya belum pernah menikah, dokter," potong Firman seakan tahu arah pertanyaan dokter muda itu. "Mungkin karna sudah terbiasa. Lagipula, dari awal, Umar ini seperti anak Kuala, Bu dokter. 24 jam dia bergayut di badan saya. Mungkin karna itu juga dia dekat dengan saya."

Tak terasa, mobil sudah berhenti di depan klinik dokter Aisyah.

"Terimakasih atas makan siangnya hari ini," ucap dokter Aisyah sebelum turun dari mobil.

"Ya, sama-sama bu dokter. Harusnya saya lah yang berterima kasih karena selama ini sering merepotkan Bu dokter. Kalau bu dokter butuh apa-apa. Dokter bisa menghubungi saya nanti," balas Firman.

Dokter Aisyah pun turun dari mobil. Pintu mobil di tutup pelan. Takut membangunkan Umar yang tengah terlelap.

***

"Sayang."

"Cayang."

"Shit! Kau bisa diam tidak!"  bentak Firman di sertai mata menatap Jack tajam. Sejak tadi Jack selalu meledeknya yang sedang teleponan dengan Nia pujaan hati Firman.

Jack tidak memperdulikan ancaman Firman, malah ia terkekeh besar di sebelah sahabatnya. Tubuhnya hampir jatuh kebawah karna kaki Firman tak henti menendangnya.

"Abang bicara dengan siapa?" tanya suara di ujung sana.

"Maaf ya sayang, teman Abang ini otaknya memang agak bergeser sedikit karna kelamaan menjomblo. Nanti Abang telpon lagi ya?" Sambungan telepon di putuskan Firman.

Kekehen Jack semakin pelan ketika Firman sudah menyimpan ponsel ke dalam saku. Kini Jack malah tersenyum kuda melihat wajah marah Firman. Segera Jack melompat dari atas tempat tidur ingin melarikan diri. Namun, sayangnya pergelangan tangannya lebih dulu dicengkram Firman, hingga tubuhnya terjatuh ke lantai.

Bugh!

"Aduduh. Sakit Man. Ampun! Aku minta maaf. Nanti aku cucikan baju kau. Lepaskan tanganku Man," mohon Jack. Tangannya saat ini masih di pegang Firman. Sakit rasanya pangkal lengannya dalam posisi seperti ini.

Firman melepaskan tangan Jack kemudian tertawa. Puas hatinya melihat wajah Jack yang merah.

Jack berdiri. Diusap lengan yang masih terasa sakit.

"Kau mau belajar jadi buaya darat?" dengus Jack.

"Buaya darat?" Firman mengerutkan kening. Lalu ia berguling ke sebelah Umar dan menepuk pelan pempers yang di pakai bocah yang tengah terlelap itu.

"Tadi siang dengan dokter cantik itu. Sekarang kau bersayang-sayang dengan kekasih yang entah dari alam mana? Dasar laki-laki buaya," sinis Jack.

"Aku tidak ada hubungan apa-apa dengan dokter Aisyah. Kami hanya teman saja. Aku memang serius menjalin hubungan dengan Nia. Ya, semoga saja kedepannya berjodoh." Firman tersenyum sendiri. Hatinya di tumbuhi taman bunga saat ini setelah mendengar suara pujaan hati pelipur laranya.

Jack menyilangkan tangan ke dada. Kepala di gelengkan. Matanya memandang Firman serius.

"Man, kau pernah berpikir tidak? Andai dia tau kau seorang pengedar narkob@. Apa menurut kau dia masih mau menerima kau?"

Firman melepaskan nafas pelan. "Aku sudah pikirkan hal ini Jack. Sudah waktunya aku keluar dari dunia hitam ini." Lalu Firman tersenyum tipis memandang tubuh bocah di sampingnya

Ini adalah malam terakhirnya bisa tidur bersama Umar, karna besok ia akan membuat laporan kehilangan Umar pada pihak berwajib.

Secara perlahan, Firman mengangkat kepala Umar lalu meletakkan diatas lengan kanannya. Namun, yang di lakukannya membuat Umar terbangun. Bocah itu berguling memeluk tubuh Firman dan kembali memejamkan mata.

"Ka-kau jangan main-main, Man?"

"Aku tidak main-main Jack," balas Firman sembil tangannya mengusap ubun-ubun Umar penuh kasih. "Sekarang aku mau tanya kau, Jack. Seandainya ada seorang wanita yang tulus sayang kau. Apa kau tidak ingin membina keluarga dengannya. Atau kau akan tetap memilih pekerjaan haram ini? Begitulah perasaanku saat ini Jack. Sekarang aku ada Umar dan Nia. Aku serius ingin menjalin hubungan dengannya dan mengangkat Umar sebagai anakku. Aku ingin membina keluarga kecil. Aku ingin hidup layak seperti orang lain."

"Kau jangan gila, Man! Sekali kita bergabung dengan King Cobra, kita tidak akan bisa keluar, kecuali kita mati. Togar akan mencari kita kemana pun kita bersembunyi. Dia itu bukan Mafia kelas teri, Man. Mata-matanya banyak. Sekarang katakan padaku, bagaimana cara kau keluar dari King Cobra?" Suara Jack naik seoktaf. Ia ingin sahabatnya sadar, kalau dunia hitam yang telah mereka pilih ini tidak ada jalan keluar kecuali kematian. Di depan mata sendiri Jack pernah menyaksikan Togar membunuh anak buahnya yang berniat meninggalkan King Cobra.

"Ssst. Kecilkan suara kau Jack. Anakku sedang tidur."

"Shit! Persetan dengan anak kau. Sadar, Man! Kita memang tidak ada jalan keluar selain mengabdikan diri pada dunia hitam ini. Dulu kau sendiri yang menghalangi aku yang ingin berhenti dari pekerjaan ini. Kau masih ingat itu, kan?"

"Aku hanya ingin hidup normal seperti orang lain." Firman memejamkan mata. Ubun-ubun Umar menjadi tembat bibirnya berlabuh. Rasa sayangnya pada bocah itu semakin besar. Firman bersungguh-sungguh ingin menjaganya.

"Kau pikir aku tidak ingin keluar dari pekerjaan haram ini, Man? Aku juga ingin berhenti, Man. Aku juga ingin keluar dari dunia hitam ini. Tapi rasanya itu mustahil. Kita akan mati, bila kita mencoba keluar. Mulai sekarang kubur lah harapan kau ingin keluar dari King Cobra. Karna itu hanya angan-angan kosong!"

"Terserah kau lah, Jack." Firman sudah malas berdebat masalah ini dengan sahabatnya. Bantal kecil motif kartun di raihnya, lalu dialaskan di bawah kepala Umar. Banyak lagi mainan untuk Umar yang dibeli Firman siang tadi.

Perlahan Firman turun dari ranjang. Tubuhnya membungkuk mengmas botol susu dan mainan Umar yang berserak di lantai.

Hati Jack semakin panas melihat Firman mengabaikannya. Sejurus kemudian kaki di ayaunkannya menendang kepala Firman.

Bugh!

"Kau mau mati, hah? Biar aku saja yang bunuh kau!" Lantang suara Jack berteriak.

1
Iqlima Al Jazira
kasihan firman😢
Iqlima Al Jazira
suka banget cadel gini
®agiel
semoga tokoh Jack bisa satu arah tujuan dengan Firman berhijrah, untuk menjadi manusia manusia hebat...

dan tentunya semua itu tergantung Author yaa....hihihiiiii 🤭
Sasa Sasa: hihi.. makasih masukkanya kK
total 1 replies
®agiel
saya berharap semoga karya ini cepat kamu up ya Thor...
soalnya tanggung ini, kopi hampir habis tapi malah kalah cepat sama bab terakhir yang lebih dulu habis...

🤤😩
®agiel: terima kasih yaa, sehat terus & terus sehat 💪
Sasa Sasa: Baik, Abang.
total 2 replies
®agiel
salut dengan karyamu ini Thor, detail banget, meskipun tanpa visual tapi tulisan mu bisa mangajak para pembaca seolah olah adalah tokoh Firman, termasuk saya tentunya.

lanjutkan Thor 👍
®agiel
di bab ke 3 makin mantul nih Thor..
kopi mana kopi....🤭
®agiel
keren 👍
®agiel
saya baru saja mampir di karya tulis mu Thor...
bab awal yang keren menurut saya, ilustrasi kehidupan keras dengan di bumbui seorang bocah berusia 2 tahun...

semoga tokoh Firman di sini, author bisa membawa nya sebagai figur ayah angkat yang hebat.

salut Thor...lanjutkan 👍👍👍
®agiel: sama sama Thor, saya suka karya mu, sehat sehat ya agar bisa terus berkarya tulis yang sehat....hihihiiii 🤭
Sasa Sasa: Terimakasih kak.
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!