Alika Khumairoh gadis berjilbab nan tangguh yang berubah menjadi gadis diam seribu bahasa karena kecelakaan yang menimpa adiknya. Kesedihan yang mendalam ia rasakan ketika adik satu-satunya terbaring koma karena kecelakaan tersebut.
Dan ketika dia harus bertemu dengan Farel Adiputra Wijaya, manusia menyebalkan menurut Alika.
Farel sendiri adalah putra dari pemilik perusahaan Wijaya Group.
Kehidupan mereka yang berubah drastis karena sifat di antara keduanya yang bertolak belakang.
Sampai akhirnya mereka memulai untuk melakukan kerjasama di perusahaan ayah Farel agar mengetahui siapa dalang di balik runtuhnya perusahaan Wijaya Group.
Akankah mereka dapat memahami satu sama lain?
Dan bisakah keduanya mengungkap siapa yang berkhianat pada perusahaan Wijaya Group?
IG : miena_checil
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sahabat Sejati
"Apa? jadi maksud lu, lu mau menyelesaikan kekacauan di perusahaan selama dua minggu?" tanya Desi ketika mereka sudah pulang kerja dan berada di kantin rumah sakit dimana saat ini Abizar dirawat.
"Iya," jawab Alika sesantai mungkin.
"Tapi Alika, kenapa kamu melakukan semua ini bahkan bukti pun kamu gak punya?" Nadia berkata setelah melakukan suapan terakhir ke mulutnya.
"Semua data keuangan perusahaan ada padaku, Pak Doni selaku sekretaris Direktur utama juga sudah mengirim file nya padaku. Jadi kalian tenang aja, aku hanya gak mau perusahaan jadi terbengkalai dengan adanya orang yang tidak bertanggungjawab," ucap Alika.
"Jika kamu mau mengatasi masalah itu, gimana dengan Abizar? sudah pasti kamu akan lembur kan?" tanya Nadia.
"Kalian tenang saja, bukankah aku sudah menyewa perawat untuk menjaga Abizar."
"Tapi Alika..." jawab Desi dan Nadia serentak.
"Udah sekarang habiskan makanan kalian, lalu segera pulang karena ini sudah malam." Alika berkata sambil meneguk jus Alpukat kesukaannya.
Aku melakukan itu semua agar perusahaan bisa kembali seperti semula. Dan juga jika aku berhasil mengungkap siapa dalang di balik semua ini, Direktur berjanji akan membayar ku sesuai gaji ku selama satu bulan. Dengan begitu aku bisa membayar biaya rumah sakit Abizar. batin Alika
*
Setelah teman-temannya pulang Alika beranjak memasuki ruang perawatan Abizar. Perlahan berjalan mendekati Abizar yang sampai saat ini belum menunjukkan perkembangan sama sekali.
Air mata Alika seakan tak pernah kering meski setiap hari dia menangis. Dia tak pernah sekalipun menunjukkan bahwa dirinya sedih dihadapan teman-temannya. Dia bahkan bersikap seperti tak ada beban yang berada di pundaknya, agar Desi dan Nadia tidak khawatir padanya.
"Bi, kamu kenapa belum bangun?" ucap Alika dengan memegang tangan Abizar. "Kalau ada yang kamu mau, bilang sama kakak. Kakak pasti akan membelikannya. Kakak bahkan belum ngasih kamu kado pas kamu ulang tahun kemarin," suara isak tangis Alika pun memenuhi ruangan tersebut.
"Maafin kakak Bi, maafin kakak yang sudah tidak bisa menjaga kamu," mencium berkali-kali punggung tangan Abizar sambil menangis.
***
Seminggu kemudian para karyawan Wijaya Group bekerja seperti biasanya. Hanya sebagian orang yang terlihat adegan bisik sana-sini atas kejadian demo yang terjadi minggu lalu. Namun sebagian orang yang memang tidak menanggapi gosip tersebut melakukan pekerjaan seperti biasanya.
Bahkan Alika yang sudah menyepakati akan menyelesaikan pekerjaan tambahannya terlihat sangat sibuk. Kabar bahwa Alika sanggup mengungkap dalang siapa yang melakukan penggelapan dana perusahaan sangat cepat beredar.
Terlihat ada sepasang mata yang mengawasi Alika bekerja. Laki-laki yang ikut turut andil pada keuangan perusahaan. "Anda tenang saja pak, semuanya pasti berjalan sesuai rencana," ucap lelaki tersebut dalam panggilan telepon. "Bahkan karyawati yang bernama Alika itu tidak akan bisa mengungkap siapa dalang dari semua ini." Lanjut lelaki itu yang bersembunyi di balik dinding.
Dia adalah Pak Andi yang bekerja di bagian keuangan perusahaan. Jabatan yang memang jelas di atas Alika membuatnya merasa di atas angin, bahkan dirinya mampu membuat rekapan palsu data keuangan dan mengarahkannya ke rekening Direktur utama.
Waktu terus bergulir sampai malam hari ketika semua karyawan telah pulang meninggalkan Alika yang bekerja lembur demi menyelesaikan tugasnya dengan jatah deadline dua minggu ini.
Perlahan Alika meregangkan tangannya yang mulai kesemutan akibat terlalu banyak mengotak-atik komputer, matanya pun terlihat lelah karena dari pagi hingga malam hari dia berada di depan layar komputer yang menyilaukan mata.
Sesaat dia melihat jam tangannya lalu menghela nafas kasar. "Sepertinya aku terlalu bersemangat bekerja sampai-sampai aku lupa waktu,” lalu dia melihat foto yang berada di meja kerjanya. Foto yang menampakkan dirinya dan adik satu-satunya. "Bahkan hampir saja aku melupakanmu," sekilas Alika tersenyum melihat foto tersebut namun tiba-tiba senyum Alika redup. "Ini sudah jam delapan malam, aku harus pulang menemui Abizar." Buru-buru Alika mematikan layar komputernya lalu beranjak pergi dari meja kerjanya.
Selang beberapa menit kemudian Pak Andi yang memang sedari tadi mengawasi Alika berjalan mendekati meja kerja Alika, saat dia sudah memastikan Alika keluar dari kantor.
Dengan sekali menekan tombol delete Pak Andi benar-benar menghapus semua file yang sudah susah payah di kerjakan oleh Alika. "Kau seharusnya tau sedang berhadapan dengan siapa?" seringai licik pun keluar dari mulutnya.
***
Setelah memasuki rumah sakit, Alika berjalan mendekati ruang administrasi dengan berniat membayar biaya rumah sakit Abizar. Namun alangkah terkejutnya dia ketika mengetahui bahwa biaya pengobatan Abizar telah di bayar selama seminggu ini.
Alika ingin mengetahui siapa orang yang telah membayarnya. Tapi perawat bilang orang yang telah membayarnya tidak mau di sebutkan namanya. Dengan paksa Alika menyuruh perawat itu jujur, namun perawat itu bilang dia hanya bisa mengatakan kalau yang membayarnya adalah dua orang wanita. "Baru saja mereka membayarnya, dan mereka berjalan ke arah sana," jawab perawat itu sambil menunjuk lorong rumah sakit.
Buru-buru Alika berlari menuju lorong rumah sakit yang di tunjuk oleh perawat itu dan jalan tersebut merupakan jalan dimana kamar yang di gunakan Abizar melakukan rawat inap. Alika bahkan sudah bisa menebak siapa orang yang telah membayar biaya rumah sakit Abizar.
Alika langsung menyambar gagang pintu dan mendapati kedua sahabatnya tengah duduk di sofa sedang menikmati beberapa camilan.
"Kenapa kalian melakukan ini padaku?" tanya Alika yang di tanggapi kerutan dahi oleh kedua sahabatnya itu.
"Apa maksud lu?" Desi berdiri dan langsung menghampiri Alika yang sudah menangis.
"Alika..." Nadia pun ikut menghampiri kedua sahabatnya. "Kenapa kamu menangis?" tanya Nadia.
"Apa yang kalian lakukan? kenapa kalian membayar rumah sakit Abizar?" kata Alika di sela-sela tangisannya.
Desi dan Nadia mematung di hadapan Alika dan saling melirik satu sama lain.
Siapa yang berani membocorkan tentang pembayaran rumah sakit ini. Ya, pasti perawat itu selain dia tidak ada yang mengetahui tentang pembayaran ini. Batin Desi
Alika menangkap raut wajah Desi yang memang menahan geram. "Jangan salahkan perawat itu, bahkan aku tau apa yang ada di pikiranmu," kata Alika.
"Alika gue bisa jelasin..." ucap Desi
"Gak ada yang perlu di jelasin." Alika mengeluarkan uang dari dalam tasnya. "Aku gak mau nyusahin kalian," katanya sambil menyerahkan uang yang berada ditangannya.
"Apa-apaan sih kamu Alika" Nadia berkata sambil mendorong kembali uang Alika.
"Kami benar-benar tulus ngebantu kamu, kalau kamu gak mau nerima bantuan dari kami berarti kamu udah gak nganggep kami teman lagi," ucap Nadia yang juga ikut menangis.
"Nadia benar, terimalah bantuan dari kami." Desi ikut menyela.
"Tapi..." Alika bahkan tidak enak hati dengan bantuan dari sahabatnya.
"Baiklah, tapi ingat ini untuk yang pertama dan yang terakhir kali kalian membantuku." Peringatan Alika yang tidak mau di ganggu gugat.
Akhirnya Desi dan Nadia mengiyakan permintaan Alika. Bukannya Alika menolak niat baik dari mereka, tapi demi menghargai jerih payah para sahabatnya Alika menerima bantuan itu.
Taukah kalian bahwa persahabatan tidak dapat di nilai dengan mata uang manapun. Dan kini Alika, Desi serta Nadia membuktikannya bahwa persahabatan mereka tak akan goyah sampai kapanpun.
Bersambung
secara ga langsung, ia mengungkapkan cinta buat Alika🤭
.