Merebut Cintamu

Hati Kevin hancur mendengar suara Arleta. Suara itu tidak seperti suara orang yang di paksa. Kevin tau Arleta berkata begitu karena merasa hubungannya dengan dia sudah berakhir.

"Aku tetap ingin bertemu Arleta". tegas Kevin.

"Tidak perlu". Dari reaksi, mata dan wajah Kevin sebenarnya Armando bisa melihat jika Kevin betul-betul mencintai Arleta. Tapi apa yang di lakukan Kevin membuat Armando tidak mau pria itu hidup bersama adiknya.

"Kalian takut bukan Arleta berubah pikiran?". Kevin mengejek. Cara bicara Armando sekarang sudah seperti orang asing, Kevin benci mendengarnya.

"Bukan itu. Tiga tahun kami biarkan kamu bersama Arleta tapi justru kamu menyakitinya. Pria lain yang baru sehari mengenalnya justru bisa berbuat banyak hal untuknya. Cukup Kevin waktumu sudah habis". Suara Armando keras karena marah.

"Aku tidak akan menyerah". Seru Kevin sambil beranjak pergi. Armando memandang kepergian Kevin dengan kesal. Tidak perlu mengotori tangannya untuk memukul Kevin. Ternyata keputusan Arleta sudah memukul Kevin jauh lebih parah. Lebih mudah jika Kevin tidak mencintai Arleta, pasti tidak sehancur itu.

Restandi dan Arleta baru tiba di Jakarta. Sesuai kesepakatan Armando menjemput Arleta dan membawanya pulang. Restandi cukup puas dengan keberhasilannya dan kembali sibuk dengan pekerjaannya. Arleta memutuskan untuk beristirahat di rumah hingga pertunangannya. Dia ingin menenangkan dirinya. Apalagi dia dengar Kevin di Jakarta. Arleta masih sakit hati dan marah pada pria itu. Dia sedih hubungannya selama tiga tahun ini sia-sia. Dulu Kevin tidak begitu. Dia selalu perhatian dan manis padanya. Kevin berubah sejak tinggal di Singapore. Awalnya masih suka mengontaknya tapi lama-lama seperti terpaksa bicara dengannya. Kini Arleta menutup kisah cintanya, dan menyongsong pertunangannya. Seperti Restandi Arleta juga ingin berkomitmen pada keputusannya. Undangan pertunangannya sudah mulai di bagikan. Tidak banyak yang di undang hanya orang-orang tertentu saja. Termasuk Revita. Gadis itu marah sekali menerima undangan pertunangan sahabatnya tapi bukan dengan abangnya. Revita menggedor pintu kamar Kevin. Revita jadi tau sekarang mengapa Kevin jadi mengurung diri di kamarnya. Kevin membuka pintu kamar karena terganggu ulah Revita.

"Apa maksudnya ini bang?". Revita bertanya marah sambil menyodorkan sebuah undangan.

"Undangan apa itu ya?". tanya Kevin tak mengerti.

"Pertunangan". jawab Revita.

"Secepat ini?". tanya Kevin. Dia langsung tau pertunangan siapa. Di raihnya undangan itu Kevin ingin tau siapa pria yang merebut Arletanya.

"Jadi Abang sudah tau?". Revita penasaran. Kevin mengangguk memberi jalan Revita masuk ke kamarnya. Kamar Kevin gelap karena dia mengurung diri dalam kegelapan. Seperti hatinya yang gelap karena kehilangan. Kevin menyalakan lampu kamarnya agar bisa lebih jelas melihat undangan tersebut. Baru dua hari yang lalu dia bicara dengan Armand undangannya sudah muncul. Kevin membaca nama Restandi, dia sekarang tau siapa tunangan Arleta. Selama ini dia hanya tau namanya, sekarang dia tau orangnya.

"Jelasin bang apa maksudnya ini?". Revita bertanya lagi karena Kevin belum menjawabnya. Pertanyaan itu justru menyadarkan Kevin dari pikirannya. Tiba-tiba terlintas ide di kepalanya.

"Ta mau bantu Abang kan?". di raihnya bahu Revita dan di tatapnya Revita fengan serius.

"Bantu apa bang?". Revita bingung.

"Kamu tanya Arleta maksudnya ini dan minta dia ketemu dan bicara sama Abang. bisa kan?". Kevin merasa Revita satu-satunya harapan untuk bisa bicara dengan Arleta.

"Memang Abang ga bisa ketemu Leta?". Revita bingung dengan abangnya.

"Arleta menghindari Abang ya. Mau ya bantu Abang. Kan kamu pingin Abang nikah sama Arleta". Kevin berharap besar pada Revita. Gadis itu mengangguk. Karena Arleta tidak bisa di hubungi Revita memutuskan ke rumah Arleta. Dia berharap bisa bertemu Arleta. Harapannya tidah sia-sia. Revita di persilahkan masuk maka dia langsung ke kamar Arleta. Revita melihat banyak pernak-pernik untuk pertunangan Arleta. Gaun putih, sepatu, box-box perhiasan. Ada juga kado-kado yang sudah dikirim lebih awal. Mungkin dari pihak keluarga. Arleta sendiri menyambutnya dengan wajah sendu. Revita memeluknya erat.

"Kenapa Leta, kamu sedih begitu sebenarnya ada apa?". tanya Revita lembut. Arleta melepaskan pelukan mereka dan menarik Revita duduk bersama di sofa.

"Aku minta maaf ya, ga bisa jadi pendamping abangmu. Sebenarnya aku juga ga mau seperti ini tapi mungkin aku ga cukup berharga bagi Kevin". Arleta menitikan airmata. Revita semakin bingung tapi dia jadi yakin ada yang terjadi di luar sepengetahuannya.

"Cerita semuanya sama aku, tanpa ada yang terlewat. Kita sahabatan bukan sebentar kan?". Revita tidak mau di tolak. Arleta pun perlahan menceritakan dari awal hingga akhirnya dia bertunangan dengan Restandi.

"Laki-laki bodoh!". Revita berseru marah. Sebenarnya dia terkejut dengan apa yang di lakukan Kevin. Tapi dia tau Arleta tidak mungkin berbohong. Revita tanpa sadar ikut menangis membayangkan perasaan hancur Arleta. Dia juga sangat kecewa abangnya sendiri yang telah menyakiti sahabatnya. Walaupun dia menyayangi keduanya tapi dia sadar abangnya salah.

"Hal ini biar kita saja yang tau ya Vita". Kata Arleta yang membuat Revita terpana. Sudah sejauh ini Arleta masih mau menutupinya. Abangnya memang tidak tau diuntung. Sudah dapat gadis yang baik malah macam-macam.

"Terserah kamu saja. Tapi bang Kevin pingin ketemu kamu ta. Kamu tau kan bang Kevin ga akan berhenti sampai dia bicara sama kamu". Walau Revita tau tidak mungkin meminta kebaikan hati sahabatnya lebih jauh. Tapi hal ini adalah kenyataan. Arleta mengangguk, dia juga tau bagaimana Kevin. Mereka memang harus bicara.

"Ok. Suruh dia datang ke sini. Jamnya aku yang tentukan. Liwat dari itu jangan harap bisa ketemu aku lagi. Aku sendiri juga ga mungkin keluar kamu tau kan kakakku seperti apa?". Arleta mencoba tersenyum. Apa yang dia lakukan sebenarnya karena Revita sahabatnya. Pasti dia ingin abangnya di beri kesempatan bicara. Revita balas tersenyum dan memeluk Arleta.

"Terima kasih ya Leta. Maaf ya Abang aku nyakitin kamu". Revita pulang dengan hati yang kacau. Kepulangannya telah di nantikan Kevin. Revita malas sebenarnya melihat abangnya ini. Dia sangat kecewa dan marah, pupus sudah harapannya menjadikan Arleta istri abangnya. Dia sendiri tidak mau menikah dengan orang yang sudah menyakiti hatinya. Revita hanya menyampaikan pesan Arleta lalu berlalu dengan wajah yang tidak bisa di bilang ramah. Kevin cukup puas dengan apa yang Revita katakan dan dia tau adiknya marah. Tapi dia bersyukur Revita marah dalam diam. Kevin belum siap harus menghadapi keluarganya. Revita justru melakukan sesuatu yang lebih daripada marah-marah pada abangnya. Dia memberikan undangan pertunangan Arleta pada mamanya, Riana Minta.