NovelToon NovelToon
Cinta Itu Bukan Untuk Istriku

Cinta Itu Bukan Untuk Istriku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / EXO / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:58k
Nilai: 4.8
Nama Author: Nana_Noona

Kiana hanya mencintai Dio selama sembilan tahun lamanya, sejak ia SMA. Ia bahkan rela menjalani pernikahan dengan cinta sepihak selama tiga tahun. Tetap disisi Dio ketika laki-laki itu selalu berlari kepada Rosa, masa lalunya.

Tapi nyatanya, kisah jatuh bangun mencintai sendirian itu akan menemui lelahnya juga.

Seperti hari itu, ketika Kiana yang sedang hamil muda merasakan morning sickness yang parah, meminta Dio untuk tetap di sisinya. Sayangnya, Dio tetap memprioritaskan Rosa. Sampai akhirnya, ketika laki-laki itu sibuk di apartemen Rosa, Kiana mengalami keguguran.

Bagi Kiana, langit sudah runtuh. Kehilangan bayi yang begitu dicintainya, menjadi satu tanda bahwa Dio tetaplah Dio, laki-laki yang tidak akan pernah dicapainya. Sekuat apapun bertahan. Oleh karena itu, Kiana menyerah dan mereka resmi bercerai.

Tapi itu hanya dua tahun setelah keduanya bercerai, ketika takdir mempertemukan mereka lagi. Dan kata pertama yang Dio ucapkan adalah,

"Kia, ayo kita menikah lagi."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana_Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

(PERHATIKAN SELALU KETERANGAN TANGGALNYA YA)

...13 April 2018...

The hardest thing to do is watch the one you love ...loves someone else.

Satu hari yang berlalu, juga luka yang masih terasa. Kiana masih menikmati sedih ditemani rintik hujan di luar jendela, El Monte café, pukul 8 malam. Apa yang dipesannya – sepotong red velvet juga segelas asian dolce latte – masih menganggur, urung disentuh.

Kiana selalu mengatakan pada hatinya bahwa 'tidak apa-apa jika suaminya mencintai Rosa, selama Kiana tak kalah jauh mencintai Dio juga'. Namun pada kenyataannya, setiap kali itu terjadi, Kiana akan terpekur sendirian dengan mata yang menerawang; hampa. Seorang diri, lagu yang didengar melalui headphone-nya pun berisikan lirik-lirik galau.

Dionata

Kenapa belum pulang?

Aku tanya Jehan, katanya kamu sudah pulang dari tadi.

^^^Kiana^^^

^^^Aku lagi jalan-jalan sebentar.^^^

Setelah membalas pesan Dio sesingkat mungkin, Kiana memilih mematikan ponselnya. Ia ingin menikmati malam ini sendirian saja, bahkan bila perlu ia mengungsi kemana saja. Asal tidak bertemu dengan Dio.

Ia tidak bisa melangkah menuju rumah mamanya. Tidak sanggup berbohong bila sampai mamanya menangkap curiga atas kepulangannya sendirian ke rumah mereka.

Ia juga tidak bisa menumpang menginap pada siapapun. Maura dan Andara yang kini berada di belahan bumi lainnya sama sekali tak bisa diharapkan. Jehan, Stevi, Mona ataupun Lili juga tak mungkin. Kiana sudah menikah dan tentu akan menjadi buah bibir bila sampai dirinya menginap di tempat orang lain ketika jelas bahwa ia bersuami.

Pilihan terakhirnya hanya hotel.

Kiana akan menuju ke sana setelah hujan di luar sana mereda.

Kiana kembali memijit dahinya. Pusing sekali rasanya. Jelas perjalanan mereka ke puncak kemarin membuat ia kelelahan. Belum lagi udara dingin yang ternyata bisa mempengaruhi daya tahan tubuhnya juga.

Ah ... itu semua tidak penting.

Keadaannya saat ini jelas karena apa yang terjadi kemarin saat kepulangannya dari puncak. Membawa lari ceria, rasa berbunga-bunga yang Kiana rasakan setelah semalaman tidur saling memeluk dengan suaminya.

^^^^

Pukul 8 pagi, 12 April 2018, kepulangan dari Puncak.

Kiana sudah bersiap dengan wajah cerah menuju teman-temannya yang berkumpul di halaman vila. Mereka bersiap kembali ke Jakarta dan bergelut dengan rutinitas yang melelahkan. Kiana mendekat kearah Jehan dan yang lainnya berada. Disapanya Ravin yang menggendong gitar di pundaknya.

"Kapan-kapan kalau Sayap Kasih ada acara lagi, kamu nyanyi lagi, Vin. Kemarin someone like you-nya Adelle yang kamu nyanyiin bagus loh," puji Kiana.

"Terima kasih Mbak Kia. Tapi masih bagusan nyanyian Pak Dio deh kayaknya," jawab Ravin sambil tertawa.

Kiana hanya tertawa. Di sebelahnya Jehan menyenggol lengan Kiana. "Berondong," bisik Jehan.

Kiana mengernyit dan tiba-tiba paham. "Jehan bilang berondong, Vin. Kamu sudah punya pacar belum, Jehan tipe yang flexible kok, aw!"

Kiana meringis saat Jehan mencubit lengannya.

"Aku juga flexible kok, status bukan penghalang ya Mbak Jehan."

Mereka bertiga lantas tertawa lagi.

"Semua barang kamu sudah siap?"

Dio yang datang membuat ketiganya sontak menghentikan percakapan. Kiana nampak mengingat-ingat lalu mengangguk.

"Sudah kok."

"Yasudah, ayo."

"Hah?"

"Kita pulang."

"Tapi 'kan acaranya belum ditutup."

"Nggak apa-apa. Je, nanti bilang sama panitia ya, aku sama Kia duluan."

Jehan mengangguk. "Siap Pak."

Setelah menyapa Ravin sebentar, Dio mengambil pegangan koper Kiana dan membawa bersamanya. Kiana berpamitan sebentar pada yang lain dan berlari kecil mengikuti Dio menuju mobilnya yang di parkir. Belum sempat Kiana masuk ke dalam mobil, tangannya telah lebih dulu ditahan oleh seseorang.

Kiana terkejut, itu bukan Dio.

Arshaan ada di hadapannya.

Laki-laki bertubuh tinggi itu tiba-tiba saja memasangkan headphone pada Kiana. "Headphone kamu ketinggalan."

Pemandangan tersebut tak luput dari tatap mata dingin Dio di dalam mobil. Laki-laki itu sejatinya kembali kesal, bila Arshaan bertingkah semacam ini lagi. Terlebih, ini masih pagi. Terlalu pagi baginya untuk menggoda istri orang, 'kan?

"Kia ...." Panggil Dio dengan nada ketus.

Kia segera menoleh kearah Dio dan kembali menatap Arshaan. "Dasar buaya rawa, balikin headphone aja kaya drama Korea," omel Kiana seraya memukul lengan Arshaan.

Tentu saja, Arshaan tergelak. "Hati-hati ya. Aku sedih deh harus duduk sendirian di bus."

"Najis."

"Sucikan dong, biar nggak najis lagi."

"Ya Allah tolong."

Arshaan tertawa lagi.

"Kia, kita bisa kejebak macet." Dio bahkan mengatakan itu sambil turun dari mobil dan melihat keduanya dengan tatapan tajam.

"Aku pulang ya, bye."

Arshaan melambaikan tangannya sambil tersenyum. Sebuah senyuman yang terbit dari ketulusan. Bukan senyuman menggoda yang ia sering perlihatkan pada banyak perempuan. Pun pada Kiana hanya demi membuat perempuan itu kesal.

Senyuman yang anehnya justru menyebalkan bagi Dio.

"Sudah lovely dovey-nya?" sindir Dio saat Kiana sibuk memasang seat belt-nya.

"Sudah," jawab Kiana enteng seraya tertawa. "Kamu cemburu, ya?"

"Nggak."

Kiana tertawa. "Terlalu kentara sekali, Dionata Dierja."

Dio tak menjawab. Memilih segera melajukan mobilnya meninggalkan hamparan kebun teh. Membiarkan Kiana memutar lagu milik Adelle-Someone Like You dan menemani perjalanan mereka kembali ke Jakarta.

Perjalanan hampir dua jam lamanya disi oleh percakapan ringan diantara keduanya. Lebih tepatnya, Kiana yang bercerita ini dan itu. Di sampingnya, Dio menanggapi dengan kalimat singkat atau hanya sebuah senyuman. Bila pun Dio mengatakan sesuatu, itu tidak lebih dari jumlah jemari Kiana yang digabung tangan dan kaki.

Panggilan di layar touchscreen yang berada di head unit menampilkan nama Rosa, memutus lagu Miracles in December milik EXO yang diputar Kiana. Keduanya tiba-tiba saling berpandangan. Tak urung Dio mendehem sesaat sebelum menjawab panggilan tersebut. Kiana mengalihkan objeknya pada macetnya Jakarta.

"Kamu sudah sampai Jakarta?"

Kiana tahu, ia tidak perlu repot-repot mencoba menguping percakapan keduanya. Meski Dio memakai hands free, suara bening Rosa ternyata bisa menyusup juga ke telinganya. Ia tidak ingin, tapi terdengar. Pusing.

"Sudah. Sebentar lagi sampai rumah."

"Aku tahu kamu pasti capek, tapi aku sekarang butuh bantuan kamu."

Dio menoleh sebentar pada Kiana. "Kamu kenapa?"

"Aku kecelakaan tadi pagi dan sekarang di rumah sakit. Kamu bisa temani aku, nggak?"

Kiana selalu saja merasa dirinya terlalu sadar diri, terutama setelah menikah dengan Dionata Dierja. Ia pandai mengira-ngira kapan waktu untuk maju kapan waktu untuk mundur. Meski arti dari langkahnya tersebut adalah kekalahan.

Ia kalah dari Rosa.

Dalam skala prioritas seorang Dionata Dierja.

Kiana memilih memejamkan matanya, berusaha tidak menggubris apapun yang telinganya dengar. Ditunggunya paggilan Dio yang berakhir dengan kalimat yang selalu membuat hatinya terluka.

"Oke, aku ke sana. Kamu tunggu ya."

Tunai.

Begitu Kiana mengetahui akhirnya.

"Kia ...."

Panggilan Dio terkesan pelan, namun tetap mengejutkan bagi Kiana. Ia membuka matanya perlahan, menoleh pada Dio yang ternyata sudah menepikan mobilnya. Ini masih butuh 15 menit lagi untuk sampai ke rumah mereka.

"Kamu mau ke rumah sakit,'kan?"

"Aku mau lihat keadaan Rosa sebentar. Kamu ikut ya?"

Kiana menggeleng. "Aku nggak mau ikut."

Dio mengangguk paham. "Kalau begitu aku antar kamu pulang dulu."

Kiana tertawa, cukup sinis. "Aku nggak mau kamu ke sana."

Dio membolakan matanya. Terkejut bagaimana cara Kiana memandangnya, berkata padanya juga. Mata perempuan itu menyiratkan benci. Seperti mencoba menghakimi apa pilihan yang dilakukan olehnya kemudian.

"Aku bilang, aku nggak mau kamu ke sana. She has a family, you're not the only one in her life."

"Kamu harus mengerti, dia sudah nggak berhubungan dengan keluarganya. Dan Jenarka ...." Dio tidak melanjutkan kalimatnya.

"Aku sedang mengatakan ini ke kamu, I don't want you to go. Aku nggak mau kamu pergi ke Rosa."

"Kia ...."

"Cukup jelas, 'kan?"

"Aku nggak bisa membiarkan Rosa sendirian di rumah sakit."

Kiana memejamkan matanya. Hatinya bergemuruh. Amarahnya yang mencair sebab perlakuan manis suaminya tadi malam kini tumbuh lagi. Membawa sesak, sedih, kecewa yang bercampur-campur.

"Okay, fine! Go ahead. Aku mau turun di sini."

Kiana langsung membuka pintu mobil dan turun. Membuat Dio kelabakan dan segera mengikutinya. Diraihnya tangan Kiana saat perempuan itu membuka bagasi dan mencoba menurunkan kopernya.

"Kia, listen to me!"

"Apa yang harus aku dengar?"

"Kamu bilang bisa menunggu aku, 'kan?"

Kiana berusaha melepaskan genggaman Dio. "Aku memang bilang bisa menunggu kamu. Tapi kamu pikir, ini nggak menyakitkan? I feel pain, too."

"I know, tapi aku hanya ingin memastikan bahwa dia baik-baik aja."

"I told you, go ahead."

"Kia." Dio mengusap wajahnya kasar. Ia masih berusaha membuat koper Kiana berada dalam bagasinya. "Aku antar kamu pulang."

Dio menarik tangan Kiana dan memaksanya masuk kembali ke dalam mobil. Memilih melajukan kembali mobilnya, Dio dan Kiana mengisi waktu yang tersisa dengan hening. Sebuah bisu yang sesekali terdengar isakan diantaranya.

Milik Kiana, tentu saja.

^^^

KLIK LIKE-NYA DONGGG

HUJAT DIO PLEASEEEE

1
D!Y4H 🌟N4Y
nyesek banget
Uthie
hadeuhhhh 😂
Uthie
Kia udah bagus punya harga diri buat gak lagi dipermainkan 👍🤨
Uthie
flashback yg sangat menyakitkan
Uthie
nyesek Thor 😪
Hikmal Cici
suka suka suka
Uthie
bahasanya cukup tinggi.. kaya orang kaya yg ngomong 😂😁
Uthie: Berasa beda aja gtu 😁😁😁👍
Nana_Noona: 🤣🤣🤣🤣 orang kaya gimana kakkkkk
total 2 replies
Uthie
Awalan yg ku suka.... bagus 👍😁
sutiasih kasih
ngapain jga km nangis Dio.... pnderitaan kiana krna keegoisanmu... kbodohanmu... yg trlalu meremehkn kehadiran kiana...
km anggap kiana patung yg tak punya perasaan.... km lbh sibuk dgn wanita lain...
Dew666
Lanjut..
Nur Halima
Luar biasa
Nur Halima
Lumayan
Cookies
lanjut
aca
klo q jd kia sumpah Thor ogah gk ada satu perempuan pun mau di injak2 ke dua kali nya keledei hewan tolol aja masih bs mikir buat jatuh di lubang yg sama
aca
nangis di bab ini karena q pernah merasakan keguguran salah satu anak kembar triple ku/Cry//Cry//Cry//Cry//Whimper//Whimper/
aca
alur mu maju mundur Thor bkin pembaca mumet tau gk pdhl bagus lo ceritanya hadeh
aca
heran q ma Rosa ma dio klo saling sayang ywda nikah g usa ribet bkin orang sakit hati aja kampret
aca
harusnya flashback di awal jd nya yg baca gk ribet klo kek gini beibeh mumet bacanya wahai author pdhl bagus cm karena penulisanmu gini jd you know lah like mu cm dikit
aca
klo mau balik tolol aja rasanya cwek lemah males deh
aca
mumet bacanya flasback nya kecampur2 thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!