NovelToon NovelToon
Di Balik Kontrak Ibu Susu

Di Balik Kontrak Ibu Susu

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Pernikahan Kilat / Ibu Pengganti / Cinta setelah menikah / Ibu susu / Pengasuh
Popularitas:65.9k
Nilai: 5
Nama Author: Santi Suki

Dituduh pembunuh suaminya. Diusir dari rumah dalam keadaan hamil besar. Mengalami ketuban pecah di tengah jalan saat hujan deras. Seakan nasib buruk tidak ingin lepas dari kehidupan Shanum. Bayi yang di nanti selama ini meninggal dan mayatnya harus ditebus dari rumah sakit.

Sementara itu, Sagara kelimpungan karena kedua anak kembarnya alergi susu formula. Dia bertemu dengan Shanum yang memiliki limpahan ASI.

Terjadi kontrak kerja sama antara Shanum dan Sagara dengan tebusan biaya rumah sakit dan gaji bulanan sebesar 20 juta.

Namun, suatu malam terjadi sesuatu yang tidak mereka harapkan. Sagara mengira Shanum adalah Sonia, istrinya yang kabur setelah melahirkan. Sagara melampiaskan hasratnya yang ditahan selama setelah tahun.

"Aku akan menikahi mu walau secara siri," ucap Sagara.

Akankah Shanum bertahan dalam pernikahan yang disembunyikan itu? Apa yang akan terjadi ketika Sonia datang kembali dan membawa rahasia besar yang mengguncang semua orang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

“Kalau Sonia kembali,” Papi Leon menimpali dingin, “apa yang akan kamu lakukan?”

Pertanyaan itu menembus dada Sagara seperti pisau. Ia menunduk, diam cukup lama. Waktu terasa berhenti.

“Aku harap ... Sonia bisa menerima Shanum,” jawab Sagara akhirnya, lirih namun mantap.

Mami Kartika menatapnya dengan mata membulat penuh amarah. “Mana ada wanita yang mau dimadu?!” bentaknya. “Kamu pikir Sonia akan tersenyum dan bilang ‘terima kasih’ setelah kamu menikahi wanita lain di belakangnya?”

Papi Leon berdiri perlahan. Rahangnya mengeras. “Benar kata Mami kamu. Sonia itu baik, lembut, dan setia. Tapi dia nggak akan bisa menerima ini. Gara, kamu sudah melakukan kesalahan besar.”

Kata “kesalahan besar” bergema di telinga Sagara. Ia menunduk, menggenggam tangan erat-erat. Di dalam dirinya, antara cinta dan tanggung jawab saling beradu tanpa pemenang.

Mami Kartika berdiri dengan langkah cepat, wajahnya masih basah oleh air mata yang tak disadari.

“Jangan sampai kamu menyesal atas perbuatanmu ini,” katanya dengan suara bergetar.

Papi Leon menatap anaknya terakhir kali sebelum mengikuti istrinya masuk ke dalam rumah. “Kadang cinta bukan alasan yang cukup untuk menjalin hubungan dengan orang baru,” katanya pelan sebelum berlalu.

Sunyi.

Hanya suara tangis Arsyla dan Abyasa dari dalam rumah yang terdengar samar, bercampur dengan desir angin yang menyapu halaman.

Sagara berdiri mematung di sana, mencoba bernapas di tengah tekanan yang menyesakkan dada. Ia tahu cinta selalu menuntut keberanian. Tapi keberanian pun kadang berharga mahal, salah satunya restu orang tua.

Sagara menatap ke arah rumah. Di sana, Shanum duduk di lantai teras, memangku kedua anak mereka yang mulai tenang setelah menangis. Wajahnya terlihat lembut dan penuh ketenangan, meski hatinya pasti hancur.

Sagara mendekat perlahan. Tatapan mereka bertemu. Dua pasang mata yang sama-sama terluka dan lelah, tetapi masih saling mencari kekuatan dalam diam.

Sagara tersenyum samar. “Ayo,” katanya lembut, mencoba menutupi luka yang baru saja terbuka. “Kita pergi jalan-jalan. Nikmati hari libur ini dengan keluarga kecil kita.”

Shanum menatap wajah suaminya lama, lalu mengangguk pelan. Tidak ada tanya, tidak ada protes. Dari matanya, Sagara tahu Shanum mengerti segalanya.

Mereka keluar dari rumah itu tanpa menoleh ke belakang. Di pundak Sagara masih ada berat yang belum selesai. Di genggaman tangannya ada ketenangan yang membuatnya tetap bertahan.

Shanum menatap jalanan di depan mobil mereka, menahan isak yang hampir pecah.

Dalam hatinya ia berbisik,

“Apa pun keputusan Mas di masa mendatang, aku akan ikhlas.”

Di balik senyum kecil yang ditinggalkan di bibirnya, tersimpan sebuah luka dalam yang hanya bisa disembuhkan oleh waktu atau cinta yang benar-benar tulus.

***

Sejak hari pengakuan itu, suasana rumah tak lagi sama. Shanum merasakannya lebih dulu.

Bukan dari kata-kata kasar, tetapi dari tatapan dingin yang tak lagi lembut seperti dulu. Dari langkah Mami Kartika yang kini lebih cepat melewatinya, seolah keberadaannya hanyalah bayangan di dinding.

Pagi itu, Shanum sedang menyiapkan sarapan untuk Sagara. Tangannya sibuk mengatur roti panggang, menyeduh kopi, dan memotong buah segar untuk si kembar. Senyumnya berusaha setegar mungkin. Dari arah belakang, suara tumit sepatu yang beradu dengan lantai marmer membuat jantungnya berdetak lebih cepat.

“Pagi, Nyonya,” sapa Shanum dengan suara lembut.

Jujur saja Shanum terkejut dengan kedatangan Mami Kartika ke rumah Sagara. Biasanya wanita paruh baya itu datang pagi-pagi, jika Papi Leon sedang pergi ke luar kota.

Mami Kartika hanya mengangguk tanpa menatap. “Pagi.”

Suara itu datar, tanpa ekspresi. Dulu, setiap kali Shanum berkata begitu, Mami selalu menimpali dengan senyum dan sapaan hangat: “Pagi juga, Shanum.”

Namun kini, sapaan itu hilang bersama penerimaan yang dulu pernah ia rasakan.

Sagara turun dari tangga dengan langkah tenang, mengenakan kemeja abu-abu dan celana panjang hitam. Rambutnya sedikit acak-acakan, namun aura karismatiknya tetap kuat. Begitu melihat Shanum, senyum lembut langsung terbit di wajahnya.

“Pagi, istriku yang cantik.” Sagara memeluk dan mencium pipi Shanum.

Ucapan itu membuat Mami Kartika menoleh sekilas, lalu menunduk kembali pada cangkir tehnya.

Shanum tersenyum kikuk. “Mas, malu sama Mami,” bisiknya pelan.

Sagara justru tertawa kecil, lalu mendekat dan mencium puncak kepalanya di depan Mami Kartika. “Biar sekalian tahu, kalau aku bangga punya istri sepertimu.”

Mami Kartika meletakkan cangkirnya pelan, namun nadanya tegas. “Sagara, ada yang perlu kamu ingat. Belum tentu semua orang bisa menerima hubungan kalian begitu saja.”

Nada suara wanita paruh baya itu dingin dan menusuk.

Shanum menunduk, hatinya mengerut seperti kain yang terlipat. Ia ingin menjawab, tetapi memilih diam.

Sagara menatap ibunya tajam. “Aku tidak peduli apa kata orang, Mi. Yang penting aku tahu, apa yang aku jalani ini benar.”

“Benar menurutmu,” balas Mami Kartika tanpa menatap. “Tapi tidak untuk keluargamu.”

“Terserah,” balas Sagara yang duduk menikmati sarapan buatan istrinya.

Suasana sarapan pagi itu berubah tegang. Hanya suara sendok dan tawa kecil si kembar yang mengisi ruang. Shanum berusaha menenangkan Abyasa yang melempar potongan biskuit, sementara hatinya sendiri seperti sedang dilempar oleh kenyataan.

***

Hari-hari berikutnya, perubahan sikap itu semakin terasa. Mami Kartika tak lagi memanggilnya dengan nada lembut.

Jika dulu Shanum selalu diajak berbincang, kini hanya sapaan dingin yang terucap,

“Shanum, tolong ambilkan air.”

“Atau, kamu sudah selesai memandikan dan kasih ASI si kembar?”

Tak ada senyum, tak ada tatapan mata hangat

Namun, Sagara justru sebaliknya. Ia semakin hangat, semakin memperhatikan Shanum. Setiap sore, saat pulang kerja, pria itu selalu membawa sesuatu untuk Shanum, entah bunga mawar putih yang menjadi kesukaannya, atau roti kecil dari toko favorit mereka.

“Untuk penguat energi,” kata Sagara suatu sore, sambil menaruh kotak roti di meja.

Shanum tersenyum kecil. “Mas, kamu nggak perlu repot begini setiap hari.”

“Aku ingin kamu tahu, aku selalu ingat kamu bahkan saat sibuk di luar.”

Kalimat itu sederhana, tapi begitu menembus hati Shanum. Ia tahu, dunia di luar mungkin menilai dirinya sebagai “istri kedua yang tak resmi”, tetapi di mata Sagara, ia lebih dari sekadar itu. Ia merasa dicintai, dijaga, dimuliakan.

Sagara tidak hanya memberikan cinta lewat kata-kata. Ia menunjukkannya dalam setiap tindakan.

Ketika malam tiba dan si kembar sudah tertidur, Sagara sering menarik Shanum ke ruang keluarga, menyalakan lampu temaram, dan mengajaknya berbincang. Kadang tentang masa lalu, kadang tentang rencana masa depan.

Hubungan mereka tumbuh di atas badai. Namun anehnya, badai itu justru membuat akar cinta mereka makin kuat.

Di setiap malam, ketika dunia terlelap dan hanya suara detik jam yang terdengar, mereka menemukan kehangatan dalam pelukan dan doa.

Tak ada yang vulgar, tak ada yang berlebihan. Hanya dua manusia yang saling memahami luka, saling menenangkan tanpa banyak bicara.

Namun, di sisi lain rumah, ada hati yang mulai mengeras. Mami Kartika mulai curiga dengan ketenangan Shanum.

Baginya, terlalu aneh bila seorang wanita bisa begitu tenang setelah tahu dirinya tidak disukai. Ia mulai memperhatikan gerak-gerik Shanum diam-diam. Dari cara bicara, mengurus anak, hingga menata dapur. Bahkan hal kecil seperti meletakkan gelas pun jadi bahan pengamatan.

Suatu sore, ketika Shanum sedang bermain bersama si kembar, Mami Kartika datang mendekat dengan wajah datar.

“Shanum, kamu betah tinggal di rumah ini?”

Pertanyaan itu terdengar lembut, tetapi ada nada tajam di baliknya.

Shanum menoleh pelan. “Betah, Nyonya. Selama masih boleh di sini, saya ingin berbuat yang terbaik untuk keluarga ini.”

“Berbuat terbaik?” Mami menyipitkan mata. “Untuk siapa? Untuk Gara, atau untuk dirimu sendiri?”

Shanum terdiam. Jantungnya berdegup cepat, tapi ia berusaha tetap tenang. “Untuk semuanya, Nyonya.”

Mami Kartika tersenyum dingin, lalu berbalik tanpa bicara lagi. Dari tatapan itu, Shanum tahu wanita itu belum bisa menerima dirinya sepenuhnya.

1
Sugiharti Rusli
patut ditunggu sih apa yang bergulir ke mana kasus ini setelah Shanum mengatakan fakta yang dia ingat malam kejadian itu
Sugiharti Rusli
jangan bilang juga kalo menghilangnya Sonia juga berhubungan dengan kasus ini
Sugiharti Rusli
tapi apa yang sebenarnya terjadi sama bayi laki" itu yah, kenapa kalo ada unsur kesengajaan sang dokter menukarnya
Sugiharti Rusli
dan saat dia melihat Shanum di jalan dalam kondisi yang mengenaskan dan perut besar, itu dia pikir bisa menyelamatkannya yah, apalagi Shanum tanpa identitas apapun yang melekat
Sugiharti Rusli
sepertinya telah terjadi sesuatu sama bayi laki" milik Sagara dan Sonia yang membuat sang dokter dan perawat panik
Sugiharti Rusli
wah ternyata malam itu si dokter Anton memang bukan murni menolong Shanum karena iba yah,,,
Ila Latifah
nah kalaiu ditukar lebih mungkin daripada tertukar karena lahirannya tdk barengan.
Ila Latifah
aneh sih kan lahirnya ga narengan ya. kalau batengan bisa tertukar
Vhtree YNI
dokter anton ini panik karna dia takut klo anaknya sagara meninggal,atau memang dia bersekongkol dengan seseorang..makin kesni makin penuh teka taki...
Kar Genjreng
berarti Dokter Anton dan perawat jaga mungkin 🤫 semoga ketauan terus penculikan biji sagara seolah untuk melenyapkan identitas tetapi Tuhan bermurah hati ahirnya di ketemukan koma satu tahun,,,🥺🥺
Kar Genjreng: typo Ak tulisnya bini Sagara,,,
total 1 replies
ken darsihk
membingungkan benar2 di luar prediksi
ken darsihk
Bayi yng tertukar
ken darsihk
koq bisa ya
Seperti nya Shanum yng bakal ketiban pulung nih 😠😠😠
Farani Masykur
kalau memang putra sagara yg meninggal berarti sagara yg membiayai pemakaman anaknya sendiri mungkin sdh takdir mereka utk tetap bersama abyasa hrs bersaudara dg arsyla walau sekarang hanya saudara sesusuan
Lisa
Makin seru nih ceritanya
sryharty
apa mungkin pelakunya malah pak dokter yang dulu menolong shanum yah,
Naya En-lish
/Heart//Heart//Heart/
Esther Lestari
Ternyata selama ini tanpa disadari Shanum sudah mengasuh anak kandungnya sendiri.
Trus siapa yg menukar bayi Sonia dengan bayi Shanum ?
Sugiharti Rusli
dan siapa yah yang bertanggung jawab atas kesalahan ini dulu, itu kan sangat bisa membuat mental kedua bayi jadi breakdown sih yah,,,
Sugiharti Rusli
di satu sisi Sagara memang pasti sangat terpukul dengan kenyataan yang ada, tapi dengan dia dulu membantu Shanum sejatinya dia ikut menguburkan putranya sendiri,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!