*Khusus Bacaan Dewasa*
Sinopsis: Make, pemuda tampan dan kaya, mengalami kebangkrutan keluarga. Dia menjadi "anak orang kaya gagal dan terpuruk" dan dibuang pacarnya yang berpikiran materialistis adalah segalanya. Namun, nasib baik datang ketika dia mendapatkan "Sistem Uang Tidak Terbatas".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MZI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Menjadi Kuat
Andi meringis kesakitan saat mencoba duduk, namun nyeri di rahangnya membuatnya kembali terbaring. Ia menatap Make dengan campuran rasa takut dan kekaguman. Kekuatan pria di hadapannya jauh melampaui dugaannya.
"Saya... saya diperintah," jawab Andi dengan suara serak, berusaha menelan ludah yang terasa pahit.
"Diperintah oleh siapa?" desak Make, tatapannya tidak lepas dari Andi.
"Oleh... Pak Rido," jawab Andi akhirnya, menyebut nama ayah Risa dengan nada berat.
Make mengerutkan kening. "Ayah Risa? Mengapa ayahnya mengutus kalian untuk mengikutiku?"
Andi terdiam sejenak, tampak ragu untuk menjawab. Namun, tatapan dingin Make membuatnya sadar bahwa ia tidak punya pilihan lain.
"Beliau... beliau curiga pada Anda, Tuan. Setelah Anda memberikan lukisan mahal itu kepada Nona Risa di acara amal. Beliau merasa ada sesuatu yang tidak beres."
Penjelasan Andi masuk akal bagi Make. Hadiah semahal itu tentu akan menimbulkan pertanyaan, terutama dari seorang ayah yang protektif dan memiliki pengaruh seperti Pak Rido. Namun, reaksi Pak Rido yang sampai mengirimkan sekelompok orang untuk menguntitnya terasa berlebihan.
"Curiga?" ulang Make dengan nada sinis. "Hanya karena sebuah hadiah? Lalu, perintahnya apa? Hanya mengawasi atau... lebih dari itu?"
Andi menundukkan pandangannya. "Awalnya hanya mengawasi, Tuan. Mencari tahu siapa Anda, latar belakang Anda. Tapi... setelah beberapa hari tidak mendapatkan informasi yang jelas, Pak Rido mulai khawatir. Perintah terakhirnya adalah... untuk mencari tahu lebih jauh, dengan cara apa pun yang diperlukan." Andi kembali menatap Make, ada sedikit ketakutan di matanya. "Kami tidak bermaksud untuk menyerang, Tuan. Hanya ingin membawa Anda untuk bertemu dengan Pak Rido."
Make mendengus. "Membawaku dengan cara menyerang dan melumpuhkan seperti ini?" Ia menunjuk teman-teman Andi yang masih tergeletak tak sadarkan diri di sekitar mereka. "Kalian punya cara yang aneh untuk 'bertanya'."
Andi tidak menjawab, hanya bisa menahan sakit dan rasa malu.
Make menghela napas. Ia tidak menyangka tindakannya memberikan lukisan kepada Risa akan menimbulkan reaksi sebesar ini. Namun, di sisi lain, informasi ini memberikannya gambaran yang lebih jelas tentang jaring kekuasaan yang mengelilingi Risa. Ayahnya bukan orang sembarangan, dan ia jelas sangat protektif terhadap putrinya.
"Katakan pada Pak Rido," ucap Make dengan nada tegas, "bahwa saya tidak punya niat buruk terhadap Risa. Saya hanya ingin berteman baik dengannya." Meskipun dalam hatinya, ia tahu 'berteman baik' hanyalah langkah awal untuk mencapai tujuannya.
"Dan katakan padanya, lain kali jika dia ingin bertanya sesuatu, dia bisa melakukannya secara langsung. Tidak perlu mengirimkan sekelompok preman untuk bermain-main di jalanan."
Make berdiri, menatap Andi dengan dingin. "Sekarang, pergi. Dan pastikan aku tidak melihat kalian mengikutiku lagi. Jika itu terjadi, konsekuensinya akan jauh lebih buruk dari malam ini."
Andi mengangguk lemah, berusaha bangkit dengan susah payah. Ia memberi isyarat kepada beberapa anak buahnya yang mulai siuman untuk segera pergi. Make memperhatikan kepergian mereka hingga mobil-mobil itu menghilang ditelan kegelapan malam.
Informasi tentang Pak Rido dan pengawasannya ini memberikan dimensi baru dalam 'permainannya'. Mengikat Risa sebagai 'budak setia' mungkin akan lebih rumit dari yang ia bayangkan, mengingat perlindungan ketat dari ayahnya.
Namun, tantangan ini justru membuat Make semakin tertarik. 'Jaringan Kekuasaan Tingkat Awal' yang dijanjikan Sistem terasa semakin dekat, meskipun jalannya mungkin tidak semulus yang ia harapkan.
---
Hadiah Kemenangan
Setelah memastikan mobil-mobil penguntit itu benar-benar menghilang dari pandangan, Make menghela napas panjang. Rasa kesal akibat gangguan itu perlahan mereda, digantikan oleh kewaspadaan yang lebih tinggi. Ia kembali masuk ke mobil sportnya, bersiap untuk melanjutkan perjalanan.
Tepat saat ia menyalakan mesin, panel Sistem di hadapannya berkedip terang. Sebuah notifikasi baru muncul, kali ini bukan berupa misi darurat, melainkan sebuah hadiah atas tindakannya barusan:
[Konfrontasi terdeteksi: Upaya pengawasan dan potensi ancaman berhasil diatasi.]
[Hadiah: Tambahan saldo 500 Juta.]
[Hadiah: Peningkatan Statistik Fisik - Kekuatan +5, Kelincahan +3.]
Sebuah seringai tipis menghiasi wajah Make saat membaca notifikasi tersebut. Sistem ini memang selalu memiliki cara yang menarik untuk memberikan imbalan. Meskipun ia tidak menyukai gangguan dan perkelahian barusan, hadiah berupa tambahan uang dan peningkatan kemampuan fisik tentu tidak bisa ia tolak.
"Lumayan," gumam Make sambil mengamati angka saldonya yang kembali bertambah. Peningkatan statistik fisiknya juga terasa sedikit, memberikan dorongan tambahan pada kekuatan dan kelincahannya yang sudah di atas rata-rata. Setiap peningkatan kecil ini membuatnya semakin merasa superior dan bersemangat untuk menghadapi tantangan yang mungkin menghadang di depannya.
Ia memikirkan tentang Pak Rido dan pengawasannya. Meskipun ini bisa menjadi penghalang dalam rencananya untuk mendekati Risa, di sisi lain, ini juga menunjukkan betapa berharganya Risa di mata ayahnya. Mengikat Risa sebagai 'budak setia' dengan pengaruh kekuasaan seperti itu pasti akan memberikan akses ke 'Jaringan Kekuasaan Tingkat Awal' yang sangat berharga dari Sistem.
Tantangan ini justru memicu ambisi Make. Ia tidak akan mundur hanya karena ada ayah yang protektif. Ia akan mencari cara untuk melewati tembok pertahanan itu, menggunakan kecerdasan, pesona, dan mungkin saja, kekuatan dari Sistem. Senyumnya semakin lebar. 'Permainan' ini menjadi semakin menarik.
---
Laporan yang Mengejutkan
Dengan langkah tertatih dan tubuh penuh memar, Andi kembali ke kediaman Pak Rido. Ia langsung menuju ruang kerja atasannya, menyampaikan laporan dengan nada getir dan penuh hormat.
"Pak Rido..." ucap Andi dengan suara serak, menahan nyeri di sekujur tubuhnya.
Pak Rido, yang sedang duduk di balik meja kerjanya dengan wajah sedikit pucat, menatap Andi dengan alis terangkat. "Andi? Apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat seperti habis berkelahi?"
Andi menarik napas dalam-dalam. "Orang yang kita awasi, Pak... dia bukan orang biasa."
Pak Rido mengerutkan kening. "Maksudmu?"
"Dia... dia sangat kuat, Pak," lanjut Andi dengan nada rendah, mengingat kembali kecepatan dan kekuatan Make yang luar biasa. "Bahkan... bahkan saya tidak mampu melawannya."
Pak Rido terdiam sejenak, tampak terkejut dengan pengakuan Andi. Ia tahu betul kemampuan Andi. Sebelum menjadi pengawalnya, Andi adalah seorang pembunuh bayaran internasional dengan rekam jejak yang mengerikan. Kekalahan Andi berarti pria bernama Make ini benar-benar berbahaya.
"Siapa sebenarnya lelaki ini?" gumam Pak Rido dengan nada khawatir. "Berani sekali dia mendekati putriku..." Tiba-tiba, ia terbatuk hebat, suaranya tercekat. Ia meraih sapu tangan dan menutup mulutnya. Ketika ia menjauhkannya, terlihat noda darah segar di atas kain putih itu.
Pak Rido terengah-engah, rasa lemah menyerang tubuhnya. Ia tahu betul apa arti batuk berdarah ini. Waktunya di dunia ini mungkin tidak lama lagi. Pikiran untuk melindungi Risa dari segala macam ancaman, terutama dari orang asing misterius seperti Make, semakin kuat dalam benaknya.
"Andi," ucap Pak Rido dengan suara yang lebih tegas meskipun masih terdengar lemah, "cari tahu lebih dalam tentang pria bernama Make ini. Segera. Aku tidak peduli caranya, aku harus tahu siapa dia dan apa tujuannya mendekati Risa.
Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti putriku." Tekad membara terlihat jelas di matanya yang mulai sayu. Ia harus bertindak cepat, sebelum terlambat.
Bersambung...