Pernikahan paksa seorang gadis muda yang harus membayar hutang keluarganya dengan seorang pria dewasa yang tak pernah dikenalnya sebelumnya.
memiliki suami yang kaya raya namun tak menjadikan bahagia karena tak selayaknya rumah tangga pada umumnya.
Zeva Ramona di nikahi oleh Dewangga sudiro pria matang yang berusia hampir kepala empat dan belum menikah, membuat keluarganya khawatir dan mencarikannya jodoh
memaksa dewangga untuk setuju dengan pilihan orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gara-gara papa
Tok...tok...tok
Tok..tok
"ze"
"zeva, papa boleh bicara sebentar?" pak sigit mengetuk pintu kamar zeva
sejak datang ke rumah bu indri zeva tak keluar kamar hingga malam hari, bahkan tak makan apapun
"zeva, kamu boleh marah atau benci papa, tapi papa mohon sebentar saja beri waktu pada papa nak" pak sigit berusaha membujuk zeva agar mau menemuinya
pak sigit ingin meminta maaf dan juga ada hal penting yang akan dibicarakannya pada anak sulungnya, wajar saja jika zeva marah pada ayahnya
karena ayahnya lah zeva harus menikah muda dan merasakan ini semua. Walau hidupnya kembali mewah tapi zeva merasa sangat benci keadaan ini terlebih bertemu orang seperti dewangga
"zeva, buka sayang kamu belum makan dari tadi siang" bu indri pun ikut membujuk zeva
tak ada balasan apapun dari dalam membuat bu indri panik dan mencoba membuka kunci pintu ternyata tak dikunci. segera bu indri masuk dan melihat kamar zeva gelap lampunya tak dinyalakan
"zeva, sayang mama masuk ya" bu indri perlahan masuk dan menyalakan lampu terlihat zeva tidur sangat pulas bu indri pun tak ingin menganggunya
"sudah tidur pa, kita bicara besok saja" bu indri menyelimuti zeva dan mengecup keningnya betapa kagetnya bu indri
badan zeva sangat panas dan wajahnya sangay pucat dilihat dari dekat
"pa, panggil taksi pa, zeva panas sekali badannya. Buruan pa!" bu indri panik
Zeva pun tak bangun meski sudah beberapa kali dibangunkan oleh bu indri
"kakak kenapa ma?" nakula mendengar mamanya berteriak langsung berlari ke kamar kakaknya
"kakak sakit sayang, ayo bantu mama bangunkan kakakmu" bu indri masih berusaha membangunkan zeva sepertinya pingsan dan entah sejak kapan bu indri terus menangis karena tak peka pada anaknya sejak tadi
"ma, taksinya didepan biar papa gendong zeva, mama siapkan yang lain" pak sigit menggendong zeva dan membawanya ke rumah sakit terdekat
jalanan cukup macet parah dan zeva masih belum sadarkan diri
"pa ke klinik saja yang dekat biar dapat penanganan dulu" bu indri sangat ketakutan bila terjadi sesuatu pada anaknya
rasa bersalahnya sudah menikahkan zeva dengan orang yang sama sekali tak dikenalnya saja sudah membuat hati bu indri sakit
"kita harus kabari suaminya ma" pak sigit mengatakan pada bu indri setelah zeva mendapatkan pemeriksaan di klinik
"nanti saja pa kalau sudah sadar" bu indri merasa curiga dengan suami zeva yang sama sekali tak pernah datang ke rumahnya atau hanya sekedar mengantarkan anaknya pun belum pernah
"bu, pak bisa kita bicara?" dokter keluar dari ruang periksa dan saat ini zeva akan dipindahkan ke ruang rawat
"iya dokter ada apa?" bu indri dan pak sigit masuk ke ruang dokter dan penasaran dengan hasil pemeriksaan anaknya
"apakah pasien sedang depresi?" dokter bertanya pada kedua orang tua zeva
"tidak dokter, dia baik-baik saja!" bu indri tak melihat zeva mengalaminya dan selama ini tak pernah mengeluh apapun
"dari hasil pemeriksaan, pasien sedang mengkonsumsi obat depresi dan obat tidur" ucap dokter
"lalu bagaimana anak saya dokter?" bu indri makin panik
pak sigit mengusap punggung bu indri agar lebih tenang "sabar ma!"
"keadaanya tak mengkhawatirkan saat ini, tapi jika terua dilakukan maka akan berdampak buruk bagi tubuh pasien" sang dokter banyak menjelaskan efek yang akan terjadi bila tak dihentikan dan juga mengatakan jika zeva sedang demam biasa tak perlu terlalu khawatir
"baiklah dokter, terima kasih atas informasinya kami akan menjaga anak kami dengan lebih baik lagi" ucap pak sigit
dalam hatinya sangat merasa bersalah rasanya jika waktu bisa diputar tak akan dia memperbaiki semuanya
"semua gara-gara papa kan ma!" pak sigit menangis setelah keluar dari ruang dokter dan masuk ke ruang rawat zeva
"sudah pa, semua sudah berlalu tak ada yang bisa kita perbuat selain memperbaiki keadaan ini, kita bersalah pada zeva dan harus kita tebus semua ini dengan membuatnya bahagia" bu indri pun tak ingin semua terjadi
tapi semua sudah berlalu dan percuma untuk disesali karena tak mungkin bisa diulang lagi
"ma, pa!" zeva sadar dan mulai membuka mata
Mendengar pembicaraan orang tuanya zeva pun mengerti jika untuk apa menyimpan dendam, zeva tak mau benci pada papanya dan ingin keluarganya kembali baik-baik saja dan harmonis seperti dulu lagi
"zeva!" bu indri kaget mendengar suara zeva sangat pelan dan memanggilnya
"nak, iya ini mama dan papa disini" pak sigit pun sangat senang zeva juga memanggilnya
"nakula mana?" zeva menanyakan adiknya
"adikmu di rumah mama titip sama tetangga sayang" di rumah sakit biasanya tak memperbolehkan anak kecil masuk jadi bu indri meninggalkannya dengan orang yang dipercayanya
"ma, haus" zeva meminta minum
"iya sayang ini minum"
zeva memaksa bangun dan ingin memeluk bu indri dan pak sigit
"zeva kangen kalian" ucap zeva sambil menangis
semoga sukaaa ya sama karya baru author
selamat membaca!