Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cilol tuuu... huhuhu
"Uncle Lapa dan uncle Elik, tenapa balu tiba? Jaya syedih lasana tadi, hilat ini." tanya Zara, dengan menunjukkan wajah sedihnya. Ia menunjuk ke pipinya, membuat Erik dan Raffa cukup kebingungan.
"Ada apa di pipimu princess?" tanya Raffa
"Ada betas alil mata na tan? Jaya tadi menanis, talena lindu uncle." Raffa dan Erik tertawa, sedangkan yang lain memutar malas bola mata mereka.
Menangis karena rindu? PRETTT... si Drama Queen
Jelas-jelas karena cilornya yang tinggal satu tusuk lagi, jatuh karena tersenggol oleh Doni. Alula yang belum bisa berjalan lancar, tak sengaja menabrak Zara. Membuat Zara menjatuhkan cilornya, karena terkejut. Ingin marah, namun ia urungkan saat melihat siapa pelakunya. Sehingga ia hanya bisa menangis, penuh dengan kesedihan.
"Cilol tuuuu... huhu... atu tesyal, tapi inda bisya lamah-lamah tama anat-anat. huhu" sedangkan Alula terdiam, memperhatikan Zara. Namun karena melihat Zara, yang tidak berhenti menangis. Akhirnya Alula pun ikut menangis, yang langsung di gendong oleh Doni.
"Maafkan Alula ya, kakak Zara." ucap Doni, Zara mengangguk. Tetapi tak menghentikan air matanya, Zara menatap Alula yang sedang menangis dalam pelukan sang ayah.
"Danan nanis Lula, tata Jaya inda lamah. cup cup" ucapnya sembari sesenggukan
Antara ingin tertawa dan juga merasa sedih, melihat Zara. Membuat Bianca, berjanji akan mengirimkan cilor yang banyak besok. Barulah Zara menghentikan tangisannya, ia pun lanjut bermain dengan Ana dan Faris. Tawa para orang dewasa pun, terdengar memenuhi acara tersebut.
"Zala banat dlama ya." ucap Satriya, seraya memakan pancake di tangannya.
"Tamu syuta noton dlama?" tanya Zayd, Satriya mengangguk
"Nenek Ajen, syuta syetali dlama. Temalin noton dlama, ajab anat yan dulhata." jawab Satriya, membuat semua orang menatap Ajeng
Ajeng yang menjadi tertuduh, hanya tertawa garing.
"Itu... hanya untuk mengisi kebosanan saja, tidak setiap hari." ucap Ajeng salah tingkah
'Dasar anak Ken.. nggak bapak, nggak anak. Seneng banget bikin gue, jadi tersangka.' gerutu Ajeng dalam hati
"Lalu anak yang durhaka dapet azab apa?" tanya Leon yang malah penasaran, membuat para orang dewasa menepuk dahi mereka serempak.
"Telpelosot masut te dalam selotan, badanna teljepit talena dendut." jawab Satriya
"Na looo... tamu anat dalcula" ucap Zara
"Dulhata butan dalcula" Zara memutar malas bola matanya, mendengar protesan kakak sepupunya tersebut
.
"Maaf, pesawat kami mengalami sedikit masalah." jawab Erik
"Syepelti itu, baitlah. Mana tado untut Jaya?" kedua tangan Zara menengadah, sembari posisi dirinya berada di pangkuan Raffa yang duduk di lantai.
"Bilan sada tamu menundu tadona, butan uncle na." celetuk Zayd, sembari berjalan mendekati Raffa dan Erik. Zayd mencium punggung tangan, kedua pria tampan tersebut.
"Jay, tamu ini telalu polotes syaja." balas Zara kesal, seraya merangkul leher Raffa.
Bintang di buat cemburu melihatnya, putrinya begitu menyukai pria lain. Laras terkekeh melihat sang suami, ia merangkul lengan Bintang.
"Putrimu tau yang mana pria tampan" ucap Laras
"Aku lebih tampan dari mereka" balas Bintang berdecak kesal
"Tapi tampanmu hanya untukku" ucap Laras
"Ck" Bintang berdecak, namun ia pun menyembunyikan senyumannya. Membuat Laras tertawa, ingin sekali ia seret suaminya ke kamar. Ehh..
Erik dan Raffa memberikan paper bag, masing-masing satu pada Zara dan Zayd.
"Telima tasyih" ucap Zara dan Zayd
.
.
Waktu berlalu, anak-anak sudah tertidur di kamar si kembar. Laras menggelar kasur di lantai, sehingga semua anak-anak bisa tidur bersama. Tentunya pintu kamar, di biarkan terbuka karena takut bangun mencari orang tua mereka. Begitu juga dengan para sepuh, mereka sudah masuk ke kamar yang sudah di sediakan oleh Laras.
"Kapan lagi kita bisa kumpul bareng kaya gini, sibuk masing-masing." ucap Laras
"Lah lu juga, ngapa bikin mansion jauh dari kota kaya gini." balas Bayu, Laras mencebikan bibirnya
"Nggak cuma nyalahin gue doang dong, noh si tuyul juga jauh ke Singapure. Satria ma Aisyah, kelayapan ga mau diem. Sementang cabangnya ada dimana-mana, keliling terus udah kaya babi ngepet nyari mangsa. Kak Erik ma kak Raffa, di Yordania. Terus paling jauh noh... Alex ma Diana, mereka di Jerman. Enak aja gue doang yang lu salahin, masih mending gue mah masih di dalam negeri." jelas Laras, tak mau di salahkan.
Nama-nama yang di sebutkan oleh Laras, hanya bisa menunduk menahan senyuman mereka. Satria dan Aisyah menatap sinis Laras, karena mereka di umpamakan dengan babi ngepet. Kacau sih...
"Emang ga ada perumpamaan yang bagusan dikit gitu Ras? Si Doni pake di bawa-bawa, itu mah udah kerjaan si Doni." celetuk Satria
PLETAK
"ANJOOOYYY.. TA KENJOY KENJOY, SAKIT DON"
Sendok kecil, melayang ke kening Satria. Doni hanya menatap sengit pada sahabatnya itu, Bianca dan Aisyah hanya menggelengkan kepala mereka. Pria-pria mereka, memang tidak pernah akur bila bertemu.
"Jangan sekate-kate lu kalo ngomong, gue udah ga ngepet." ucap Doni
"Terus?" tanya Laras
"Gue mah udah jadi dukunnya, masa bertahun-tahu jadi anak buah mulu. Ada peningkatan dong.." pecahlah tawa mereka
"Katanya lu ngundang si Sella, udah jam 9 gini belum datang juga." ucap Ellora, seraya melihat jam di ponselnya
"Tau nih, mana ya tuh bocah? Apa nyasar kali ya." jawab Laras, yang lain hanya diam. Karena tak tau Sella yang mana? Begitu juga dengan Raffa, meski yang di maksud adalah perempuan idamannya. Namun ia tidak tau siapa namanya, sampai sekarang.
"Di bilangin, rumah lu kejauhan. Kenapa ga sekalian aja di planet Venus sana" ucap Bayu lagi
PLETAK
Laras yang kesal, karena di pojokin mulu. Langsung melempar garpu kecil, untuk makan cake.
"ADUH, SAKIT RAS. MASIH AJA LU MAH KDB MA GUE" ucap Bayu sedikit keras, seraya mengusap keningnya yang sakit. Laras menatap tajam Bayu, pria yang masih konyol itu pun langsung menunduk.
"Nanti kita juga pindah lagi ke kota kok, mansion ini jadi markas aja. Anak-anak sekolah, ga mungkin kalo berangkat dari sini. Kejauhan.." jawab Laras, membuat Bintang terkejut. Pasalnya, tak ada pembahasan masalah ini sebelumnya.
"Kok aku ga tau ay?" tanya Bintang, Laras tersenyum. Saat akan menjawab..
"Assalamu'alaikum" semua orang serentak menoleh, ke asal suara.
DEG
"Wa'alaikum salam"
"Nyampe juga lu Sel, nyasar ya. Nggak ada yang ngintilin lu pan tadi?" ucap Laras, Sella pun tertawa kecil
"Nyasar sih ga Ras, cuma serem banget. Gue ampe pelan-pelan banget ngendarain mobilnya, takut ada hewan buas atau demit yang ngintilin." jawab Sella, membuat yang lain ikut tertawa
Namun ada sepasang mata, yang menatapnya dengan penuh binar bahagia. Jantungnya sibuk bermain tagonian, seolah sedang mengadakan acara Rajaban.
...****************...
Maaf ya, mulai normal 1 bab/hari 💃
Inget, JANGAN NABUNG BAB YA!!! Kalo ga suka nunggu, bacanya nanti aja kalo udah tamat🤗
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading All...