Adinda Aisyah Zakirah adalah gadis berusia 19 tahun.
"Kakak Adinda menikahlah dengan papaku,"
tak ada angin tak ada hujan permintaan dari anak SMA yang kerapkali membeli barang jualannya membuatnya kebingungan sekaligus ingin tertawa karena menganggap itu adalah sebuah lelucon.
Tetapi, Kejadian yang tak terduga mengharuskannya mempertimbangkan permintaan Nadhira untuk menikah dengan papanya yang berusia 40 tahun.
Adinda dihadapkan dengan pilihan yang sangat sulit. Apakah Adinda menerima dengan mudah lamarannya ataukah Adinda akan menolak mentah-mentah keinginannya Nadhira untuk menikah dengan papanya yang seorang duda itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 27
“Hey cantik, sepertinya kamu kesepian, butuh ditemani atau butuh dihangatkan?" ucapnya yang tersenyum menyeringai licik ke arah Adinda.
Adinda tersenyum tipis,” oh jadi Lo pelaku utamanya kenapa sampai semua toilet rusak!?” Adinda sama sekali tidak terlihat takut, gentar apalagi gemetaran.
“Hahaha! Kamu ternyata selain cantik juga pinter, pantesan Zihan tergila-gila padamu! Tapi, bukan cuma ketua BEM kita yang jatuh cinta padamu. Gue juga sih sepertinya.” Pria itu tersenyum genit menatap wajah Adinda.
“Gue sudah curiga sih! Mana ada kampus terbaik dan elit seperti kampus kita ini memiliki mahasiswa bejat seperti kamu,” Adinda menutup mulutnya,” upss salah! Maksudnya gue toiletnya tiba-tiba rusak bersamaan gitu.”
Adinda tertawa smirk melihat reaksi pria yang berdiri di depannya itu.
“Haha! Kamu memang layak diperebutkan oleh para mahasiswa yang ada di kampus kita ini,” pujinya pria itu.
“Makasih banyak atas pujiannya, sayangnya kamu terlambat menyadarinya, tapi gue gak butuh tuh pujian Lo,” ejek Adinda.
Pria itu berjalan lebih dekat ke arah Adinda yang ingin mencolek dagunya Adinda, tetapi Adinda bergerak reflek sehingga tangannya pria itu hanya menyentuh angin lalu.
Aldo tertawa sumbang,” Gue saja yang baru pertama kali melihatmu langsung jatuh cinta. Body kamu sungguh aduhai layaknya gitar spanyol seksi banget. Wajahmu yang glowing semakin membuatku tak tahan untuk menyentuhmu sayangku.”
Adinda masih saja bersikap tenang dan berwajah datar, dia terus memindai sosok pria yang baru kali ini dilihatnya.
Pria itu tersenyum nakal sambil mengerlingkan matanya yang jelalatan itu, “Kamu pasti penasaran siapa gue kan? Tapi Lo tak perlu tahu siapa gue. Yang paling penting sebentar lagi kita akan bersenang-senang Nona manis.”
Adinda hanya terdiam mendengar semua omong kosong pria itu yang selalu menyapanya seperti hewan buas yang kelaparan.
Pria itu berjalan mengelilingi tubuhnya Adinda,” kalau gue nik**mati tubuh kamu pastinya gue bakal jadi pria pertama yang mencicipi indahnya tubuh seksi kamu sayangku.”
Adinda diam-diam mencari sesuatu di dalam saku celana jeans panjangnya. Dia tersenyum penuh arti ketika menemukan apa yang dicarinya.
“Hahahaha!! Betapa bahagianya dan beruntungnya diriku mendapatkan gadis pera**wan!” suara tawanya cukup menggelegar memenuhi setiap sudut toilet itu.
“Semoga kamu beruntung bisa menyentuhku karena gue gak bakalan biarkan satupun pria yang bukan mahramku menyentuhku!!” Tegasnya Adinda.
Raut wajah Adinda sama sekali tidak tegang, takut, tidak panik dia malah terlihat fine-fine saja.
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di dalam kantin.
Elyna dan Cahaya mondar-mandir tidak d jelas di depan kantin seperti setrikaan saja sampai-sampai membuat orang-orang memperhatikan mereka berdua.
“Ya Allah kenapa Adinda lama banget yah? Sudah hampir setengah jam belum balik juga,” ujarnya Cahaya yang mencemaskan keadaan Adinda.
“Iya nih kalau cuma membersihkan pakaiannya ataupun buang air sekalian masa sih hampir satu jam di dalam toilet! Mana dosen mau masuk lagi,” sahutnya Elyna yang ikut mengkhawatirkan kondisi Adinda.
“Bagaimana kalau kita cari saja, daripada kita uring-uringan tak jelas,” usulnya Cahya.
“Baiklah, semoga saja Adinda baik-baik saja, kamu bayar dulu gue tungguin kamu di depan,” Elyna menyodorkan selembar uang seratus ribu ke tangan Cahaya.
Keduanya pun mencari keberadaan Adinda tapi, sudah lebih dari lima toilet umum tapi tidak berhasil menemukan keberadaan Adinda.
“OMG! Adinda kemana kok dia nggak ada yah? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu kepada Adinda yah?” Elyna sudah mencari ke beberapa wc umum.
“Astaga dragon! Apa Adinda bersih-bersihnya di luar daerah!? Sumpah gue panik kalau sudah seperti ini,” Cahaya semakin dibikin pusing kepala setengah hidup.
“Cahya kamu lagi cari siapa?” Tanyanya seorang cleaning service office girl yang mengenal Cahaya.
“Oh iya kami mencari teman kami namanya Adinda dia pakai hijab biru, celana biru baju kemeja putih pakaiannya kena noda minuman,” jelasnya Cahaya.
“Sepertinya gak ada, karena saya sudah setengah jam di sini kebetulan tapi gak lihat ciri-ciri perempuan yang kau katakan,” jawab perempuan itu.
Keduanya saling bertatapan,” ada yang tidak beres kalau kayak gini.”
“Kenapa juga Adinda sampai-sampai tidak membawa hp dan tasnya pasti kita gak bakalan kelimpungan mencarinya,” keluh Cahaya.
“Gimana kalau kita berpencar saja supaya lebih cepat, gue hubungi ketua tingkat agar kita dapat ijin untuk mencarinya sekalian bertanya kepada anak-anak jangan sampai ada yang melihatnya,” ucapnya Elyna sambil menyarankan kepada temannya.
“Oke! Ingat terus kontak-kontakan yah, gue bakal bertanya-tanya kepada semua orang yang ada di sekitar toilet gak mungkin kan tidak ada yang melihat Adinda.”
Tiga orang terus memperhatikan apa yang Cahaya dan Elyna lakukan.
“Hahaha! Mereka gak bakalan menemukan cewek sial itu!” hinanya.
“Memangnya kamu umpetin anak belagu sok cantik itu dimana?” Tanyanya yang satunya.
“Rahasia! Yang jelasnya Aldo bisa kita percaya dan andalkan. Dia pasti akan menghancurkan reputasi dan kehormatan cewek sialan itu!”
“Lo gercep amat sih bestie!” pujinya.
“Menghadapi perempuan songong kayak dia jalan satu-satunya adalah menghancurkan masa depan dan kehidupannya!” ucapnya sembari tersenyum sinis.
“Auto takut dan nangis keder pastinya bestie!” harapnya.
Sayangnya harapan tak seindah kenyataan hihi.
Keduanya langsung berpencar mencari keberadaan Adinda, tapi hingga beberapa menit kemudian mereka masih kesulitan untuk menemukan Adinda.
Sedangkan di dalam toilet yang terkunci rapat, Adinda masih nampak tenang dan tidak terprovokasi dengan apa yang dikatakan dan dilakukan oleh lelaki breng**sek itu.
Aldo ingin menyentuh bibirnya Adinda, tapi tangannya segera ditepis oleh Adinda kemudian tanpa terduga dia menyemprotkan pepper spray ke wajahnya Aldo tepat di matanya.
“Rasain ini! Lo kira gue wanita yang mudah ditindas Ha!?”
“Ahhh perih!!” Aldo auto memegangi kedua matanya.
Adinda tak segan-segan menyemprotkan pepper spray itu ke dalam matanya Aldo.
“Dasar perempuan lucknut loh!! Wanita ter**kutuk loh!”
“Rasain loh! Lo kira gue perempuan lemah yang mudah kamu usik ha!?” geramnya Adinda.
“Gue bakal balas perbuatan kamu!” gertak Aldo yang terus menutupi wajahnya karena disemprot oleh Adinda.
Adinda tidak menurunkan tempo serangannya,” Kamu salah cari lawan saudara!”
Adinda langsung menendang dengan kuat bagian masa depan Aldo sampai dua kali, hingga Aldo tersungkur ke atas lantai.
"Rasakan tendangan super gue yang bakal buat loh ga punya keturunan!"
“Argh!! Sakit!” Jerit histeris Aldo sambil kebingungan mau memegangi mata atau senjata airnya.
“Gue bakal buat loh tidak akan punya keturunan lagi! Gue akan hajar burung perkutut loh agar kedepannya tidak bakalan ada korban kejahatan loh!” Murkanya Adinda.
“Sudah! Ampun! Gue nggak bakalan ngulangin lagi!” ratapnya.
Adinda memukul, menendang tubuhnya Aldo hingga tak sanggup berdiri lagi.
“Rasain loh! Gue berharap setelah ini Lo gak bakalan jahat lagi!”
“Please! Sudah hentikan! Gue janji gak bakal mengganggu kamu atau siapapun lagi!” Ucapnya pasrah Aldo.
Adinda tersenyum smirk,” makanya jangan coba-coba mengganggu pre*man kampung seperti gue!”
Adinda semakin melebarkan senyumannya ketika melihat ada seutas tali rafia. Dia kemudian mengikat kedua tangannya Aldo sebelum pergi dari sana.
“Semoga kamu segera bertobat dan menyadari kesalahanmu!”
“Gue hanya disuruh oleh Viona! Gue mohon lepasin gue!”
Adinda semakin terkejut dengan kejujuran yang diucapkan oleh Aldo kalau ternyata dia diperintahkan oleh seseorang untuk memperkaosnya.
“Tunggu gue di sini! Lo simpan tenaga dan ucapan lo, gue akan mau cabut dulu!”
Wajahnya dan matanya Aldo memerah menahan rasa perih dan pedas di kedua bola matanya. Air matanya terus menetes membasahi pipinya.
Adinda menepuk wajahnya Aldo,” tapi gue bakalan kembali lagi kok! Sabar yah Dek!”
Adinda mengambil kunci dari dalam saku celananya Aldo kemudian membuka pintu toilet tersebut dan menguncinya rapat-rapat.
“Gue gak peduli Lo anak dekan kek, anak presiden kek kalau Lo salah gue bakal buat perhitungan!”
Adinda berjalan kemudian menaikkan jari tengahnya ke arah Aldo.
“Selamat beristirahat kawan!” Adinda tertawa cekikikan kemudian berjalan ke arah kelasnya.