Hallo guyss ini novel aku tulis dari 2021 hehe tapi baru lanjut sekarang, yuks ikutin terus hehe.
Bagaimana jadinya jika seorang pria mengajak wanita tak dikenal membuat kesepakatan untuk menikah dengannya secara tiba tiba? ya itu terjadi dengan Laura dan Alva yang membuat kesepakatan agar keduanya menjadi suami istri kontrak, dalam pernikahan mereka banyak rintangan yang tak mudah mereka lewati namun dalam rintangan itulah keduanya dapat saling mengenal satu sama lain sehingga menimbulkan perasaan pada keduanya.
apakah pernikahan mereka akan berakhir setelah kontrak selesai atau mereka memilih mempertahankan pernikahan? yuk ikuti terus kisah Alva dan Laura
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Yulianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Hari sudah gelap, Laura mulai kelaparan sebab tidak pernah memakan sesuatu dari pagi, dia melihat sekitar jalanan yang menjual makanan namun uang cash nya tidak cukup untuk membeli satu jenis makanan.
"Aku tidak bisa mati kelaparan, aku harus bisa melewati malam ini, ma maafkan Laura tapi Laura akan mengembalikan cincin ini secepatnya,"
Gadis itu memutuskan untuk menggadai cincinnya sementara waktu, dia yakin dengan keterampilan desainnya pasti akan mendapat pekerjaan tapi sekarang dia perlu merelakan cincin tersebut jauh darinya.
Setelah mendapat sedikit uang dari hasil penggadaian Laura menyewa tempat kecil terlebih dahulu untuk singgah sekaligus mengisi perutnya yang benar-benar kosong.
Tok...tok...tok
Laura membuka pintu dan saat terbuka dia kembali ingin menutupnya namun tangan Alva menghalangi gadis itu.
"Aku sedang tidak ingin berdebat tuan maaf sekali lagi," Laura kembali menutup pintu namun Alva melakukan hal yang sama.
"Kau tinggal ditempat kecil seperti ini? Haahh Laura Angeline sebaiknya kau menerima kesepakatan itu dan aku akan menjamin hidupmu akan sejahtera," ucap Alva.
"Tuan maafkan aku sekali lagi tapi untuk mengandung anakmu aku tidak bisa melakukanya, ada banyak gadis diluar sana yang sanggup tapi tidak denganku!" Laura mempertegas penolakannya sekali lagi.
Alva kesal karena penolakan kedua kali gadis itu, dia juga tidak menginginkan gadis lain yang mengandung anaknya, kenapa harus Laura yang jelas jelas tidak bersedia.
"Kau akan menyesal Laura!"
"Aku tidak akan menyesal tuan,"
"Kita lihat sampai dua hari jika kau bertemu denganku lagi itu artinya kau memang ditakdirkan untuk mengandung anakku!"
Laura tersenyum tipis sembari menutup pintu, ancaman Alva tadi berhasil membuat nyalinya menciut karena Laura bisa saja tidak berhasil bertahan hidup dan jalan satu satunya adalah menyetujui permintaan mereka untuk mengandung seorang anak.
***
Dua hari berlalu ternyata perkiraan Laura salah, dengan keterampilan mendesainnya tidak ada satu perusahaan pun yang menerimanya.
Sedangkan pengeluaran dua hari ini sangat banyak, tempat sewa belum lunas dan biaya makan yang semakin sedikit, Laura hanya sarapan dan makan malam sedangkan untuk siang gadis itu hanya meminum air keran.
"Bagaimana ini kenapa tidak ada satupun yang menerima ku bekerja padahal seluruh persyaratan sudah terpenuhi," keluh Laura sembari menenteng mapnya.
"Uang ku sudah habis apa yang harus kulakukan," ucap Laura.
"Dan sekarang aku lapar,"
Keluhannya semakin menjadi jadi saat perut adalah alasan gadis itu lesu tanpa nafsu namun Laura tidak memikirkannya terlalu berlebihan karena ada beberapa alasan yang tidak memperbolehkan nya setres.
Setelah puas mengeluh Laura pulang ke tempatnya namun lagi lagi kopernya sudah tertata rapi di luar tempat sewa.
"Hey siapa yang..." Laura melihat surat dari pemilik tempat sewa bahwa ada seseorang yang akan membeli tempat itu jadi Laura tidak bisa menyewanya.
Haahhh!!
Laura mengambil kopernya dan keluar dari area tempat sewa, harus menghubungi siapa dia bingung karena tidak ada teman Saman sekali yang bisa dimintai tolong.
Laura tidak memiliki teman atau sahabat sebab Celine selalu merebut mereka, sosok Laura dibuat jelek dimata teman temannya sehingga mereka menjauh dan malah mendekati Celine namun bagi Laura itu bukan masalah besar.
"Aku akan mengikuti kemana langkahku pergi dan aku berhenti saat aku menginginkannya," gumam Laura sembari melangkah satu persatu.
Gadis itu tampak pasrah dengan kehidupan, terserah waktu mempermainkan hidupnya bagaimana Laura hanya mengikuti alur.