Istri Tuan Arga

Arga pun duduk dilihatnya seorang gadis yang duduk didepannya. wajahnya cantik dan manis tapi cihh gayanya kampungan sekali, kenapa bisa mama dan papanya menjodohkan dirinya dengan wanita kampungan seperti itu?

"Arga perkenalkan ini Retha dan Retha ini Arga anak Tante."

Arga hanya melihat sekilas lalu membuang muka, sedangkan Retha mencoba tersenyum pada Arga tapi sepertinya Arga memang tidak menyukai perjodohan ini.

"Kami berdua sudah memikirkan hal ini matang-matang. Jadi kalian akan menikah Minggu depan, tidak ada penolakan." Kata om Johan yang sudah tidak ingin dibantah lagi itu.

Retha yang mendengar itu pun sangat terkejut.

"Ehm apa ini tidak terlalu cepat Om? emm maksudnya saya belum mengenal putra om sepenuhnya dan kami baru bertemu satu kali."

"Setelah menikah kalian pasti akan mengenal satu sama lain, jadi lebih cepat lebih baik ini sudah keputusan om dan tante juga ibumu Re."

Retha hanya bisa menghela nafas panjang pasalnya dia belum siap jika harus meninggalkan ibu dan adiknya. Ingin rasanya dia memutar waktu dan tidak akan bertemu dengan Tante Rani.

Sedangkan Arga hanya diam mengikuti kemauan orang tuanya. Toh dia hanya menikah diatas kertas bukan menikah karena cinta.

"Tapi Arga punya satu permintaan pa?"

"Apa?"

"Arga mau pernikahan ini hanya keluarga dekat saja yang tahu."

"Baiklah."

Sebetulnya Om Johan ingin membuat pesta pernikahan yang mewah tapi dia mengingat banyak sekali pesaing bisnisnya dan mungkin itu bisa membahayakan nyawa Retha karena untuk saat ini Arga belum menerima pernikahannya.

Setelah makan malam selesai Arga pun pamit kekedua orang tuanya untuk pulang terlebih dahulu.

"Pa ma Arga mau pulang dulu, Arga capek mau istirahat di rumah!"

"Antarkan Retha pulang dulu Ga!"

Retha yang merasa tidak nyaman saat berada dengan Arga pun sebisa mungkin untuk menolak.

"Retha pulang sendiri aja om, nanti Retha mau mampir dulu ke supermarket soalnya."

"Tuh kan pa, dia bisa pulang sendiri. Jadi Arga nggak perlu repot-repot nganterin dia pulang." Ucap Arga lalu meninggalkan tempat itu.

Retha pun berpamitan pada Tante Rani dan Om Johan untuk kembali pulang.

Keesokan harinya Tante Rani sudah menelfon Bu Mira untuk mengatakan transplantasi ginjal akan dilakukan lusa dan pernikahan Retha dan Arga akan dilakukan pekan depan.

"Re maaf kan ibu ya, ibu nggak bisa nemenin kamu dipernikahan kamu?"

"Tidak apa-apa ibu, yang penting ibu kembali sehat Retha udah senang". Jawab Retha sambil mengusap kedua pipi ibunya yang kurus itu.

Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba, dimana hari ini Bu Mira akan melakukan transplantasi ginjal.

Retha selalu menemani ibunya, dia tak ingin melewatkan bagaimana kondisi ibunya sedikit pun.

Setelah 12 jam operasi pun selesai. Ibu Mira dipindahkan keruang rawat, tapi saat ini kondisinya masih belum stabil.

Setelah beberapa hari pasca operasi transplantasi ginjal kini keadaan Bu Mira semakin membaik tapi masih butuh perawatan di rumah sakit.

Akhir pekan pun tiba, kini saatnya Arga menikah dengan Retha. Retha sudah berada dikediaman Arga sejak pagi tadi. Karena pernikahan akan dilangsungkan nanti siang

Retha dirias dengan begitu anggunnya. Karena memang dia sudah cantik jadi tidak perlu make up yang tebal.

Retha memakai gaun putih tanpa lengan dan berupa tali kecil yang memperlihatkan tulang selangkanya. Rambutnya hanya disanggul kebelakang tapi tidak terlalu tinggi dengan hiasan mawar putih.

Retha terlihat sangat cantik dan anggun. Walaupun hanya sederhana tapi tidak memudarkan kecantikan yang Retha miliki.

Arga pun juga sudah selesai kini ia menuju altar pernikahan. Arga tampak sangat gagah dengan balutan tuxedo warna putih semakin memperlihatkan ketampanan dan kegagahan yang dimiliki.

Setelah lama menunggu akhirnya pun Retha menuju altar pernikahan. Arga yang melihat itu sedikit kagum dengan Retha. pasalnya wanita itu terlihat sederhana dengan gaun pernikahan yang digunakan tapi itu lebih terlihat memukau.

"Bagaimana kalian sudah siap?" Tanya pendeta ketika Retha sudah sampai di altar pernikahan.

Namun hanya diangguki oleh kedua pengantin itu.

Kemudian mereka pun mengungkapkan janji suci pernikahan.

“Jovanka Aretha Nathania aku mengambil engkau menjadi istri, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.”

"Akan ku buat pernikahan ini menjadi sebuah neraka bagimu sehingga membuatmu ingin berpisah saja denganku, sungguh aku sangat membencinya". Batin Arga dalam hatinya.

“Arga Danish Winata, aku mengambil engkau menjadi suamiku, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita, sesuai dengan hukum Allah yang kudus, dan inilah janji setiaku yang tulus.”

"Tuhan bimbinglah aku menjadi seorang istri yang baik sekalipun suamiku membenciku. Aku tahu kuasamu sungguh lah besar, kau lah yang mampu membolak-balikkan hati manusia". Ucap Retha dalam hati.

Setelah selesai mengucap janji suci mereka melakukan tukar cincin.

Sebelum matahari terbenam akhirnya pesta pernikahan pun selesai dilaksanakan. Para tamu undangan yang kebanyakan dari saudara-saudara pun sudah mulai pulang.

Arga dan Retha pun masuk kedalam kamar milik Arga. Retha membersihkan diri dan mengganti gaun pernikahan dengan baju santai.

Saat itu Arga sedang duduk di sofa. Matanya menatap tajam pada Retha.

"Jangan harap aku menerima pernikahan ini, aku sangat membencimu sekarang dan selamanya."

Retha hanya diam tidak menjawab perkataan Arga. Retha cukup tahu diri mana mungkin seorang Arga Danish Winata menyukai gadis biasa sepertinya.

"Bersikaplah layaknya seorang suami istri jika didepan orang tuaku." Ancam Arga pada istri barunya itu.

"Baik Tuan."