kisah seorang wanita yang berjuang hidup setelah kehilangan kedua orang tuanya, kemudian bertemu seorang laki-laki yang begitu mencintainya terbuai dalam kemesraan, hingga buah hati tumbuh tanpa pernikahan.
sungguh takdir hidup tak ada yang tahu kebahagiaan tak berjalan sesuai keinginan, cinta mereka Anita dan seno harus terpisah karena status sosial dan perjodohan dari kedua orang tua seno.
bertahun-tahun Seno menjalani kehidupan tanpa cinta, takdir tak terduga dan kini mereka di pertemuan kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arya wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ULANG TAHUN SENO
Seno mengetuk pintu rumah Anita beberapa kali, namun tak ada jawaban juga dari dalam, dan Ia mencoba membuka pintu itu ternyata pintu tak di kunci.
"Masuk saja kali ya"
Seno berjalan dengan cahaya yang kurang terang.
"Kenapa gelap sekali sih, Anita.... Anita... Kamu sudah bangun?"
Tidak anda jawaban apapun dari Anita, lalu Ia mencari sakelar untuk menyalakan lampu agar Ia bisa melihat dengan baik, dan saat lampu di nyalakan semua orang di dalam rumah berteriak.
"Surprise..."
Terompet di tiupkan Anita juga Sena.
"Happy birthday Sayang"
Ucap Anita tersenyum manis padanya, Seno pun membalas senyuman itu dengan sebuah kecupan di kening.
"Makasih ya sayang, Kamu masih ingat ulang tahun Aku"
"Masih dong, walaupun umur Aku sudah semakin tua, tapi Aku gak akan pernah lupa dengan tanggal ulang tahun Kamu"
Seno semakin mencintai kekasih hatinya itu, lalu Ia melihat sang anak, dan Seno mengucapkan terimakasih telah memberikan hadiah tak terduga.
"Selamat ulang tahun ya Om Papah, ini semua idenya Mamah loh"
Risma pun menyahuti berkata,
"Iya nih, Tante saja ga tahu kalau hari ini Anita ternyata ingin berikan surprise ini untuk Kamu"
"Iya Tante, makasih banyak ya Aku sayang Kalian semua"
Lalu Seno mengatakan sesuatu pada Sena putrinya.
"Sena.. Sena mau kan Om papah jadi Papah Sena beneran"
"Mau dong Om"
"Kalau begitu mulai sekarang Sena jangan lagi panggil Om Papah"
Sena terdiam melihat wajah semua orang yang ada diruangan ini.
"Kenapa?"
"Karena Aku maunya di panggil Papah saja mulai sekarang"
Sena pun tersenyum lebar mendengar hal itu, dan Ia langsung memeluk Seno dengan penuh kasih sayang.
"Iya Papah, jadi Papah kapan nikah sama Mamah?"
Sungguh pertanyaan yang di tunggu-tunggu oleh Anita juga, Anita hanya tersenyum mendengar putrinya berkata seperti itu.
"Masya Allah anak Papah sekarang sudah makin pintar bertanya hal ini sama Papah, tenang sayang sebentar lagi ya, Sena sabar Papah harus menyiapkan segala sesuatu yang indah untuk Mamah supaya Mamah semakin cinta dengan Papah"
Sena tersenyum-senyum mendengar ungkapan cinta dari Seno.
Namun waktu terus berjalan, Risma pun harus berangkat mengantar Sena sekolah, tapi hari ini Seno ingin mengantar sendiri Sena ke sekolahnya.
"Apa gak merepotkan Kamu Seno"
"Gak kok Tante, hari ini hari sepesial untuk Aku, jadi biar Aku yang antar Sena ya"
"Aku boleh ikut gak?"
"Boleh dong Sayang"
Sena dan Anita semakin bahagia.
"Horee... Papah Mamah akan sama-sama mengantar Sena sekolah, ayo Pah Mah, cepat berangkat"
"Iya sayang sebentar dong Mamah ganti baju dulu ya"
Anita pun kini siap untuk berangkat, lalu Ia menelpon sebuah toko Taylor.
"Halo, bagaimana Mas sudah jadi?"
"Sedang di kerjakan mba, selesai mungkin sore ini"
"Oke nanti Saya ambil sore, terimakasih ya"
Seno memperhatikan Anita yang baru saja berbicara dengan seseorang Seno pun bertanya dengan siapakah Ia berbicara.
"Ada deh..."
Ucap Anita sengaja merahasiakan hal ini.
"Kamu jangan aneh-aneh ya"
"Apa sih, aneh-aneh apa Aku?"
Anita berbicara sambil tersenyum-senyum.
Tak lama sampailah Mereka di sekolah Sena.
"Sekolah yang pintar ya sayang"
"Iya Mah, Pah, makasih Papah sudah mengantar Aku"
Seno pun mencium lagi kening Sena tak hanya kening, pipi Sena juga Seno cium sebagai bentuk kasih sayangnya kepada Putrinya yang lama terpisah.
Ternyata adegan itu di saksikan oleh Bu Riana juga Fathia yang sudah sembuh dari sakitnya, entah kenapa kini ada perasaan cemburu dalam hati Fathia melihat kedekatan Sena dan Papahnya.
"Mah.. Itu kan Papah"
Tania melihat Seno berkumpul bersama Sena juga Anita.
"Iya sayang, Fathia mau ke Papah"
"Gak Mah, Papah sekarang lebih sayang Sena dari pada Fathia"
Ucap Fathia dengan nelangsanya, Tania hanya ikut sedih mendengar ungkapan hati Fathia, namun karena pikiran Tania yang jahat, Ia memanfaatkan perasaan Fathia dengan ucapan-ucapan yang semakin membuat otak Fathia berpikir bahwa Anita dan Sena itu jahat.
"Jadi Fathia harus bagaimana Mah?"
"Fathia harus terus mengambil simpati Papah, dan jangan mau kalah dengan Sena"
Sedangkan Bu Riana memandangi putranya yang kini sedang berulang tahun.
"Selamat ulang tahun Seno, seandainya Kamu ada di rumah saat ini, apapun Seno.. apapun Mamah akan berikan untuk Kamu".
Riana begitu menyayangi Seno bahkan Ia sampai membunuh temannya sendiri hanya untuk kesejahteraan hidup Seno, namun rasa bersalah dalam dirinya tak di pungkiri perasaan itu selalu menghantui dirinya di setiap malam, apalagi kini Ia tahu Anita anak dari Arini.
"Maafkan Saya Anita, dan Kamu memanglah sepadan untuk Seno"
Akhirnya Riana mengakui Anita sepadan bagi Seno bahkan mungkin lebih, karena jika Arini tidak mengetahui kejahatannya dahulu, mungkin saja perjodohan Seno dan Andini dapat di jalankan hingga kini.
Setelah selesai dengan kemesraan keluarga Seno pun pamit akan berangkat bekerja.
"Aku berangkat ya Sayang"
"Iya hati-hati di jalan ya, oh iya Seno, Aku boleh minta sesuatu sama kamu"
"Kamu mau minta apa, jangan lagi minta untuk di lamar ya, karena itu sebentar lagi akan terjadi, Kamu tenang"
Anita tersenyum mendengar itu, lalu Ia menjawab,
"Bukan itu.. Tapi... Aku mau Kamu pulang ke rumah temui Mamah Kamu"
Seno terdiam tak mengerti mengapa Anita meminta hal itu, apakah maksud Anita ingin berpisah darinya.
"Tapi kenapa Aku harus pulang, Kamu kan tahu Mamah gak suka dengan hubungan Kita"
"Aku tahu, Mamah Kamu gak suka Aku, tapi Dia Mamah Kamu Seno, apalagi hari ini ulang tahun Kamu, Aku yakin Mamah Kamu pasti sangat merindukan Kamu"
Seno terdiam memikirkan ucapan Anita, lalu Ia mengatakan jika Ia akan memikirkan hal itu.
"Seno..."
Panggil lagi Anita mengentikan Seno memasuki taksi.
"Apa sayang, ada apa lagi"
"Ciumnya mana?"
Ucap Anita dengan tersenyum manja.
"Ya ampun Aku pikir mau bicara soal Mamah lagi, sini..."
Seno pun mencium kening Anita, dan kemudian memasuki mobil taksi.
Anita tersenyum melihat kepergian sang kekasih, Tak lama Bu Riana pun kembali pulang.
Sedangkan Fathia kini berjaga jarak menghindari Sena, di taman saat sedang istirahat pun biasanya Mereka bermain berdua namun kini Fathia tak menegur bahkan menyapa Sena.
Sena menjadi bingung dengan sikap Fathia saat ini, lalu Ia mencoba mendekati Fathia dengan menyapanya.
"Hay Fathia Kamu sudah sehat?"
Fathia hanya melirik tak menjawab pertanyaan Sena.
"Kamu kenapa sih, kok sepertinya Kamu gak mau dekat sama Aku"
Dan tiba-tiba saja Fathia mengatakan,
"Aku gak mau dekat Kamu, Kamu sudah mengambil Papah Aku".
Sena tak mengerti mengapa Fathia berkata seperti itu, bukankah kemarin Ia begitu senang bisa bersaudara dengannya.
"Tapi kan Kita akan jadi saudara"
"Kata Mamah Aku, Mamah Kamu mengambil Papah Aku jadi Mamah setiap hari sedih, karena Papah sudah gak pulang ke rumah lagi"
"Tapi Fathia, Kamu kan masih bisa ketemu Papah Seno, Papah bilang Aku dan Kamu itu anak kesayangan Papah"
"Gak mau... Aku maunya Papah sayang sama Aku saja, gak ada yang lain"
Setelah berkata seperti itu Fathia pun pergi meninggalkan Sena.
Dan parahnya lagi Fathia kini menghasut teman-temannya supaya tidak berteman dengan Sena.
"Masa sih ibunya Sena kayak gitu Fathia"
"Iya itu semua kata Mamah Aku, Mamah Sena merebut Papah Aku"
Gosip ini pun tersebar luas hingga terdengar ke telinga para wali murid, Anita kini menjadi Bahan gunjingan, namun untungnya wali kelas Sena tidak seperti ibu-ibu wali murid yang hobi ghibah cerita dari mulut ke mulut.
Sena kini menyendiri sebab tak ada lagi yang mau berteman dengannya, sang wali kelas pun datang menghampiri.
"Sena... Kamu kenapa sayang"
"Gak kenapa-kenapa kok Bu, Sena lagi duduk saja disini"
"Sena, ibu sudah dengar gosip Ibu Kamu"
Sena hanya tersenyum namun raut wajahnya menunjukkan betapa sedihnya hatinya, wali kelas Sena mencoba untuk menghibur Sena.
"Kamu jangan sedih ya, kan masih ada ibu guru yang mau berteman sama Sena.
"Makasih bu guru, tapi Sena beneran gak apa-apa kok"
Ucap Sena meyakinkan sang wali kelas jika dirinya baik-baik saja.
Hari ini Farrel tak melihat Lia di setiap sudut ruangan, Farrel pun bertanya-tanya kemana Lia berada, lalu Ia bertanya pada rekan kerja Lia.
"Ada kok Pak, Dia sepertinya hari ini membersihkan toilet wanita dan bagian tangga darurat"
"Oh begitu terimakasih ya"
"Iya Pak, memangnya kenapa ya Pak bapak cari Lia"
"Gak ada apa-apa kok, ya sudah Saya kembali ke ruangan"
Setelah berada di ruangan Farrel kini sadar untuk apa dirinya mencari wanita itu.
"Ngomong-ngomong Aku ngapain ya cari Lia, duh... kenapa sih nih pikiran, kenapa sekarang-sekarang ini Aku sering mikirin Lia ya"
Ucap kesal Farrel pada dirinya sendiri.
Saat jam istirahat Lia membuka tasnya, hari ini Ia membawa bekel mie goreng dan nugget 3 biji dalam kotak makan itu, lalu Ia melihat sebungkus kado yang harusnya di berikan untuk Pak Farrel.
"Ya ampun Aku lupa mau kasih ini, sepertinya ini jam makan siang, Aku letakkan saja apa ya kado ini, supaya gak terlalu malu-malu banget ketemu Pak Farrel"
Lia pun membuka pintu ruangan Farrel secara perlahan, lalu melihat ruangan Pak Farrel.
"Selamat gak ada orangnya"
Ucap Lia berkata dengan pelan, Lia berjalan mengendap-endap layaknya maling, lalu Ia mendekati meja Pak Farrel dan Ia menaruh kotak itu di atas meja.
"Pak.. Ini buat bapak, tolong di terima ya Pak"
Tiba-tiba saja Farrel sudah masuk ke ruangan dan berada di belakang Lia.
"Itu apa?"
Lia pun kaget sejadi-jadinya.
"Allahu Akbar"
Lia kaget bagai melihat hantu.
"Bapak kapan masuk kesini?"
"Barusan, emang kenapa?"
"Kenapa gak ketok pintu Pak"
"Lah ini kan ruangan Saya, terserah Saya dong mau ketuk atau gak"
Lia merasa malu berkata seperti itu, Dia pun menepuk-nepuk dahinya lalu setelah itu Lia langsung pamit dengan berkata,
"Pak saya permisi ya, itu buat bapak dari Saya"
"Tapi..."
Farrel tak dapat bicara lagi karena Lia sudah berlari keluar dari ruangannya.