NovelToon NovelToon
Pangeran Sampah Yang Menyembunyikan Kemampuannya

Pangeran Sampah Yang Menyembunyikan Kemampuannya

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Akademi Sihir / Harem / Romansa / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Barat / Light Novel
Popularitas:25.9k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Kalian Bisa Dukung aku di link ini :

https://saweria.co/KatsumiFerisu

Seorang pengguna roh legendaris, yang sepanjang hidupnya hanya mengenal darah dan pertempuran, akhirnya merasa jenuh dengan peperangan tanpa akhir. Dengan hati yang hancur dan jiwa yang letih, ia memutuskan mengakhiri hidupnya, berharap menemukan kedamaian abadi. Namun, takdir justru mempermainkannya—ia terlahir kembali sebagai Ferisu Von Velmoria, pangeran ketiga Kerajaan Velmoria.

Di dunia di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk menjalin kontrak dengan roh, Ferisu justru dikenal sebagai "Pangeran Sampah." Tidak ada roh yang mau menjawab panggilannya. Dipandang sebagai aib keluarga kerajaan, ia menjalani hidup dalam kemalasan dan menerima ejekan tanpa perlawanan.

Tetapi saat ia masuk ke Akademi Astralis, tempat di mana para ahli roh belajar tentang sihir, teknik, dan cara bertarung dengan roh, sebuah tempat terbaik untuk menciptakan para ahli. Di sana Ferisu mengalami serangkaian peristiwa hingga akhirnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34 : Sesuatu Berubah?

Saat mereka melangkah keluar dari dungeon, langit telah gelap, hanya diterangi cahaya bulan dan lentera yang dibawa para kesatria. Udara malam terasa dingin, tetapi di luar gerbang, sekelompok orang telah menunggu dengan cemas.

"Ibu, Ayah!" Erica langsung berlari ke arah kedua orang tuanya, matanya berkaca-kaca. Begitu sampai, ia segera memeluk mereka erat, seolah tak ingin terpisah lagi.

"Erica... syukurlah kau selamat," ujar ibunya dengan suara gemetar, sementara ayahnya hanya menghela napas panjang, tampak lega Tetapi tetap menjaga wibawanya.

Sementara itu, Ferisu tetap diam di tempatnya, matanya hanya menatap lurus ke depan. Namun, tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut perak panjang berlari ke arahnya dan tanpa ragu langsung memeluknya erat.

"Ferisu!" suara lembut namun penuh emosi itu berasal dari kakaknya, Verina. Rasa khawatir yang jelas terpancar di wajahnya kini berganti dengan kelegaan.

Ferisu tidak segera membalas pelukan itu, tetapi ia tidak menolaknya. Dengan nada datar, ia menjawab, "Ya... Aku baik-baik saja."

Verina menarik dirinya sedikit, lalu menatap wajah adiknya dengan cermat. "Kau terluka?" tanyanya, matanya menyapu setiap sudut tubuh Ferisu, mencari tanda-tanda luka.

Ferisu menggeleng. "Hanya sedikit kelelahan. Itu saja."

Namun, Verina tidak langsung percaya. Ia masih menatap Ferisu dengan tatapan tajam, seakan berusaha membaca sesuatu yang disembunyikan adiknya. Baginya, Ferisu bukanlah seseorang yang mudah mengungkapkan kelelahannya, dan itu justru membuatnya semakin khawatir.

"Aku lega..." gumam Verina akhirnya, meskipun sorot matanya masih menyimpan banyak pertanyaan.

Ferisu hanya menatapnya sesaat sebelum mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tahu, ini bukan akhir dari semua pertanyaan yang akan dilontarkan kepadanya. Namun, untuk saat ini, ia memilih untuk diam.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Keesokan paginya, seperti biasa, Ferisu melangkah menuju akademi. Meski tubuhnya terasa berat akibat kelelahan dari pertarungan di dungeon, ekspresinya tetap sama seperti biasanya—datar, malas, dan tak menunjukkan ketertarikan pada sekelilingnya.

Saat melewati gerbang akademi, dua sosok familiar langsung menarik perhatiannya. Licia dan Erica, kedua tunangannya, baru saja tiba di waktu yang hampir bersamaan.

"Ferisu-sama!" Licia, dengan ekspresi penuh kelegaan, berlari ke arahnya tanpa ragu dan langsung memeluknya erat. "Syukurlah Anda baik-baik saja," ucapnya dengan suara lembut yang mengandung kekhawatiran.

Ferisu hanya diam sejenak sebelum menjawab datar, "Ya."

Namun, sebelum Licia bisa mengatakan lebih banyak, Erica sudah lebih dulu bergerak mendekat. Dengan gerakan yang cepat tetapi tidak terlalu kasar, ia menarik tangan Ferisu.

"Ayo, kita tak boleh menghalangi jalan," ucapnya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. Meski kepalanya sedikit menunduk, Ferisu bisa melihat wajah Erica yang tampak sedikit memerah.

Licia yang menyaksikan pemandangan itu terkejut. Ia tahu betul bagaimana sikap Erica selama ini terhadap Ferisu—dingin, tak peduli, dan selalu menjaga jarak. Namun, kali ini berbeda. Erica bukan hanya berbicara lebih lembut, tetapi juga menarik tangan Ferisu tanpa ragu, membawanya masuk ke dalam akademi dengan pegangan yang erat.

Licia tidak segera mengatakan apa pun, tetapi pikirannya dipenuhi pertanyaan. Apa yang sebenarnya terjadi di dungeon kemarin?

.

.

Saat tiba di kelas, Erica langsung menjadi pusat perhatian. Para siswa segera mengerumuninya, melontarkan berbagai pertanyaan dengan penuh rasa ingin tahu.

"Bagaimana bentuk lantai baru dungeon itu?"

"Apa Anda baik-baik saja, Erica-sama?"

"Pasti monster di sana kuat-kuat, bukan?"

"Pastinya sulit mencari jalan keluar sembari membawa beban—tertuju pada Ferisu, kan?"

Suasana kelas menjadi riuh. Erica yang baru saja melewati pintu kelas bahkan belum sempat bernapas lega sebelum rentetan pertanyaan itu menghujaninya. Matanya bergerak gelisah, berusaha mencari celah untuk menghindar, sampai akhirnya ia menoleh ke arah Ferisu, berharap ada sesuatu yang bisa menyelamatkannya dari situasi ini.

"Hmm?" Ferisu, yang sedari tadi hanya diam, menghela napas panjang. Tatapan Erica yang seolah meminta tolong membuatnya mendecak pelan sebelum akhirnya ia berbicara.

"Apa kalian bisa minggir? Kami berdua masih kelelahan karena kejadian kemarin," ucapnya santai.

Namun, bukannya menurut, beberapa siswa justru memandangnya dengan jengkel.

"Hah? Kami tidak berbicara denganmu!" salah satu dari mereka menyahut dengan nada kesal.

Ferisu tidak membalas perkataan itu. Sebagai gantinya, ia hanya melemparkan tatapan dingin dan tajam ke arah mereka. Sebuah tatapan yang cukup untuk membuat bulu kuduk meremang dan udara di sekitar seolah menjadi lebih berat.

Suasana kelas langsung hening. Tak seorang pun berani membalas, apalagi menantang balik. Dalam diam, mereka mulai menyingkir, memberi jalan bagi Ferisu dan Erica untuk melangkah menuju bangkunya.

Licia yang sejak tadi mengikuti dari belakang hanya tersenyum tipis melihat kejadian itu. Sepertinya, ada banyak hal yang mulai berubah, terutama pada hubungan antara Ferisu dan Erica.

...----------------...

Orang-orang masih berdiri di dekat pintu kelas, tak berani bergerak.

"Hei, apa kau juga merasakannya?" bisik salah satu siswa.

"Ya... Tatapannya tadi sangat menyeramkan..." jawab yang lain, suaranya sedikit gemetar.

"Aku bahkan sempat berpikir kalau kita sedang berhadapan dengan monster..." ucap yang lainnya, menelan ludah dengan gugup.

Mereka saling bertukar pandang, masih merasakan tekanan yang begitu nyata dari tatapan Ferisu barusan.

Di sisi lain, Viana yang sedari tadi duduk diam hanya menghela napas pelan. Ia juga merasakan kengerian yang terpancar sesaat dari Ferisu. Mata hijaunya menyipit sedikit, seolah menganalisis sesuatu.

"Jadi... kau bisa seperti itu juga, ya?" gumamnya pelan, sudut bibirnya terangkat samar. Meskipun tidak terkejut, ada ketertarikan dalam tatapannya.

Sementara itu, Ferisu sudah duduk dengan santai, bertopang dagu seperti biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Tatapannya kembali kosong dan malas, seperti Ferisu yang dikenal semua orang selama ini.

Seakan-akan, kejadian tadi hanyalah ilusi belaka.

Ferisu menatap ke luar jendela, membiarkan pikirannya melayang bersama angin yang berhembus lembut. Langit biru yang cerah seolah kontras dengan tubuhnya yang terasa remuk.

"Tubuhku rasanya sakit semua... Apa ini nyeri otot karena memaksakan diri bertarung?" gumamnya lirih, hampir tak terdengar.

Dia tahu bahwa dirinya masih memiliki kemampuan untuk mengalahkan banyak monster, bahkan yang kuat sekalipun. Namun, itu adalah dirinya di masa lalu. Tubuhnya saat ini tidaklah terlatih, tak lagi setangguh dulu.

Karena itulah, pertarungan kemarin meninggalkan dampak yang cukup besar. Setiap ototnya terasa nyeri, seakan mengingatkan betapa lemahnya kondisi fisiknya sekarang.

Namun, bagaimana dengan sihir?

Berbeda dengan tubuh, sihirnya tidak mengalami dampak yang berarti. Sihir tidak bergantung pada kondisi fisik, melainkan pada jiwa dan energi di dalamnya. Dan Ferisu, meskipun orang-orang menganggapnya tidak berbakat dalam sihir, sebenarnya memiliki kapasitas energi sihir yang sangat besar—bahkan lebih besar daripada kebanyakan penyihir berbakat di akademi.

Lalu, mengapa dia dinilai tidak bisa menggunakan sihir?

Jawabannya sederhana. Saat pengecekan bakat sihir, Ferisu dengan sengaja menekan energi sihirnya hingga ke titik di mana alat pendeteksi maupun penyihir ahli sekalipun tidak bisa merasakannya. Seolah-olah dia benar-benar tidak memiliki sihir.

Itu bukan karena dia tidak mampu menggunakan sihir.

Itu karena dia tidak ingin ada yang tahu.

Karena itulah, Ferisu memilih untuk menyembunyikan kemampuannya. Yang dia inginkan hanyalah kehidupan yang tenang dan damai di kehidupan keduanya ini.

Dia tidak ingin terlibat dalam hal-hal yang merepotkan, apalagi harus bertarung. Sudah cukup baginya mengalami kehidupan yang dipenuhi pertempuran di masa lalu.

Namun, kejadian di dungeon kemarin telah mengguncang keseimbangan yang telah ia pertahankan selama ini.

Erica melihatnya menggunakan sihir.

Para ksatria kerajaan melihatnya keluar dari dungeon dalam keadaan sehat.

Dan sekarang, di akademi, orang-orang mulai menyadari ada sesuatu yang berbeda dari dirinya.

"Kurasa aku harus lebih berhati-hati lagi..." pikir Ferisu, kembali menatap langit dengan tatapan kosong.

1
Nani Kurniasih
beyond the imagination
raja sihir gitu lho 🤩
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
awpkapwka😭
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
yeeahhh akhirnyaa😆😆
Didik Por
Biasa
Nani Kurniasih
rindu sama Laura tanpa sadar memperlakukan noa seperti ketemu Laura.
Nani Kurniasih
namanya apa ya.. putus asa kah viana karena kalah terus
Mizuki
Sekumtum bunga untuk Author
Mizuki
berapa kata bjir kok gak kerasa
Noa Estonia: 1-1,5k
total 1 replies
Mizuki
tiba-tiba udah ilang lagi aja masalah kontrak sucinya, padahal w pingin lihat penyelesaian masalahnya🗿
Noa Estonia: nda ada, sekali lewat aja itu kontrak
total 1 replies
Nani Kurniasih
keren banget sih MCnya
Nani Kurniasih
😄😄😄😄 alasan yg gazebo banget
Z Uli
calon heroine
Nani Kurniasih
latihan fisik dikitlah biar kakaknya anteng 😁
Nani Kurniasih
tetaplah kekuatannya jadi rahasia agar musuh jadi lengah
Nani Kurniasih
sebenernya gak mau repot sama hal yg remeh temeh. tapi klo ada masalah yg terlampau pelik baru dech MC yg maju
Nani Kurniasih
deg degan khan. emang sekece itu MC klo udah beraksi gak ada lawan 👍🏻
Nani Kurniasih
segitu gak pake kekuatan sihir ataupun roh. gimana klo pake ya.
Nani Kurniasih
tunjukan keahlianmu ferisu . ganbatte
Nani Kurniasih
kangen Laura ya
Nani Kurniasih
apa sih makna kemenangan itu?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!