Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pergi
Mas Yudha dan mbk Yeni langsung melongo dan melotot dengan apa yang aku bicarakan. Rasain! apa kalian pikir aku akan terus diam dengan perlakuan semena mena kalian selama ini, dan ada saatnya aku melawan, waktunya adalah hari ini, akan aku buktikan. Halwa Maharani juga bisa bangkit dan menjelma menjadi wanita kuat.
Setelah mengatakan itu, aku kembali menaiki montor dan mengajak Hasna untuk segera pergi, tak lupa mengucapkan terimakasih pada ibu ibu yang sudah datang untuk menolongku dari cengkraman mas Yudha.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Diperjalanan pikiran ini dipenuhi beraneka macam rasa, ada sesak, sakit, benci, marah, dan bersalah. Aku telah sudah bersalah pada putriku, gadis kecil itu harus selalu melihat dan tahu tentang pertengkaran orang tuanya di depan matanya, harusnya itu tidak terjadi. Jika saja mas Yudha mau sedikit saja perduli dengan hati dan mental anaknya.
Tak terasa air mata ini sudah mulai deras berjatuhan membasahi kedua pipiku, sekuat tenaga ditahan suara isakan, nggak mau Hasna mendengar ibunya menangis. Aku hanya ingin selalu nampak kuat dan tegar dihadapan putriku, agar tidak menambahi luka batinnya.
"Bund kok nda berhenti?" Suara Hasna tiba tiba menyadarkan aku dari gemuruh perasaan yang tak tentu arah ini.
" Ya ampun, maaf sayang. Bunda sampai lupa kalau kita mau beli bubur ayam dulu." Memutar kembali, balik arah roda dua ku menuju warung Bu Jaenab.
Masih ada waktu, jam masih menunjukkan pukul enam lebih lima belas menit.
"Mak. Buburnya dua yaa, dan minumnya teh anget." Aku memesan langsung ke Bu Jaenab, dan suasana warung pun juga nampak ramai.
"Bund. Bunda nggak papa? tadi sakit ya bund, saat papa maksa bunda, kenapa papa selalu saja jahat sama kita?"
Deg! Ku Tatap manik mata indah milik gadisku, satu kata, teduh dan cantik. Namun menyimpan banyak kecewa dan luka disana, rasanya sangat sesak sekali kala mengingat perlakuan demi perlakuan mas Yudha selama ini.
"Sayang, jangan ada rasa benci ya sama papa dan nenek juga budhe. Serahkan semuanya pada Alloh, pemilik kehidupan ini. Percaya kalau balasan itu sesuai dengan apa yang sudah diperbuat, apa yang ditabur itulah yang akan kita tuai nantinya.
Untuk itu, Hasna harus jadi orang baik, jadilah pemaaf namun juga harus bisa tegas." Sedikit memberinya nasehat, agar hatinya tidak dipenuhi dengan kebencian apalagi dendam.
"Ini bubur ayamnya. Tumben kamu sama Hasna sarapan disini nduk." Sapa Bu Jenab sambil meletakkan dua mangkok bubur ayam yang masih mengepul asapnya, harum masakan khas bumbu soto nya bikin perut langsung keroncongan.
"Iya Bu, ini tadi Hasna kangen sama bubur ayamnya Bu Jaenab."
"Yasudah silahkan dimakan buburnya, keburu dingin. Nanti cita rasanya berkurang loh kalau udah dingin, kalau begitu Mak tinggal dulu yaa nduk." Bu Jaenab menepuk pundak ku dan berlalu pergi kembali ke tempatnya, masih banyak pelanggan yang harus segera dilayani.
Hasna nampak sangat lahap sekali, sepertinya gadisku ini benar benar menikmati makanan yang jadi favorit nya itu.
"Makannya pelan pelan nak, nanti kesedak loh."
"Iya bund, habisnya buburnya enak banget, dan juga sebentar lagi kan Ama harus ke sekolah, keburu terlambat bund."
"Iyaa, bunda paham. Tapi nggak harus gitu juga makannya."
Hasna tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. ah menggemaskan sekali gadis kecilku ini.
☘️☘️☘️☘️
Setelah mengantar Hasna ke sekolah, aku berniat untuk kerumah Bela dulu, ada yang harus aku bereskan bersama Bela, sambil nanti akan minta tolong menemaniku ke pengadilan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️❤️❤️❤️❤️
###maaf pinginnya nulis agak panjang,tapi mata sudah tak bisa diajak kompromi,besok janji akan up bab yang lebih panjang dari hari ini,semoga berkenan untuk membaca cerita cerita aku yang masih receh,masih banyak salah sana sini 🙏
Jangan lupa tinggalkan like juga komentar nya ya say, karena itu sangat membantu semangat author untuk berkarya. Semoga cerita Hawa bisa jadi inspirasi buat seluruh wanita di dunia ini untuk bisa menghadapi hidup dalam kehidupan dengan tangguh dan kuat, kuat hati, kuat fisik, kuat mental dan kuat imannya.
Salam sayang dan peluk sayang dari Author Za ❤️❤️❤️