NovelToon NovelToon
Zehya The Misterius Painter

Zehya The Misterius Painter

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Cerai / Kaya Raya / Keluarga / Putri asli/palsu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: yunacana

Cinta yang datang dan menetap di relung hati yang paling dalam tanpa aba-aba. Tanpa permisi, dan menguasai seluruh bilik dalam hati. Kehadiran dirimu telah menjadi kebutuhan untukku. Seolah duniaku hanya berpusat padamu.

Zehya, seorang gadis yang harus bertahan hidup seorang diri di kota yang asing setelah kedua orang tuanya berpisah. Ayah dan ibunya pergi meninggalkan nya begitu saja. Seolah Zehya adalah benda yang sudah habis masa aktifnya. Dunianya berubah dalam sekejap. Ayahnya, cinta pertama dalam hidupnya, sosok raja bagi dunia kecilnya, justru menjadi sumber kehancuran baginya. Ayahnya yang begitu sempurna ternyata memiliki wanita lain selain ibunya. sang ibu yang mengetahui cinta lain dari ayahnyapun memutuskan untuk berpisah, dan yang lebih mengejutkan lagi, ternyata Zehya bukanlah anak kandung dari wanita yang selama ini Zehya panggil ibu.

Siapakah ibu kandung Zehya?

yuk, ikuti terus perjalanan Zehya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yunacana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kak, Ayo bangun

Zehya terlelap hingga matahari berada di atas ubun-ubun karena kelelahan. Garis itu masih meringkuk di atas sofabed yang ada di perpustakaan pribadi miliknya. Rose hanya berjaga di depan sekitar tangga, karena lantai atas adalah area pribadi milik Zehya.

Beberapa kali dokter Steven menanyakan keberadaan sang Nona, namun hingga hari menjelang siang, Zehya masih belum menampakkan batang hidungnya.

Zehya menggeliat di bawah selimut ketika suara ponselnya berdering cukup lama. Tanpa melihat siapa yang menghubunginya, Zehya menggeser layarnya keatas, menerima panggilan tersebut.

" Halo?" Suara khas bangun tidur Zehya menyapa Zain, orang yang sedang berbincang dengan Zehya di sebrang sana.

" Apa disana masih malam?"

Zehya menjauhkan layar hpnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Matanya menyipit untuk dapat membaca namanya yang tertera di sana.

An knowed number...

" Siapa?" Tanya Zehya tanpa basa-basi, dengan nada yang jutek.

" Astaga... Kamu tidak menyimpan nomerku? Ini aku, Zain."

Zehya dapat mendengar nada suara Zain yang kesal di sana. Zehya hanya diam, matanya kembali terpejam.

" Zain... Apa ada hal penting yang ingin kamu bicarakan denganku? Jika tidak... bisakah kita sudahi? Aku sungguh mengantuk..." Zehya berkata dengan jujur. Kepalanya masih belum bisa memproses dengan sempurna.

" Aku hanya ingin tahu kabarmu... Ah. ya. Kembalilah tidur, Zehya. Tolong hubungi aku jika kamu senggang."

" Aku tidak bisa janji. Dah Zain." Zehya memutus sambungan telpon dan kembali ke alam bawah sadarnya.

Baru saja Zehya akan kembali tidur. Suara berat Reyhan membangunkannya. Gadis itu mendudukkan tubuhnya dengan sangat malas.

" Bangunlah, sayang." Reyhan berjalan ke arah jendela dan membuka tirainya. Membuat ruangan yang temaram menjadi terang benderang. Zehya menyipitkan matanya yang silam karena cahaya matahari yang masuk ke ruangan.

" Kapan Papa sampai?" Zehya menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Reyhan duduk di jendela, memandangi wajah bangun tidur Zehya.

" Baru saja. Bersihkan dirimu, Papa akan menunggu di bawah." Reyhan mendekati Zehya, mengacak rambut putrinya yang sudah panjang, dan melangkah keluar.

Zehya menunggu hingga suara langkah kaki Reyhan semakin menjauh, berganti dengan langkah kaki yang lebih ringan menaiki tangga. Rose muncul dari balik pintu.

" Ini baju anda, Nona." Zehya mengulurkan tangannya untuk menerima satu stel baju yang Rose berikan.

" Anda bisa langsung mandi, Nona. Saya sudah siapkan air untuk anda. " Zehya hanya mengangguk dan beranjak.

Kakinya melangkah dengan pelan menuju kamar mandi yang ada di lantai atas. Seperti yang Rose katakan, bathupnya sudah penuh dengan air sabun dan kelopak bunga mawar. Zehya menanggalkan pakaiannya dan berendam.

...****************...

Zehya menghampiri Axcel yang masih belum membuka matanya. Kantung darah kedua baru saja terpasang. Perbincangannya dengan sang Papa masih terngiang di benaknya.

"Tim Dokter sudah melakukan yang terbaik untuk Axcel. Namun sampai sekarang Axcel sama sekali belum menunjukkan reaksi apapun. Zehya, kami khawatir Axcel akan mengalami kelumpuhan. Racun yang mengalir dalam darahnya cukup kuat."

" Apa tidak ada penawarnya? Apa yang bisa aku lakukan untuk membantunya, Papa?"

" Untuk sementara, kita hanya bisa menunggu. Kamu sudah banyak membantunya, Sayang... Meski membutuhkan waktu yang lama, percayalah, Axcel pasti akan sembuh."

" Iya, Papa..."

" Papa harus pergi ke kota untuk menghadiri rapat penting hari ini. Kabari Papa atau Daniel jika terjadi sesuatu."

Zehya mengangguk dan berusaha tersenyum pada Reyhan. Lelaki itu mengelus pucuk kepala Zehya dengan lembut. Lalu pergi bersama dengan Jonathan.

" Ayo bangun, Kak... " Bisik Zehya dengan tangan menggenggam tangan kanan Axcel.

" Kakak harus bangun. Banyak hal yang ingin aku ceritakan pada kakak. Aku juga ingin pergi ke berbagai tempat bersama kakak... banyak makanan juga yang ingin aku makan bersama kakak..."

Zehya menahan air matanya yang hampir tumpah. Gadis itu menatap wajah damai Axcel. Tadi pagi, Dokter Steven memasangkan alat bantu pernapasan untuk Axcel. Lelaki itu kejang dan sempat kehilangan nafasnya.

Zehya yang baru mengetahui hal tersebut setelah Axcel kembali tenang. Zehya mengambil tisu dan mengusap keringat yang ada di dahi Axcel.

" Apa yang kakak mimpikan? Kenapa wajah kakak seperti ini? Apakah sesakit itu?" Zehya terus berbicara pada Axcel meski tanpa jawaban.

Punggung Zehya menegang. Matanya menatap wajah Axcel tanpa berkedip, dadanya bergemuruh dengan hebat. Baru saja, Zehya merasakan jemari tangan Axcel yang dia genggam bergerak. Tak lama kemudian, Kedua kelopak mata Axcel bergerak, terbuka dengan perlahan, memperlihatkan manik matanya yang langsung menatap wajah Zehya sebagai titik fokusnya.

Zehya tersenyum lega. Dari gerak bibir Axcel Zehya bisa menangkap bahwa Axcel berusaha memanggil namanya.

" Ya, Ini Aku, Zehya, Kak Axcel. Sekarang kakak ada di rumahku, semalam kakak pingsan dengan luka tusuk di bagian perut." Zehya lantas menceritakan apa yang terjadi pada Axcel. Lelaki itu hanya terdiam dengan mata yang tidak pernah berpaling dari wajah Zehya.

" Tunggu sebentar. Aku akan memanggil dokter Steven." Zehya mengambil ponselnya dan menghubungi nomor Rose.

" Rose, tolong panggilan dokter Steven. Kak Axcel sudah sadar."

Ilustrasi keadaan Axcel saat batu sadar. ( Gambar saya ambil dari google)

" Terimakasih karena sudah bertahan Kak, Terimakasih, Kakak telah berjuang untuk segera bangun. Aku sungguh takut tadi..." Zehya mengecup punggung tangan Axcel dengan pelan.

Tak lama setelah menerima panggilan dari Zehya. Dokter Steven datang ke kamar Zehya.

" Permisi, Tuan, Nona. Saya akan memeriksa keadaan Tuan Muda." Zehya berdiri dari duduknya dan mempersilahkan Dokter Steven untuk memeriksa Axcel.

" Ya, Silahkan Dokter."

Dokter Steven mengecek organ vital Axcel. Mulai dari tekanan darah, dan nadinya.

" Jika anda bisa mendengar saya, tolong kedipkan mata anda." Axcel mengedipkan matanya walau dengan tempo yang sangat pelan. Dokter Steven mengangguk, lalu menyentuh tangan Axcel.

" Jika anda dapat merasakan sentuhan saya, tolong kedipkan mata anda. Lagi, Axcel membuka dan menutup kelopak matanya.

Dokter Stevan melihat catatan yang dia bawa, wajahnya sangat serius.

" Tuan, keadaan anda sudah jauh lebih baik sekarang. Jangan terlalu memaksa diri anda untuk bergerak. Anda butuh banyak istirahat agar luka anda cepat sembuh... Tapi, Racun itu menyerang tubuh bagian bawah anda, dari pangkal paha sampai ke jari kaki. Anda akan membutuhkan waktu yang lama untuk bisa kembali berjalan. " Dokter Stevan menjelaskan dengan pelan, dan setenang mungkin.

Zehya dan Axcel saling tatap dengan mata yang terluka. Kabar ini sudah Zehya perkirakan sebelumnya, namun mendengar langsung dari mulut dokter Stevan, rupanya sangat mengejutkan dirinya.

Behitupun dengan Axcel. Lelaki kalem namun lebih sering bertindak itu sungguh syok, mendapati dirinya hatus berada dalam keadaan setengah lumpuh. Bahkan kini lidahnya belum mau bergerak.

" Tuan Axcel hatus minum obat dan kembali istirahat," Dokter Steven menyanyikan tiga tabung kecil obat melalui selang infus di tangan Axcel. " Setelah ini, Anda akan kembali tertidur, Tuan. Jangan mengkhawatirkan banyak hal. Anda aman bersama kami disini."

Dokter Stevan menunduk pada kedua pemuda pemudi di kamar itu. " Kalau begitu, saya mohon undur diri, Tuan, Nona."

" Terimakasih, Dokter." Zehyq menjawab singkat. Setelahnya, Dokter Steven menghilang di balik pintunkamar yang mengayun tertutup.

Zehya kembali duduk di samping Axcel yang terus memandanginya. Sebuah senyum Zehya berikan. Tangan Zehya kembali menyentuh jemari Axcel yang dingin.

" Ingin dengar sebuah cerita?"

1
Titi Matul Hayati
masih ada beberapa kesalahan penulisan. tapi selebihnya baik. semangaaat
Sea
bahasanya bagus . alur nya mudah di pahami , dan karakternya jelas. saya sangat menyukai nya ...
yunacana: Terimakasih^^
kata-katamu memberikan motivasi untuk ku. ^^
total 1 replies
Sarah
Tidak sabar lanjut baca
yunacana: Setiap hari akan ada bab baru, selamat membaca/Smirk/
total 1 replies
Kazuo
Aku suka karakternya, semoga bisa jadi buku cetak!
yunacana: aamiin... terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!