Sheva harus memenuhi janji keluarganya dengan cara menerima perjodohan antara dua keluarga,sebagai pembalasan hutang pada masa lalu karena telah membantu membangkitkan perusahaan keluarganya yang hampir bangkrut. Di usianya yang baru menginjak dua puluh dua tahun itu ia harus menerima di jodohkan dengan laki-laki yang dulu pernah ia kenal sebagai teman masa lalunya. Meski begitu karena sempat tidak bertemu selama lima tahun,sikap dan penampilan keduanya berubah drastis. Padahal di sisi lain Sheva telah memiliki seorang kekasih dan keduanya telah menjalin hubungan kurang lebih tiga tahun ini.
Akankah Sheva bisa memenuhi permintaan keluarganya itu?
Atau ia harus membuat keluarganya mengerti bahwa dirinya mempunyai pilihan lain untuk masa depannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rindu Setia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 7
"Nak Morgan,kok gak masuk?" ucap nyonya Lista yang sudah berada dibelakang Morgan
"Eh tante,iya ini mau masuk. Tante duluan saja,di dalam juga ada mama sama papa kok"
"Oh ya?"
"Iya tante"
"Nak Morgan,tante tahu ada yang kamu sembunyikan. Soal apa yang mama dan papa kamu bicarakan bersama Sheva tadi tante dengar semuanya,tante juga merasakan apa yang mereka rasakan. Tante dulu juga ingin hamil lagi dan memiliki seorang putra tapi dokter Memfonis kalau rahim tante sudah tidak bisa menampung janin lagi"
"Jadi....."
"Iya,mama kamu merasakan sedih tidak bisa memiliki anak perempuan sedangkan tante juga sedih karena tidak bisa melahirkan penerus untuk papi Sheva. Jadi tante berharap kalau nanti kalian menikah,kamu akan jadi satu-satunya penerus bisnis dua keluarga ini"
"Makasih tante"
"Tapi pesan tante,kamu harus sabar menghadapi keras kepalanya Sheva"
"Iya tante"
"Kalau begitu kita masuk yuk....."
Morgan dan tante Lista masuk menemui Sheva dan keluarga William,mereka nampak senang bisa berkumpul lagi.
"Hay jeng Lista,apa kabar"
"Baik mbak,mbak apa kabar?"
"Baik juga"
"Makasih loh mbak udah mau jaga Sheva"
"Sama-sama jeng Lista"
"Sebaiknya kita tinggalkan Sheva bersama Morgan" bisik tuan William
Mereka bertiga setuju dan keluar dari ruang perawatan,sementara itu Morgan kebingungan kenapa orang tuanya melakukan hal tersebut.
Dengan canggung Morgan berusaha mengajak Sheva untuk mengobrol
"Gimana keadaan kamu?" tanya Morgan
"Udah mendingan"
"Oh gitu,tadi aku dengar waktu kamu ngobrol sama papa mama aku sepertinya kamu setuju dengan pejodohan ini"
"Jadi dari tadi kamu nguping?"
"Enggak sih,cuma sepintas dengar aja"
"Sama aja"
"Jadi gimana?"
"Apanya?"
"soal perjodohan kita?"
"Aku lagi nggak mau bahas itu sekarang"
"Kenapa? tadi sepertinya kamu begitu antusias saat bercerita pada orang tuaku"
"Kamu sendiri akan tetap kekeh setuju kan? jadi apa gunanya aku menolak lagi pula mami sama papi aku tidak akan memberikan pilihan lain"
"Ya sudah kalau begitu,kamu tenang saja ketika menikah nanti aku tidak akan membatasi kamu"
"Dihh udah ngomong kesitu aja,lagian aku maunya tunangan dulu sampai nanti kita sama-sama lulus baru omongin lagi"
"Jadi kamu setuju?"
"Nggak"
"Gimana sih?"
"Kalau tujuan kamu kesini untuk ngajakin aku berdebat mendingan kamu pulang deh"
"Okey"
Keesokan paginya Sheva sudah di perbolehkan untuk pulang,kedua orang tuanya menjemput dan membawanya kembali ke rumah.
"Welcome home" teriak para asisten rumah
Sheva tersenyum senang karena orang rumah begitu sayang dengannya,di sana juga ada tuan dan nyonya William yang mengadakan pesta penyambutan kecil-kecilan.
"Selamat datang di rumah kembali Sheva" ucap nyonya William
"Terima kasih tante"
"Sama-sama"
"Oh ya mbak,nanti malam kita kan ada Dinner. Bagaimana kalau kita adakan di luar saja. Kebetulan juga saya belum sempat memesan apa-apa karena dari kemarin sibuk di rumah sakit ngurusin Sheva" ucap nyonya Lista
"Oh nggak apa-apa It's okey. Yang penting rencananya tetap berjalan"
"Kalau begitu saya antar Sheva ke kamarnya dulu"
"Iya silahkan"
Sheva berjalan di bantu oleh maminya menuju lantai atas,Sheva hanya terdiam dan mencoba untuk tenang setelah mendengar bahwa rencana perjodohan itu akan tetap berjalan. Sesampainya di kamar Sheva meminta maminya untuk singgah sebentar
"Mi...."
"Iya sayang"
"Memangnya tidak bisa besok-besok saja ya?"
"Apanya?"
"Dinner buat ngomongin soal perjodohan Sheva dan Morgan"
"Sayang,kita sudah menunda sehari loh. Mami sama papi juga gak enak sama keluarga om William"
"Sheva belum siap mi"
"Belum siap untuk?"
"Menerima kenyataan kalau Sheva harus menikah muda sama Morgan"
"Sayang sesuatu yang di kerjakan lebih cepat itu hasilnya juga akan lebih baik"
"Tapi mi,Sheva juga masih ingin kuliah"
"Sebentar lagi kan kamu wisuda,tinggal nunggu pengajuan skripsi dan sidang kan?"
"Tapi Sheva juga ingin melanjutkan ke S2 mi"
"Iya bisa,kalaupun kamu sudah menikah kan tetap bisa kuliah"
"Tapi rasanya tetap beda mi"
"Sudah,kamu istirahat ya. Nanti sore mami akan bawakan gaun untuk kamu kenakan ke dinner"
"Miii....mamii"
Nyonya Lista keluar meninggalkan Sheva yang hampir menangis karena sudah tidak punya pilihan lain,sekarang ia tidak tahu harus bagaimana lagi.
Ia mengambil ponselnya untuk menghubungi para sahabatnya,sementara itu Rania dan Hana yang baru saja selesai bimbingan begitu senang karena mendapatkan telfon dari Sheva.
"Eh Sheva telfon" teriak Rania sambil melihat layar ponselnya
"Angkat-angkat" jawab Hana
"Hallo Va,kamu kemana saja sih dari kemarin gak bisa di hubungi?" tanya Rania panik
"Sorry Ran,gue kemarin harus rawat inap di rumah sakit"
"Whatt?? loe kenapa? sekarang loe dimana?"
"Kenapa?" tanya Hana
"Sheva di rawat"
"Hah? kok bisa?"
"Gue cuma kecapekan aja kok" lirih Sheva
"Sekarang kamu dimana? aku ke sana ya?"
"Gue di rumah Ran,ke sini aja"
"Okey,tunggu"
Rania dan Hana langsung berlari ke parkiran dan segera melajukan mobilnya menuju rumah Sheva,sesampainya di sana mereka terkejut ternyata agak ramai karena keluarga William belum pulang.
"Permisi om,tante kita mau jenguk Sheva" ucap Hana
"Oh iya masuk,Sheva ada di kamarnya. Kalian langsung ke sana saja ya"
"Terima kasih tante"
Rania dan Hana menuju kamar Sheva sambil memperhatikan pertemuan dua keluarga itu. Sesampainya di depan kamar Sheva mereka segera masuk dan menemukan Sheva duduk di atas tempat tidurnya.
"Vaa kamu sakit apa?" tanya Rania khawatir
"Gue udah baikan kok,makasih ya udah mau dateng"
"Va,tadi di bawah bokap nyokap kak Morgan kan?" tanya Hana
"Iya"
"Mereka lagi ngobrol serius banget sih" tutur Rania
"Dan gue denger mereka seperti ngomongin soal pernikahan gitu" imbuh Hana
"Kayaknya udah gak bisa deh" celetuk Sheva
"Gak bisa apanya?" tanya Hana
"Orang tua gue,dan orang tua Morgan sudah ambil keputusan. Bahkan Morgan sendiri kekeh sama pilihannya"
"Loe beneran mau married muda Va?" tanya Hana
"Terus gimana? loe pikir gue punya pilihan?"
"Gimana kalau loe kabur aja?"
"Eh enggak-enggak,gila kamu ya? mau kabur kemana? lagian Sheva minggu depan sudah skripsi apalagi papi dia bakal tahu kemana pun Sheva pergi" tutur Rania
"Iya juga sih,mau sembunyi ke ujung dunia pun bokap loe tetap tahu"
"Kayaknya nasib gue emang harus sama kek kak Geby deh"
"Jangan dong Va,ntar kita gak bisa ketemu lagi sama kamu"
"Iya,apalagi kan kak Morgan pasti minta kamu buat tinggal sama dia. Pasti susah ngajakin kamu main ataupun sekedar ketemu"
Sheva terdiam,dia sama sekali tidak bisa memikirkan cara untuk keluar dari masalah ini. Tinggal menghitung jam dan keputusan itu akan segera di sahkan,ia tidak punya pilihan selain kabur dari rumah.
...RANIA SASTI DANUARTA...