Dijual sang paman dan di beli oleh mafia kejam.
Yura Milea seorang gadis belasan tahun harus rela mengandung benih pewaris untuk seorang mafia kejam.
Leonard Sebastian Johson, pria kejam itu membutuhkan seorang wanita untuk mengandung benih darinya sesuai permintaan Daddynya yang menderita penyakit akut.
Meski Yura bukanlah type ideal baginya pernikahan itu pun harus di laksanakan.
Bagaimana nasib Yura ketika di rahimnya tumbuh benih sang pewaris, sedangkan ia begitu membenci Leonard Sebastian yang selalu menghina dan merendahkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Yura
Di dalam mobil Leon terus memikirkan Keadaan yang aneh tersebut.
Kenapa tiba-tiba ia jadi tak berselera dengan wanita, padahal wanita-wanita itu cantik dan muda.
Ia terus membawa laju mobilnya. Saat ini sepertinya ia punya standar baru dalam memilih pasangan kencan.
Wanita tersebut harus lebih cantik dari Yura, agar kesan malam pertamanya bersama Yura bisa dilupakan.
Saat itu Leon begitu ingin melampiaskan hasratnya yang sudah sebulan tak tersalurkan. Namun ia sudah telanjur menghina Yura dan mengatainya dengan gadis kumuh.
Leon memijit pelipisnya, coba mencari jalan keluar.
Setelah bernegosiasi antara ego dan kebutuhan biologisnya yang sudah tak bisa ditunda lagi.
Leon pun mempercepat laju mobilnya.
***
Yura merapikan kembali tempat tidurnya. Matanya sudah mengantuk setelah menonton drama Korea kesayangannya.
" Hua ! " Ini sudah yang kesekian kalinya ia menguap. Yura kembali naik di atas tempat tidur kemudian berbaring dan segera memejamkan matanya.
Tok tok tok..
Yura membuka matanya ketika mendengar suara gedoran pintu.
" Aduh siapa sih malam malam yang gedor pintu, pasti bik Sumi nih," dengus Yura.
Tok tok tok.
Suara pintu yang diketuk semakin kencang.
" Sebentar Bik !" Seru Yura agar orang yang mengetuk pintu berhenti.
Baru saja ia memejamkan matanya, dan terpaksa ia harus bangkit karena suara gedoran pintu itu.
Kreak…
Pintu dibuka dan hal yang tak disangka pun terjadi. Yura kaget melihat kedatangan Leon di kamarnya.
Bola mata Leon membelalak ketika melihat Yura mengenakan lingerienya.
Lingerie merah itu sangat kontras dengan warna kulitnya yang kini semakin glowing. Apalagi belahan dada tersebut terlihat hingga menampakan gumpalan padat yang begitu menggiurkan.
" Ada apa Tuan?" tanya Yura sambil menatap heran ke arah Leon.
Leon tak menjawab, ia langsung menerobos pintu hingga menyenggol Yura.
" Aku ingin bicara padamu ," ucap Leon sembari duduk di atas sofa single yang ada di kamar Yura.
Yura duduk di atas tempat tidurnya hingga jarak mereka cukup jauh saat itu.
" Aku ingin memberikanmu pilihan dua pilihan, kau mau mengandung benihku dengan cara bayi tabung atau dengan cara alami ? " tanya Leon sambil menatap ke arah Yura.
Yura sedikit kaget mendengar pertanyaan Leon tersebut. Padahal baru tadi pagi ia begitu kukuh dengan pendiriannya.
" Ayo cepat jawab pertanyaan ku !" sergah Leon.
Yura tersentak kaget, bahkan ia belum sempat memilih.
" Ehm, Aku pilih prosedur bayi tabung saja Tuan," ucap Yura dengan gugup.
Seketika bola mata Leon membulat dengan sempurna.
'Apa ?! Dia lebih memilih bayi tabung dari berhubungan dengan ku ?' batin Leon.
" Boleh aku tahu alasannya?"tanya Leon sambil menahan emosinya.
" Ya kalau prosedur bayi tabung kita tak perlu berhubungan lagi, lagi pula aku sudah terbiasa hidup menderita. Aku sering dipukuli hingga dicambuk oleh paman ku, jadi jika hanya jarum suntik dan beberapa alat medis yang masuk ke tubuhku rasanya tak akan seberapa," papar Yura dengan lugunya.
Leon semakin membelalakkan matanya.
" Ternyata dia lebih tak menginginkan ku,"batin Leon.
Sebenarnya Leon bisa saja memaksa Yura, hanya saja Leon tipe pria yang gengsi untuk mengemis pada gadis yang sudah ia hina dan rendahan tersebut.
Leon langsung bangkit menatap geram ke arah Yura.
' Vuih kau pikir kau siapa?'batin Leon.
Sementara Yura hanya menunduk tak berani menatap pria tersebut.
Leon langsung menutup pintu kemudian menghempaskan pintu tersebut.
Bruak
Yura yang masih tertunduk seketika menjadi kaget.
Yura menatap kepergian Leon.
"Pria yang aneh," gumamnya.
Leon kembali ke kamarnya dengan wajah yang merah padam.
" Lihat saja nanti, kau pikir kau siapa. Akan ku buat kau mengemis cinta pada ku," gerutu Leon.
Leon kembali ke kamarnya dengan mulut yang masih mengomel dan mengumpat. Baru kali ini ia begitu menginginkan seorang wanita. Namun tak mendapatkan.
Padahal senjata miliknya sudah berdiri dan siap untuk bertempur.
Untuk melepaskan hasrat, Leon terpaksa bermain solo di kamar mandi.
" Sial!" umpatnya terus menerus.
" Lihat saja nanti, kan ku buat kau menderita. Semalam Leon menderita karena hasratnya yang tak tersalurkan.
***
Pagi harinya sebelum berangkat kerja seperti biasanya Leon akan sarapan di meja makannya.
Ketika ia menghampiri meja makan, ia melihat Yura yang terlihat begitu cantik, padahal saat Yura hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek. Namun pandangan Leon kepadanya seperti melihat bidadari yang turun ke bumi, sangat cantik hingga burung perkututnya kembali berdiri.
Mungkin karena ia masih penasaran terhadap gadis itu, atau benih cinta sudah mulai muncul di hatinya.
Leon coba untuk bersikap acuh terhadapnya dan bersikap kasar agar tak menpakan perubahan dalam dirinya. Ia masih ingin menunjukkan kekuasaannya pada gadis itu.
Plak …
" Siapa yang menyuruhmu makan di meja makan ku ?!" tanya Leon sambil menepuk meja makan.
Yura yang tengah mengunyah roti jadi kaget.
" Maaf Tuan, bi Sumi yang menyuruhku sarapan di sini," sahut Yura.
" Ya sudah kalau begitu aku pergi saja," ucap Yura karena ia tak ingin berdebat dengan Leon.
Leon menatap kepergian Yura yang meninggalkannya. Kemudian ia melihat di atas piring yang diatasnya terdapat selembar roti yang disobek, air susu di dalam gelas Yura pun belum luang sedikitpun.
Ada rasa iba di hatinya melihat Yura yang batal sarapan.
" Sumi !"panggil Leon.
Sumi segera menghampiri Leon.
" Ada apa Tuan?"
" Bawa sarapan ke kamar kamar Yura !"
" Baik Tuan," ucap Bi Sumi. Ia langsung membawa nampan berisi sarapan Yura menuju kamarnya.
Leon merasa ada yang aneh pada dirinya. Kenapa ia peduli kepada gadis itu. Bukankah Yura hanya seorang wanita yang ia beli untuk melahirkan pewaris untuknya.
'Ah ini perasaan ku saja, aku hanya menjaga gadis itu agar tetap sehat sebelum dan selama ia mengandung anak ku nantinya,' batin Leon.
***
Beberapa hari berlalu, Leon tak pernah lagi bertemu dengan Yura. Ia sengaja menghindari gadis itu agar tak terlalu menginginkannya.
Kini tibalah waktunya mereka menemui dokter kandungan.
Yura di jemput oleh orang suruhan Leon, Leon sendiri dari kantor langsung menuju rumah sakit.
Yura tiba lobby pintu utama di rumah sakit, disana ternyata Leon sudah menunggunya.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ruangan dokter yang akan menangani prosedur bayi tabung.
" Apa kau yakin akan melakukannya ? Ini akan terasa sakit sekali ," tanya Leon ketika mereka berjalan berbarengan.
"Iya Tuan, aku ingin segera menyelesaikan tugas ku. Aku berjanji akan menjaga anak mu selama dalam kandungan ku, dan akan ku berikan dia padamu setelah anak itu lahir. Tapi setelah tugas ku selesai, aku mohon pada mu, agar tak mengembalikan ku pada paman ku lagi, biarkan aku pergi yang jauh," ucap Yura dengan dengan Vibra yang begitu sedih .
Keduanya pun sempat berhenti berjalan.
Leon melihat ada kesedihan dari wajah gadis itu. Ia pun jadi iba, padahal Leon tak pernah merasa iba pada siapapun, kalaupun ada hanya sedikit saja di hatinya.
" Baiklah, lakukan saja tugas mu," ucap Leon sambil kembali berjalan.
" Terima kasih Tuan,"ucap Yura dengan sedikit senyum di bibirnya, Yura merasa lega jika bisa lepas dari genggaman pamannya ketika Leon tak lagi membutuhkannya. Ia pun mempercepat langkahnya menyusul Leon.
Mereka pun tiba di rumah praktek dokter kandungan.
Bersambung dulu ya reader, kalau sempat author up satu lagi. Maklum belum pulih benar
. Kalau ada salah dalam penulisan, mohon koreksinya di kolom komentar. Terimakasih