Cerita ini menggabungkan komedi, horor dan bahkan intense romance di dalam penceritaannya. Mengenai seorang laki-laki bernama Dihyan Danumaya yang selalu merasa bahwa dirinya tidak beruntung, bahkan pecundang. Keadaan keluarganya yang sebenarnya biasa saja dirasa harusnya lebih baik dari seharusnya. Tampang ayahnya yang bule, dan ibunya yang campuran Jawa klasik serta Timur Tengah, seharusnya membuat dia menjadi sosok tampan yang populer dan banyak digemari wanita, bukannya terpuruk di dalam kejombloan yang ngenes. Sampai suatu saat, ia menemukan sebuah jimat di rumah tua peninggalan kakeknya yang berbentuk keris Semar Mesem tetapi beraksara Cina bukannya Arab atau Jawa. Tanpa disangka, dengan pusaka ini, Dihyan memiliki kemampuan masuk ke dalam mimpi perempuan manapun yang ia inginkan secara gaib serta mengatur jalan cerita sekehendak hati. Ia menjadi seorang penguasa mimpi yang menggunakan kekuatannya demi segala hasrat yang terpendam selama ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nikodemus Yudho Sulistyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Vivian dan Dihyan
Pukul 01.24 malam, Vivian sedang mengobrol dengan rekan pramuniaganya, sesama amoi Singkawang. Keduanya tentu sedang melawan waktu, agar tak terasa begitu lama sebelum pekerjaan mereka sungguh selesai. Syukurnya lagi, hampir setiap malam mini market (yang sebenarnya cukup besar itu) selalu ramai. Pengunjung berdatangan, duduk di deretan bangku: meja dan kursi di depan mini market sembari menikmati kopi yang mereka beli, atau pesan di satu sudut barista di dalam mini market. Musik diputar dengan cukup kencang agar tetap memberikan kesan ‘hidup.’
Di jam dengan menit dan detik itulah pintu mini market terbuka. Dengan gerakan slow motion seperti di dalam sebuah adegan film, Vivian (sembari tertawa karena bercanda dengan rekannya) secara naluriah memalingkan wajah ke arah pintu, sejatinya malah karena tidak sengaja saja. (Masih slow motion) Sosok itu masuk. Perawakannya yang tinggi, dengan rambut kecoklatan acak-acakan, dan wajah yang luar biasa tampan, menjadi ciri yang tak mungkin Vivian lupakan. Sosok laki-laki muda itu, hanya melirik, bahkan kurang dari 1 detik, ke arah Vivian. Pandangan mereka berserobok. Hasilnya, dalam slow motion, tawa Vivian memudar, tergantikan dengan mimik terkejut sekaligus terpesona. Laki-laki itu muncul kembali!
Slow motion kembali ke adegan normal.
Masalahnya, meskipun kecepatan telah kembali seperti biasa, tetapi jantung Vivian berpacu pada laju yang tidak wajar.
Rekannya sempat bingung ketika melihat Vivian bertingkah aneh. Vivian tidak mau membiarkan ini mengganggu profesionalismenya sebagai seorang pegawai mini market, maka ia memalingkan wajahnya dan mencoba bertindak wajar.
Namun, tetap saja, sudut matanya dalam setiap sepersekian detik terus mencari-cari dimana sosok itu gerangan. Dihyan namanya, Vivian masih ingat. Ia ingat entah bagaimana ia sempat menyangka bahwa Dihyan adalah sosok bule tersesat yang mampir ke Singkawang untuk tujuan dan alasan yang tidak ia ketahu pasti. Namanya juga bule tersesat. Ngapain coba bule main-main sampai ke Singkawang? Masih ada Bali, Yogyakarta, Jakarta, atau Lombok, kan?
Ternyata Dihyan orang Indonesia. Atau paling tidak itu yang ia ketahui karena Dihyan berbicara dengannya dalam bahasa Indonesia yang super lancar, fasih, dan wajar, seperti layaknya orang Indonesia lain. Mungkin ia berasal dari kota besar seperti Jakarta atau Surabaya. Vivian tak benar-benar yakin. Yang jelas, Dihyan kemudian datang kembali dengan seorang amoi yang sangat cantik. Laki-laki good-looking seperti itu kan tidak heran kalau sudah memiliki pasangan. Mengapa ia sempat terlihat kesal? Hanya saja ketika mendadak hari ini sosok itu muncul kembali di tengah malam seperti ini, tepat di hadapannya, bagaimana ia bisa tidak mengacuhkannya? Lalu bagaimana kalau ternyata Dihyan kembali datang bersama pacar amoinya yang cantik itu?
Dihyan terlihat mengambil satu mie instan di dalam mangkuk styrofoam dan satu botol mineral dingin yang diambilnya dari dalam lemari es. Ia juga berjalan ke sudut kopi, memesan kopi dingin.
Setelah itu ia berjalan ke arah kasir.
Vivian melirik-lirik seraya mencoba mengatur nafasnya yang seperti sedang mengadakan perlombaan balap. Sesak sekali di dadanya.
“Hai, Vi. Dapat shift malam, ya?” tanya Dihyan. Suaranya tenang, santai, tetapi membuat Vivian merasa bahwa seorang Dihyan dapat saja mencabut nyawanya dengan suaranya itu.
Vivian mendongak, menatap ke arah sang suara. “Eh, ehm … Dihyan ya?” respon Vivian, berpura-pura berpikir sejenak, menutupi kegugupannya.
“Wah, masih ingat ternyata,” ujar Dihyan sembari terkekeh.
Mampus. Laki-laki itu sungguh menawan, batik Vivian. Ia menghela nafas dan tersenyum gugup. “Ini aja?”
“Iya, Vi. Itu masih nunggu kopinya dibikinin. Mau nongkrong sebentar deh di depan. Mendadak tengah malam lapar,” kata Dihyan. Ia mengobrol santai seakan-akan ia dan Vivian telah kenal cukup lama.
“Ooo …,” Vivian mengangguk-angguk. “Ehm … sama siapa? Pacar?”
Dihyan mengernyit, menatap Vivian, tetapi kemudian wajahnya berubah. “Ahh … aku tahu, kamu pasti salah paham. Banyak yang berpikir kalau Mbak Centhini itu pacarku. Bukan, Vi, dia kakak angkat, sudah dari bayi. Memang orang Tionghoa dia, makanya kami nggak ada mirip-miripnya.”
Arus kelegaan mendadak menyerbu seluruh raga dan jiwa Vivian. “Oooo … gituuu …,” ujarnya, sebagai wakil dari rasa tenang yang luar biasa.
“Jadi, sampai jam berapa kamu kerjanya? Pagi dong ya?” tanya Dihyan.
Vivian mengangguk. “Harusnya sampai jam 7, tapi, nih temen minta tuker shift,” Vivian menunjuk rekan di sebelahnya dengan bahunya, membuat sang rekan bingung dan hanya tersenyum sama gugupnya dengan Vivian di awal tadi. Sang amoi rekan kerja Vivian juga pasti berpikir hal yang sama mengenai laki-laki tampan itu dan mengapa ia dan Vivian terlihat saling kenal. “Jadinya, aku selesai satu jam lagi.”
“Satu jam lagi?” Dihyan menatap jam tangannya, “… berarti jam setengah tiga dong? Lah, pulang sama siapa subuh-subuh gini?”
“Biasa kok sendirian. Aku pakai motor. Rumah juga dekat. Lagian, Singkawang, walaupun bukan Jakarta, mau malam atau subuh tetap ramai kok.”
Vivian dan Dihyan sadar bahwa sekarang ada satu orang yang mengantri di belakang Dihyan. Vivian mempercepat transaksi. Dihyan menggeser posisinya, tetapi tidak beranjak pergi. Ia memberikan kesempatan bagi pelanggan lain untuk mendapatkan giliran bertransaksi.
Setelah itu, Dihyan kembali berdiri di depan Vivian. “Eh, Vi, aku tunggu satu jam lagi ya. Aku ngopi dulu di depan sana. Kamu juga harusnya kerja sampai jam 7, kan? Masih ada waktu bukan? Sori, bukannya maksa, tapi, eh … aku nggak lama di Singkawang. Khawatir nggak punya kesempatan lagi ketemu kamu.”
Deg!
Permintaan macam apa ini? Batin Vivian.
Namun jiwanya telah digerakkan kekuatan pesona tak kasat mata, sehingga logika dan pemikiran yang masuk akal telah musnah.
Vivian mendelik. Wajahnya ceria dan ia tersenyum begitu lebar. Vivian mengangguk.
“Kamu serius mau nunggu aku sebentar?” tanyanya kepada Dihyan.
“Nggak masalah. Kayaknya kita sama-sama terbiasa bergadang deh. Buktinya kamu punya shift kerja sampai subuh gini. Aku juga sering tidur subuh, bahkan nggak tidur kalau lagi nonton film atau main game.”
Pucuk dicinta ulam pun tiba.
Apakah ini kencan? Kejadian yang seperti di adegan film-film drama romantis Korea Selatan?
Vivian Chandra tak peduli. Apa yang diinginkannya ternyata gayung bersambut.
Dihyan sungguh duduk disana, di pelataran depan mini market. Di dinding kaca, baik Vivian maupun Dihyan sama-sama mencuri pandang. Senyum balas senyum, bahkan tawa kecil dibalas tawa kecil pula.
Si amoi rekan Vivian terlihat begitu gusar dengan hal ini. Ia tidak diberikan informasi cukup tentang siapa laki-laki ganteng kebule-bulean itu, bagaimana Vivian bisa kenal dengan baik, dan apakah mereka sedang pacaran sekarang. Toh, Vivian sudah jujur bahwa keduanya bertemu dalam keadaan yang super aneh dan tidak biasa. Mana mau rekannya itu percaya.
klo yg ketemu di mimpi Dihyan Stefanie Indri, mungkinn wae sih, terakhir ketemu juga Dihyan mimpi yg di ksh nomer hp itu
klo dibandingkan sama Dihyan, Ashin banyak beruntungnya. Ashin mah langsung praktek lahh Asuk Dihyan mah kan cuma di mimpi 😂
next