Kehidupan Weni semakin memburuk semenjak dia menikah dengan Aldi Wijaya. Weni mengira dia akan bahagia dengan pernikahan nya dengan Aldi, tetapi semua nya salah.
Hingga Weni memutuskan untuk pergi karena sudah lelah dengan semua nya.
"Maaf aku menyerah, dan aku akan pergi sesuai keinginan kamu"
Weni Widjadja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hnislstiwti., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bekerja
Pagi-pagi buta Weni sudah siap berangkat ke Restoran. Mulai saat ini dia akan cuek dan mengubur dalam-dalam perasaan nya pada Aldi.
Dia memutuskan untuk hidup masing-masing tanpa mengurusi urusan pribadi masing-masing.
Sebelum berangkat, Weni naik ke lantai atas dan mengetuk pintu suami nya.
Tok Tok
Ceklek.
"Mau apa? Mengganggu saja" ucap Aldi.
"Aku akan berangkat kerja dulu" pamit Weni dan pergi dari hadapan Aldi.
Sedangkan Aldi, dia cuek saja dan masuk kembali ke kamar nya.
Meskipun sakit dengan ucapannya, tetapi Weni masih tau tatakrama pada sang Suami.
Weni melangkah kan kaki nya ke Halte bus yang ada di depan. Ia akan memulai langkah nya dengan semangat dan penuh perjuangan.
Setelah sampai, ia menunggu sebentar dan tak lama kemudian datanglah bus. Weni langsung masuk dan duduk di kursi dekat jendela.
Selamq perjalanan, Weni hanya memandang ke arah luar jendela saja.
Hingga beberapa 30 menit kemudian dia sampai di Halte yang dekat Restoran. Weni langsung saja bergegas keluar dan berjalan ke arah Restoran.
Diki, Amar dan Vio menyambut nya dengan senyuman kecil. Mereka cukup terkejut saat melihat wajah sembab Bos nya tetapi mereka memilih diam saja.
"Oh iya, Bu. Ini Dise sepupu saya" ucap Vio dengan menunjukan wanita yang umur nya masih di bawah Vio.
"Apa kamu sudah tahu tentang peraturan disini?" tanya Weni.
"Sudah, Bu. Bu Hana sudah memberitahu nya" jawab Dise.
Hana datang dari arah dapur, dia mengecek bahan-bahan terlebih dulu.
"Amar kamu pasang plang itu agar semua orang dapat melihat nya" ucap Weni menunjukan banner diskon.
"Baik, Bu" balas Amar.
"Dan yang lainnya kita ke posisi masing-masing, dan ingat jangan panggil aku Bu panggil saja Mbak, mengerti?" tanya Weni.
"Mengerti, Mbak" jawab mereka serempak.
Weni tersenyum dan menganggukan kepala nya. Lalu mereka kembali bekerja di posisi masing-masing.
Weni langsung saja ke dapur bersama Diki, sedangkan Amar dan Dise akan stay di depan.
Untuk Hana dia akan bekerja memantau semua nya dari dalam ruangan dan dia juga akan bertugas mengecek keuangan sebelum di serahkan pada Weni.
Hingga jam 10 pagi mereka belum juga kedatangan pelanggan. Weni dan yang lainnya terus saja bersabar dan tersenyum.
Tring.
Pintu terbuka dan masuklah seorang pria berwajah datar dan pakaian rapih kesana.
"Apa saya bisa pesan ruangan VIP?" tanya nya pada Vio.
"Bisa, Tuan" jawab Vio ramah.
"Kalau begitu saya minta buku menu nya dan siapkan di ruangan VIP, karena Bos saya akan melakukan meeting disini" ucap pria tersebut
"Baik, Tuan. Ini buku menu nya" balas Vio sambil menyerahkan buku menu nya.
Pria tersebut langsung mengambil dan duduk di kursi yang ada disana. Lalu Amar mendekati nya dengan catatan kecil di tangannya.
"Saya pesan ini, terus ini dan ini. Minumannya Orange Jus saja" ucap pria tersebut.
"Masing-masing 2 porsi" lanjut nya lagi.
"Baik Tuan, ada lagi?" tanya Amar sopan.
"Segitu saja dulu, dan hidangkan di ruangan VIP yang saya pesan. Sebentar lagi saya akan kembali lagi kesini" jawba pria tersebut.
Amar menganggukan kepala dengan senyum ramah nya. Lalu Amar memberikan catatan pada Weni.
Weni langsung saja membuat pesanan tersebut dengan semangat dan penuh senyuman. Diki membantu sedikit demi sedikit saja dan dia hanya menyiapkan minumannya.
Mereka bahkan melakukan pekerjaan saling membantu sama lainnya.
Dise dan Amar masuk ke dapur, Amar membawa masakan yang sudah jadi ke ruangan VIP sedangkan Dise memberikan pesanan lainnya.
Weni dan Diki kembali berkutat dengan maskannya, Dise membantu sedikit-sedikit sebelum membawa pesanan nya.
Sedangkan Amar, dia sudah menata makanan tersebut di ruangan yang sudah di pesan. Disana sudah ada beberapa orang yang hadir.
"Silahkan, Tuan" ucap Amar sopan.
"Hmmm" balas pria tadi dengan datar.
Setelah selesai, Amar kembali untuk membantu Dise, ia melihat ada beberapa pengunjung yang datang kesana.
Entah karena melihat Diskon atau memang penasaran. Tetapi apapun itu Amar bahagia dan ia tersenyum sangat lebar.
Hana pun ikut turut membantu Weni, dan Diki membantu Amar dan Dise yang lumayan ke teter.
Restoran tersebut memang sangat strategis tempat nya dan di kelilingi perusahaan besar serta kampus.
"Diki kamu bantu di depan, biarkan aku yang membantu Mbak Weni" ucap Hana.
"Baik" balas Diki.
Weni dengan cekatan membuat masakaan, bahkan ia tampak lihai dengan semua alat tempur tersebut. Memang sejak remaja dia suka sekali membuat masakan baru dengan Bunda nya.
Menu disana juga tidak terlalu mewah tetapi ada kesan desa nya. Karena Weni yakin kalau di setiap Restoran lainnya akan selalu mengutamakan Seafood dan yang lainnya. Sedangkan Weni dan mereka mengutamakan makanan khas desa tetapi rasa sangat lezat.
"Mbak, ini" ucap Dise menyodorkan tulisan kembali.
"Oke, tunggu sebentar" balas Weni dengan tersenyum.
Meskipun ke teter dan lelah tetapi Weni menikmati nya, ia sangat bahagia melihat pengunjung yang semakin banyak.
Sedangkan di ruangan VIP, para tamu mulai menyantap makan siang nya dengan begitu menikmati.
"Emm ini enak sekali" ucap pria tua yang ada disana
"Tuan muda memang sangat hebat menentukan Restoran yang terbaik, meskipun Restoran ini baru buka tetapi makanannya sangat lezat" timpal yang lainnya
Pria tadi dan Bos nya hanya tersenyum tipis saja, mereka juga sangat memuji makanannya yang sangat pas di lidah dan lezat.
Hingga makanan habis mereka baru beranjak dari sana, Bos pria tadi menyuruh memberikan uang tips karena merasa sangat puas dengan makanannya.
Mereka keluar dan langsung saja menuju ke mobil masing-masing.
Sedangkan Pria tadi langsung menuju kasir.
"Ini lebih uang nya, Pak" ucap Vio mengembalikan beberapa uang warna merah.
"Itu tips untuk Restoran ini dari Bos saya, karena makanan disini sangat lezat. Dan bolehkah saya meminta kartu nama nya?" balas Pria tersebut.
"Terimakasih, Tuan. Semoga rezeky Bos anda semakin berlimpah" ucap Vio dengan sopan.
Lalu Vio memberikan kartu nama Restoran tersebut, setelah itu Pria tersebut langsung saja pergi.
Vio tersenyum bahagia atas semua nya, bahkan Restorannya hampir penuh dengan pengunjung karena memang waktu makan siang
Mereka semua keteter dengan pesanan pengunjung, bahkan ada yang mau bertemu dengan pemilik nya tetapi Vio mengatakan kalau pemilik nya sedang tidak ada di tempat.
Bahkan Weni dan Hana sudah berkeringat karena tidak ada waktu istirahat nya.
Begitupun dengan Dise, Amar dan Diki, mereka juga kewalahan dengan pesanan yang banyak.
"Kalau banyak begini setiap hari, bagaimana kalau aku memanggil karyawan lama dan koki yang baru?" usul Hana.
"Kita lihat saja sampai 3 hari kedepan dulu, baru setelah itu baru putuskan" jawab Weni
Hana mengangguk dan kembali membantu Weni.
Hingga sore menjelang mereka baru bisa istirahat sebentar karena jam istirahat kantor sudah selesai.
.
.
.
yg gak baik itu bram sama Weni dan keluarga nya
kalo orang jahat pasti saling mendukung sesama penjahat