Seorang tuan muda pewaris keluarga kaya raya yang menghilang akibat kecelakaan yang dialamainya. Dikabarkan meninggal namun keluarganya tidak percaya karena mayatnya tidak ditemukan. Dan seorang Nenek tua bersama seorang cucu perempuannya menyelamatkan sang tuan muda dalam keadaan hidup walau terluka sangat parah. Sang tuan muda hidup kembali dengan identitas baru karena ditemukan dalam ke adaan hilang ingatan dan cacat pada wajah serta kakinya. Namun naas sang tuan muda di fitnah sehingga harus menikahi cucu sang nenek. Disaat cinta kian tumbuh dihati mereka, sang tuan muda ditemukan kembali oleh orang-orang kepercayaan Keluarganya dan dibawa paksa kembali ke tengah keluarganya. Bagaimanakah kisah sang tuan muda dengan status barunya? Dan bagaimanakah nasib cucu perempuan nenek sang penolong? Akankah cinta mempertemukan mereka kembali?
Inilah kisahnya 👍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Guspitria Kamal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07 Selepas kepergian Nenek
Tepat saat Mang Dudung sampai di rumah Mayang, betapa kagetnya dia saat mendengar jeritan tangis Mayang dari dalam rumah. Seketika Mang Dudung berlari menuju suara tangis Mayang yang ternyata dari dalam kamar Neneknya.
''May..May ada apa May?'' Ucap Mang Dudung saat sudah berada di samping Mayang yang sudah menangis di samping tubuh Nek Murni yang sudah terbujur kaku.
''Nenek Mang, Nenek..hiks..hiks..'' Ujar Mayang sambil menangis tersedu-sedu.
Setelah melihat dengan seksama, Mang Dudung sudah langsung bisa menerka kondisi Nek Murni yang terlihat pucat dengan mata yang tertutup rapat.
''Innalillahi wainnailahi rojiun, ikhlaskan Nenekmu May. Kamu tunggu di sini, Mamang akan memanggil para warga.'' Ucap Mang Dudung terus keluar tanpa menunggu jawaban dari Mayang.
Hari itu juga Nek Murni dikebumikan, karena hanya Mayang satu-satunya keluarga yang di miliki oleh Nek Murni. Setelah prosesi pemakaman selesai, Mayang kembali ke rumah dengan di dampingi oleh beberapa orang warga serta Mang Dudung tentunya.
''May, Mamang pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa jangan sungkan untuk minta bantuan Mamang ya. Kamu harus kuat, demi anakmu May. Jangan berlarut- larut dalam kesedihan, bangkitlah kembali demi anakmu.'' Kata Mang Dudung sebelum pergi meninggalkan Mayang yang tengah duduk di atas tikar di lantai rumahnya.
Selepas kepergian Mang Dudung, tidak berapa lama suara ketukan pintu terdengar dari arah luar.
Dengan langkah pelan Mayang menuju pintu dan terdengar suara seseorang mengucapkan salam.
''Wa'alaikumsalam, apa ada yang ketinggalan Mang?'' Kata Mayang sambil membuka pintu. Namun ternyata bukan Mang Dudung melainkan Joko yang terngah berdiri sambil tersenyum menatap Mayang.
''Bagaimana keadaan kamu May? Apa kamu sudah makan? Ini aku bawakan makan malam buat kamu May, dimakan ya.'' Ujar Joko sambil menyodorkan sebuah rantang plastik warna hijau muda.
''Ga usah repot-repot, lagian aku udah makan tadi.'' Bohong Mayang karena tidak ingin Joko berlama-lama dirumahnya.
''Kapan? Tadi aku lihat sejak siang kamu belum makan loh May.'' Tanya Joko ingin mengambil perhatian Mayang.
''Lagian aku juga ga lapar Joko, sebaiknya kamu pulang ya. Ga baik di lihat orang jika malam-malam begini kamu berada di rumahku.'' Tolak Mayang.
''Kamu mengusirku May?.'' Joko terlihat agak tersinggung.
''Bukan maksud mengusirmu Joko, tapi...yah sudahlah terimakasih, besok aku kembalikan lagi rantangmu.'' Jawab Mayang enggan dan mengambil rantang nasi dari tangan Joko. Seketika Joko tersenyum puas.
'' Baiklah, aku pamit dulu. Jangan lupa dimakan ya. Itu ibuk aku yang masak spesial buat kamu loh.'' Kata Joko dengan semangat.
''Iya, makasih. Aku masuk dulu ya.'' Jawab Mayang singkat dan Joko langsung menganggukan kepalanya.
''Yes, tahap pertama berhasil. Tunggu Mayang, sebentar lagi kamu akan menjadi miliku ha ha.'' Batin Joko penuh kemenangan.
Sejak kedatangan Joko malam itu, hampir setiap hari Joko mendatangi rumah Mayang. Entah itu untuk mengantar makanan, atau hanya sekedar bertamu saja. Setiap kali Joko datang, setiap itu jugalah hati Mayang merasa was-was. Bukan apa-apa, Mayang tidak enak saja dengan pandangan warga sekitar. Apalagi sekarang Mayang sendiri tinggal di rumah itu. Walaupun terkadang Mang Dudung datang berkunjung, namun tidak tiap hari dan itu hanya sebentar saja.
Seperti malam ini, jarum jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Namun Joko masih terlihat betah duduk diteras Mayang. Tadi dia datang karena alasan mengantar beras bantuan dari Pak Kades yang kebetulan Mayang lupa menjeput ke kantor Desa. Namun entah mengapa harus malam-malam juga Joko mengantarkannya ke rumah Mayang. Terlihat dari gelagatnya, Joko seperti ada niat terselubung dibalik itu semua.
''Terimakasih sebelumnya Joko, tapi maaf ini susah malam. Lagian tidak baik dilihat orang kamu bertamunya malam sekali.'' Kata Mayang dengan wajah datar sambil mengelus perutnya yang sudah agak terlihat menonjol.
''Apa peduli dengan orang-orang itu May. Toh kamu juga tidak minta makan sama mereka.'' Jawab Joko kesal.
'' Tapi tetap saja tidak baik, dan satu lagi aku harap kamu jangan sering-sering mampir ya. Aku ga mau nanti jadi omongan orang, ga enak.'' Jelas Mayang halus.
'' Masa aku udah disuruh pulang sih May, kasih minum dulu napa. Aku kan haus habis bawa beras jatah kamu.'' Ucap Joko mencari alasan.
'' Ya sudah, tunggu di sini aku ambilkan air di dalam.'' Jawab Mayang sambil berjalan masuk meninggalkan Joko yang terlihat tersenyum licik.
Pada saat Mayang tengah menuangkan air ke dalam gelas, tiba-tiba sepasang tangan melingkar dipinggang Mayang. Sangkin kagetnya gelas yang di pegangnya jatuh ke lantai.
''Oh ya Tuhan, lepaskan...lepaskan! Kurang ajar kamu, lepaskan!'' Mayang berontak sekuat tenaga namun kalah kuat dengan tenaga Joko.
Kemudian Joko membalikan tubuh Mayang menghadap kepadanya dan berusaha mencium bibir Mayang. Sekuat tenaga Mayang mengelak dan akhirnya Mayang menyerang selangkang Joko dengan lututnya.
Buggh...
''Aduh, sialan kamu. Kamu pikir akan bisa lepas dariku hah, malam ini kita akan berbagi kenikmatan.'' Ucap Joko.
Baru dua langkah Mayang berlari, Joko sudah lebih dulu mendekapnya dari belakang dan menyeretnya ke dalam kamar Mayang. Joko mendorong tubuh Mayang ke atas tempat tidur dan menindihnya.
''Lepaskan..Joko tolong lepaskan aku, kasiahanilah aku Joko..aku lagi hamil..hiks..hiks..'' Tangis Mayang pecah, namun Joko yang sudah kepalang nafsu tidak menghiraukan tangis pilu Mayang.
Joko mulai menarik bagian depan daster Mayang dan berhasil membuat ketiga kancing atasnya terlepas sehingga mengekspos dada putih Mayang yang berisi padat. Sungguh membuat air liur Joko menetes seketika.
''Tidak..jangan Joko, sadar lah. Tolong Joko hentikan, tolong jangan lakukan Joko.'' Ucap Mayang yang meronta-ronta di bawah kungkungan Joko.
Tiba-tiba...
Braaak..
Pintu kamar Mayang yang sempat tadi ditutup Joko terbuka keras. Terlihat beberapa warga dan Pak Kades sudah berada di depan pintu. Melihat Joko yang lengah, dengan cepat Mayang mendorong tubuh joko yang entah sejak kapan bertel*njang dada. Kemudian menutup tubuhnya sendiri dengan selimut.
''Ya Tuhan, apa yang kalian lakukan hah! Kalian buat mesum di sini ya.'' Kata seorang warga.
''Joko Mayang, apa yang kalian lakukan.'' Bentak Pak Kades dengan wajah yang sangat kecewa.
Setelah berpakaian lengkap, Mayang dan Joko di sidang malam itu juga di rumahnya. Mengingat Mayang yang tengah hamil, tidak memungkinkan untuk di bawa ke aula desa.
''Kalian sudah membuat dosa di Desa kita, tidak ada waktu lagi Pak Kades. Malam ini juga kita nikahkan mereka berdua''. Kata salah seorang pemuda.
Mendengar itu wajah Joko langsung tersenyum, namun tidak bagi Mayang. Dia sungguh kaget karena dia tidak bersalah.
''Tidak Pak Kades, saya tidak salah. Saya mau diperkosa oleh dia Pak Kades. Saya tidak mau menikah sama dia Pak Kades hiks...hikss..'' Mayang menangis menolak usulan yang tidak masuk akal dari salah seorang warga.
''Ala... ga usah banyak alasan kamu. Mungkin saja anak dalam perut kamu hasil kumpul kebo sama si Joko iya kan. Karena kamu kesepian ditinggal Suamimu yang cacat itu.'' Salah seorang warga mulai memprovokasi.
''Apaa..?? Kalian pikir saya sekotor itu hah. Meskipun saya miskin, tapi saya masih punya harga diri. Sampai kapanpun saya tidak akan mau menikah dengan laki-laki bejat ini..tidak saya tidak mau.'' Ucap Mayang penuh emosi.
''Saya bersedia menikahi Mayang Pak Kades, saya siap bertanggung jawab.'' Sontak jawaban Joko barusan membuat Mayang membulatkan matanya, ternyata selama ini Joko memiliki rancana jahat padanya.
''Sudahlah May, kamu terima saja. Lagian kasian anak kamu nanti kalo lahir ga punya bapak.'' Sela warga yang sama.
''Sampai matipun saya tidak akan sudi menikah dengan bajingan ini! '' tolak Mayang dengan nafas yang turun naik.
'' Ayo Pak Kades, tunggu apa lagi. Mereka sudah salah Pak Kades''. Warga mulai rusuh.
Pak Kades yang bingung harus bagaimana langsung di tengahi oleh Mang Dudung yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu rumah Mayang.
''Begini saja Pak Kades, melihat para warga sudah rusuh. Sebaiknya kita nikahkan saja mereka berdua.'' Ujar Mang Dudung dengan santai.
''Mang..apa apa yang Mamang katakan. Kenapa Mamang malah nyuruh May nikah sama dia Mang hiks..hiks..kenapa Mamang tega Mang hiks..hiks..'' Mayang sungguh terkejut dan sedih melihat orang yang selama ini baik padanya malah tidak percaya padanya.
''Sudah lah May, kamu terima saja. Oh ya Pak Kades, berhubung sudah malam bagaimana kalo ijab qobulnya kita laksanakan besok pagi. Untuk Mayang, saya yang akan menjamin.'' Jelas Mang Dudung dengan wajah yang sangat meyakinkan.
''Baiklah kalau begitu, Mayang dan Joko akan kita nikahkan besok pagi di aula Desa. Dan untuk kamu Joko, sebaiknya kamu persiapkan semua keperluan ijab qabul kamu besok.'' Kata Pak Kades.
''Untuk malam ini, kita bubar dulu. Kita pulang ke rumah masing-masing.'' Tambah Pak Kades membubarkan para warga.
''Tunggu Mas Joko ya sayang, besok mas akan sah ngapa-ngapain kamu.'' Bisik Joko di samping Mayang.
''ciihh..'' Mayang yang sakit hati langsung membuang mukanya ke arah lain.
Setelah semua warga pulang, sekarang hanya tinggal Mayang dan Mang Dudung.
''Kenapa Mamang tega sama Mayang, Mamang kan tau May ga serendah itu.'' Ucap Mayang penuh kekecewaan.
''Karena Mamang tau makanya Mamang melakukan ini May. Mamang tau ini semua siasat Joko untuk mendapatkan kamu. Kalau tidak Mamang iyakan, bisa jadi kamu akan langsung dinikahkan malam ini juga.'' Jelas Mang Dudung.
''Maksud Mamang?'' Tanya Mayang yang tidak mengerti dengan penjasan Mang Dudung.
''Mamang sudah putuskan, Mamang akan bawa kamu malam ini juga ke kota. Tepatnya ke tempat Imah, nanti di perjalanan Mamang akan menghubungi Imah. Kalau sudah keluar dari kampung ponsel yang di belikan Imah akan berfungsi. Sekarang kamu siap-siap, bawa sedikit pakaian saja dan barang yang dirasa perlu. Mamang jemput kamu menjelang subuh, orang-orang tidak ada yang akan tahu.'' Jelas Mang Dudung.
Sungguh Mayang sanga bersyukur dengan apa yang dikatakan oleh Mand Dudung, walaupun awalnya disempat kecewa dengan Mang Dudung. Dengan senyum merekah dan berkali-kali Mayang mengucapakan terimakasih kepada Mang Dudung.
''Tapi Mang bagaiman caranya kita ke kota Mang?'' Tanya Mayang dengan bingung.
''Tenang saja, hari ini Pak Asep akan berbelanja ke Kota. Mamang akan menjelaskan semuanya sama Pak Asep, Mamang yakin Pak Asep lebih percaya sama kita.'' Jelas Mang Dudung.
''Cepatlah siap-siap, kalo Pak Asep itu urusan Mamang.'' Kata Mang Dudung dan dijawab anggukan kepala oleh Mayang.
Di tempat lain, terlihat Joko tengah memberi dua orang warga yang sengaja dibayar Joko untuk melancarkan rencananya malam ini.
''Bagus kalian berdua, kalian sukses sesuai rencana. Ini untuk kalian, sisanya besok setelah saya resmi jadi suami Mayang ha ha.ha...'' Kata Joko dengan tawa bahagia.
''Baik bos.'' Jawab dua orang pemuda itu sambil mencium-cium uang yang ditangannya.