18+
Ikatan yang terjalin karena sebuah fitnah, membuat Karenina terpenjara oleh cintanya, hingga ia memutuskan untuk menjadi selingkuhan suaminya sendiri.
Penyamaran yang begitu apik, dan sempurna, sehingga sang suami tidak menyadari kalau ternyata, wanita lain dalam rumah tangganya adalah istri sahnya.
"Kau yang mengurus segala keperluanku, dan saat kau memutuskan untuk pergi, ada ketidak relaan dalam hatiku, namun aku tak bisa mencegahmu.
Hidupku kacau tanpamu, rapuh porak poranda" DANU ABRAHAM BUANA
"Anna Uhibbuka Fillah Lillah..., itu sebabnya aku menjadi orang bodoh, bertahan hampir dua tahun untuk mengabdikan diriku pada suami yang tidak pernah membalas cintaku" KARENINA LARASATI ARIFIN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 7
Sepulang dari kantor, Danu membawa serta mamanya yang ingin menginap di rumahnya. Nina segera meraih tangan ibu mertuanya, lalu mencium punggung tangannya takzim.
Seperti yang di perintahkan Danu, Nina sudah membereskan kamar tamu untuk di tempati oleh sang mama, dan malam ini Nina akan tidur di kamar Danu.
Danu menghentikan langkahnya ketika mama memanggilnya.
"Danu?" panggil mama tegas.
"Ada apa mah?" jawab Danu malas seraya berbalik.
"Bawa masuk belanjaan mama"
"Haist... kan ada Nina mah"
"Biar aku saja mah" sambar Nina cepat "Mamah langsung saja ke ruang makan, Nina sudah siapin makan malam"
Sebelum melangkah menuju meja makan, wanita paruh baya itu menghirup napas pelan, lalu membuangngnya kasar. Ia benar-benar frustasi dengan sikap putranya, sementara melanjutkan langkahnya menuju kamar dengan santai.
*******
Beberapa menu sudah tersaji di meja makan, Danu, Nina dan mamanya sudah duduk di tempat masing-masing untuk menikmati makan malam.
"Danu, Nina kalian promil ya, mama mau cucu"
Nina tersedak makanan mendengar ucapan mertuanya. Ia merasa terkejut sama halnya Danu, ia menghentikan gerakan tangan yang tengah menyendokka nasi dan juga lauk.
Danu menatap mamanya dalam, ia tidak habis pikir dengan kedua orang tuanya yang selamu memaksa dirinya untuk melakukan program hamil.
"Mah, Nina masih belum ingin punya anak"
Nina terlonjak kaget, Danu seakan melemparkan bom padanya, padahal dia sendiri yang tidak berniat menyentuhnya.
Namun, Nina hanya bisa diam seraya menikmati makanan yang mendadak terasa hambar.
"Benar Nin? tanya mama penuh selidik.
"Nina masih ingin menghabiskan waktu berdua dengan mas Danu mah" Jawabnya berusaha mencari alasan.
"Halo, ini sudah dua tahun loh Nina sayang. Mamah rasa sudah cukup kebersamaan kalian, dan sekarang waktunya kalian buat punya anak"
Tak ingin melanjutkan pembicaraan tentang anak, Danu segera menyela omongan mamanya.
"Iya mah, nanti Danu sama Nina promil"
"Nah gitu, mamah tunggu kabar baiknya ya?"
Mendengar kalimat Danu, otak Nina seakan di buat masuk menyusuri labirin. Dia menerka-nerka apakah ucapan sang suami benar-benar serius, atau hanya untuk menyenangkan hati mamahnya.
Usai makan malam, mama duduk di ruang tv, Saat Nina telah selesai membereskan meja makan dan juga dapur, dia segera berpamitan pada mamanya untuk membersihkan diri. Mama memastikan bahwa Nina memasuki kamar putranya.
Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, Nina langsung merebahkan diri di tempat tidur milik suaminya. Mata Danu membulat ketika melihat Nina tidur di atas kasurnya. Seperti biasa Danu akan memberi pembatas saat mereka tidur dalam satu ranjang.
Sebelum tidur, Danu duduk di sofa panjang, hingga lewat bermenit-menit. Sembari membayangkan wajah Nesa yang akhir-akhir ini berhasil masuk memenuhi ruang hatinya.
Tepat pukul dua belas malam, ia merebahkan diri di samping Nina, tak lupa meletakan bantal di tengah sebagai pembatas. Mereka tidur dengan saling membelakangi.
"Mas Danu, dengan selingkuhanmu kamu tidur saling berhadapan, tapi dengan pasangan halalmu, kamu malah membelakanginya, aku benar-benar ingin membalasmu sampai hilang kewarasanmu" Karenina.
Pagi hari Nina dan Danu sama-sama terlambat bangun, sebab semalam mereka benar-benar tak bisa memejamkan mata hibgga pukul dua dini hari.
"Eh Nina bangun ini sudah siang, mentang-mentang ada mama, kamu biarkan mamah ku yang membuat sarapan sendiri" ucap Danu sedikit keras.
Nina menggeliat, lalu perlahan membuka matanya. Saat kesadarannya sudah terkumpuk seluruhnya, ia terlonjak ketika menyadari jika dirinya tidur di kamar Danu.
"M-maaf mas"
"Maaf maaf" Bentak Danu dengan intonasi tinggi. "Bangun sekarang juga, dan jangan lupa ganti sprei dengan yang baru, tidak sudi aku menempati bekasmu"
Nina hanya bisa mendesah pelan, lalu enggelengkan kepala. Beranjak dari kasur, kemudian masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Karena rambutnya yang masih basah, membuat jilbab Ninapun sedikit basah.
"Selamat pagi mah" sapa Nina lalu menarik kursi di meja makan. Makanan sudah siap ketika Nina menuju tempat makan.
Mama yang mendapati rambut Danu dan Nina sama-sama basah, seketika dia menyunggingkan senyum.
"Mereka sudah lama menjalani rumah tangga dan tinggal satu atap, sudah pasti cinta tumbuh di hati keduanya, aku tidak perlu mencurigainya. Mereka tidur satu kamar, dan pagi harinya, rambut mereka sama-sama basah ketika keluar dari kamar, pasti semalam mereka melakukannya. *A*sikk sebentar lagi pasti aku akan punya cucu" batin sang mama yany membuat Danu langsung berdehem.
"Ehem"
Sang mama langsung sadar dari lamunannya.
"Kenapa mamah senyum-senyum, mamah sehat kan?"
"Mamah tidak hanya sehat sayang, tapi mamah juga saaangaaat bahagia" sahutnya lalu melirik Nina. "Nina, rambut kamu masih basah kenapa di pakein jilbab, nanti kepalanya sakit lho"
"Ini tidak terlalu basah kok mah", jawab Nina seraya mengoleskan selai pada roti lalu menaruhnya di piring suaminya.
"Tidak terlalu basah bagaimana sayang, lihat tuh jilbabmu sampai basah, lagian kan ini di dalam rumah, jadi sah-sah saja kan kalau kamu tidak mengenakan jilbabmu, toh cuma suamimu yang lihat"
Danu memindai wajah Nina, yang sedang menunduk. Hidup satu atap selama dua tahun, Dia tidak pernah menatap wajahnya dalam waktu yang lama.
Kasihan sekali Danu, dia tidak menyadari kecantikan istrinya sendiri.
"Danu, nanti malam ada rekan bisnis papa yang akan melangsungkan resepsi pernikahan anaknya" ucap mama tiba-tiba, "mereka ngundang papa sama mama untuk datang ke pestanya, tapi kamu tahu sendiri kan, kalau papa saat ini sedang mengurus perusahaan kita di beijing, jadi mama minta kamu datang bersama Nina ya mewakili papa dan mama?"
"Tidak bisa mah"
Tatapan mata tajam milik mamanya membuat Danu menghentikan kunyahannya.
"Ok, ok nanti Danu akan datang"
Sang mama langsung tersenyum setelah putranya bersedia untuk datang menghadiri acara teman suaminya.
"Nina nanti malam kamu siap-siap ya, dandan yang cantik"
"Iya mah" jawab Nina tanpa banyak protes.
Beberapa jam telah berlalu, matahari sudah bersembunyi berganti dengan bulan dan bintang yang menghiasi langit di malam hari. Nina telah siap dengan dress pesta semi brokat berwarna biru navy.
Setelan couple yang sudah di persiapkan oleh mama mertuanya. Di padukan dengan hijab warna senada. High heel setinggi sepuluh cm, menambah keanggunan, serta polesan make up yang tidak terlalu tebal, tampak begitu cantik, dan mampu menghipnotis pria manapun yang berhadapan dengannya, termasuk Danu sang suami. Dia tampak mengerjap melihat penampilan istrinya yang begitu menawan, membuat Danu terpesona sesaat, Namun tetap saja Nesa lah yang paling cantik baginya.
"Danu" panggilan mama membuat lamunannya membuyar.
"I-iya mah?" jawabnya gugup.
"Sini kamu"
Danu pun melangkah beberapa langkah mendekati sang mama yang berdiri di samping kiri Nina.
Wanita itu langsung melingkarkan tangan Nina di lengan putranya.
"Nah begini kan bagus, kalian terlihat sangat serasi, pasangan yang romantis. Suami tampan dengan Istri cantiknya" Puji mama seraya mengulum bibir.
Nina tersenyum malu mendapat pujian dari mama mertuanya, wajahnya terlihat merah merona, begitu juga dengan Danu yang salah tingkah menanggapi pujian sang mama.
"Nina kamu jangan pernah melepaskan tangan Danu saat di pesta nanti ya" bisik mama lirih, namun masih bisa di dengar oleh Danu. "Di sana banyak orang, pengalaman mama, saat menghadiri pesta orang kaya, ada begitu banyak tempat yang membuat kita bingung, jadi tetap berada di samping Danu. Kalau tidak kamu pasti akan tersesat" lanjut mama menasehatinya.
"Iya mah"
"Okey, ayo sekarang kalian berangkat. Mama akan jadi satpam di rumah kalian"
Setelah Danu dan Nina berpamitan, mereka melangkah keluar menuju garasi mobil.
Mobil mewah berwarna putih bergerak keluar setelah di bukakan pintu gerbang oleh satpam, melaju menuju hotel tempat di adakannya acara resepsi sebuah pernikahan.
Mereka saling diam saat berada di dalam mobil, tidak ada perbincangan apapun di antara mereka. Keheningan mengiringi perjalanan mereka hingga tahu-tahu mobil sudah berada di pelataran parkir hotel.
BERSAMBUNG