Lira Kanaya, gadis kampung yang mempunyai cita-cita sederhana yaitu membahagiakan sang ibu tercinta. Lira rela meninggalkan ibunya seorang diri di kampung demi merantau ke Jakarta hanya untuk membantu perekonomian keluarga. Hidup hanya berdua dengan sang ibu yang sudah sakit-sakitan, membuat Lira harus lebih bekerja keras membanting tulang untuk bisa bertahan hidup.
Lira berpikir, dengan merantau ke Jakarta ia bisa membantu ibunya sekaligus mencapai cita-citanya yang tertunda. Namun sayang, semua tak seperti apa yang diharapkan.
Pertemuannya dengan pria baru baya yang ditolongnya ketika mengalami kecelakaan, mengantarkannya pada gerbang pernikahan yang menguras air mata. Lira terpaksa menerima perjodohan dengan anak pria paruh baya yang ia tolongnya demi sang ibu tercinta yang sedang terbaring lemah di rumah sakit dan sedang membutuhkan biaya besar.
Perlahan tapi pasti, seiring berjalannya waktu akhirnya cinta tumbuh di hati Lira. Meski selalu mendapat perlakuan buruk dari sang suami, tak membuat cinta Lira pudar. Entah apa yang membuat Lira bisa jatuh cinta pada lelaki yang sudah membuat hidupnya menderita. Namun, tidak dengan Reza Mahardika yang justru merasa puas ketika melihat Lira menderita.
Akan aku buat hidupmu seperti di neraka, hingga kau lupa bagaimana rasanya hidup bahagia.
Reza Mahardika
Jika penderitaan ku dapat membuatmu bahagia, maka lakukanlah. Aku akan ikhlas.
Namun ingatlah, bahwa aku hanyalah wanita biasa yang hidup di akhir zaman yang punya batas kesabaran.
Lira Kanaya.
Akankah cinta Lira terbalas?
Daripada penasaran, yuk lanjut baca.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ramla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6
Setelah mendapat informasi tentang Lira dari anak buahnya, Pak Martin langsung menuju tempat tinggal Lira. Sudah satu jam Pak Martin mengamati tempat tinggal Lira, yang menurutnya sangat kumuh. Hari ini rencananya Pak Martin akan menemui Lira untuk berterima kasih padanya. Selain itu juga, akan ada rencana besar dibalik pertemuan itu.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Lira keluar dari kosannya menuju warung kecil yang berada di ujung gang tempat tinggalnya. Rencananya Lira akan memasak untuk menyambut kedatangan sahabatnya dari kampung.
Anak buah Pak Martin langsung menghampiri Lira. Sontak saja, kehadiran anak buah Pak Martin yang memiliki tubuh tinggi dengan perawakan menakutkan, membuat Lira terkejut dan takut.
"Tu..tuan mau apa?" Tanya Lira sok berani, padahal dia sudah merasa ketakutan setengah mati.
"Nona bisa ikut saya sebentar? Tuan saya ingin bertemu dengan Nona." Ucap lelaki berkepala plontos itu sopan.
"Bu..bu..buat apa saya harus bertemu Tuan, Anda?"
"Saya harap Nona tidak membantah, jika Nona tidak ingin terluka." Ucap lelaki berkepala plontos itu dengan memasang wajah datar. "Ayo ikut saya, Nona! Tuan saya sudah menunggu Anda di mobil sejak tadi." Lelaki itu mempersilakan Lira berjalan menuju mobil mewah yang terparkir tepat di depan kosan Lira.
Lira tidak ada pilihan selain mengikuti lelaki itu. Tangan Lira berkeringat dingin, wajahnya pucat pasi. Lira takut jika dirinya akan menjadi korban penculikan dan perdagangan wanita, seperti yang sering Lira nonton di televisi.
Lira berdiri tepat di depan pintu mobil, kemudian lelaki berkepala plontos itu membukakan pintu agar Lira segera masuk. Lira melihat seorang pria berkaca mata hitam duduk dengan penuh wibawa, sambil tersenyum lembut ke arahnya.
Usia Pak Martin memang tidak muda lagi, namun karismanya tidak pernah pudar. Bahkan ketampanannya masih bisa menyaingi sang anak.
Lira terpaksa masuk ke dalam mobil mewah itu. Tadinya Lira sangat takut, namun setelah melihat wajah Pak Martin, Lira menjadi bingung.
"Wajah om ini kok kayak gak asing, ya! Aku kayak pernah lihat, tapi di mana ya! Batin Lira.
Melihat wajah bingung Lira, Pak Martin tersenyum.
"Pasti Anda bingung kenapa tiba-tiba saya ingin bertemu dengan Anda, Nona?"
"Mmm... Saya hanya merasa pernah melihat wajah tuan, tapi saya tidak tahu di mana." Ucap Lira polos.
Wajar saja Lira tidak mengenal Pak Martin, karena waktu kecelakaan itu, wajah Pak Martin berlumuran darah jadi tidak dapat dikenali begitu saja.
Pak Martin tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Lira yang begitu polos menurutnya.
"Hahahaha...Jelas Anda tidak mengenali saya, Nona. Waktu kecelakaan itu, wajah saya penuh darah."
Mata Lira langsung melotot dan mulutnya terbuka lebar. "Apakah tuan orang yang..."
Ucapan Lira terpotong karena langsung disambar Pak Martin.
"Iya, Saya adalah orang yang sudah Nona tolong waktu itu bersama dengan supir pribadi saya, Jono." Sambar Pak Martin cepat.
Lira menutup mulutnya dengan tanganya tak percaya. Setelah lebih satu bulan Lira tidak mendengar kabar tentang orang yang telah ia selamatkan, tiba-tiba orang itu sudah berada tepat di depannya dengan keadaan sehat.
"Alhamdulillah, Lira senang akhirnya Tuan sudah sehat." Ucap Lira syukur.
Pak Martin merasa terharu, ternyata ada orang lain yang begitu peduli padanya selain anak dan istrinya.
"Saya sengaja bertemu Nona, karena ingin mengucapkan terima kasih sudah menyelamatkan nyawa saya waktu itu." Ucap Pak Martin.
"Lira, itu nama saya tuan. Jadi tuan tidak perlu memanggil saya dengan panggilan Nona lagi." ujar Lira sambil tersenyum lembut.
"Sudah kewajiban kita sesama manusia untuk saling tolong menolong, tuan. Itu yang selalu diajarkan oleh Almarhum ayah saya." Lanjutnya.
"Ayahmu pasti bangga memiliki anak yang baik sepertimu."
Lira hanya menunduk sedih.Pak Martin heran melihat Lira yang tiba-tiba berubah sedih ketika menyebut ayahnya.
"Kamu tidak apa-apa" Tanya Pak Martin.
"Iya, tuan. Saya tidak apa-apa. Saya hanya merindukan Ayah saya." Jawab Lira lirih.
Pak Martin merasa semakin yakin tentang rencana besarnya itu.
🌸🌸🌸
jangan lupa tinggalkan jejak ya..
*Like
Komen
vote
terima kasih😊*