Lareyna adalah istri yang semena-mena pada suaminya karena selama ini dia mengira suaminya menikahinya hanya karena bisnis.
Sebuah kesalahpahaman terjadi antara mereka hingga hubungan mereka semakin jauh padahal sudah berlangsung selama tiga tahun.
Hingga sebuah insiden terjadi, Ayden menyelamatkannya dan menukar nyawanya demi keselamatan Lareyna. Di ujung kebersamaan mereka Lareyna baru tahu kalau Ayden selama ini mencintainya.
Dia menyesal karena sudah mengabaikan Ayden, andai ada kesempatan kedua dia ingin memperbaiki semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sedikit ...
Para pengunjung kantin menoleh begitu Margaretha menggebrak meja. Saking emosinya, Margaretha tidak sadar jika mereka berada di kantin kampus dan menjadi pusat perhatian. Lareyna tidak memprotes tindakan tersebut karena dia pun sudah kesal lebih dulu sebelum menceritakan kejadian itu pada Margaretha.
"Dia ingin perang denganmu? Si cupu itu? Aku nggak akan membiarkan itu terjadi," ucap Margaretha yang belum bisa menyurutkan emosinya.
Lareyna menggaruk alisnya. Dia baru saja menceritakan tentang Misca yang mendatangi Ayden beberapa waktu yang lalu dengan membawa fitnah untuknya. Jika dipikir-pikir lagi, dulu Misca melakukan banyak cara agar bisa bersama Ayden meskipun Lareyna tahu Ayden mengabaikannya. Tetapi saat ini mereka berada di kehidupan kedua, apapun bisa saja terjadi termasuk Misca yang mungkin akan lebih agresif lagi.
Di kehidupan sebelumnya, Misca tidak pernah mendatanginya semasa kuliah seperti sekarang ini. Lareyna pun hampir tidak mengenali sosok Misca selama berada di universitas. Jadi, mengapa dia menabuh genderang perang sebelum waktunya?
Alur cerita memang terlalu banyak yang berubah dan terlalu banyak yang terjadi lebih cepat dari yang Lareyna ingat. Semua mulai berbeda sejak dia menikah dengan penuh kesungguhan pada Ayden.
"Kamu melamun, Reyna?"
Pertanyaan Margaretha kembali menarik Lareyna dari lamunannya. "Nggak, aku hanya sedang memikirkan ucapan Morgan tadi. Aku nggak mungkin datang tanpa Ayden. Tetapi kasihan juga dia, aku yang merencanakan pesta ulang tahunnya lantas aku yang nggak hadir."
Margaretha ingin protes tetapi dia menutup kembali mulutnya. Jika dipikir-pikir lagi, Lareyna memang tiba-tiba saja berubah. Hubungan Lareyna dan Morgan seperti tidak pernah mengalami masalah, dia adalah saksinya. Lareyna dan Morgan yang berbeda satu tingkatan di sekolah sudah menjadi pasangan favorit. Morgan bahkan menolak melanjutkan pendidikan di luar negeri karena menunggu Lareyna lulus kuliah. Tetapi pada akhirnya Lareyna pun tidak mau melanjutkan studi di luar negeri hingga memilih masuk di universitas yang sama dengan Morgan.
"Reyna ... apa kamu nggak kerasukan?"
Lareyna menyemburkan jus yang baru saja masuk di mulutnya. Margaretha memekik saking kagetnya. Lareyna dengan wajah masam mengambil tisu dari tasnya lalu mengelap mulutnya.
"Maaf ...", cicit Margaretha.
"Kamu membuatku terkejut. Bagaimana bisa kamu berpikir aku kerasukan?" Lareyna mendengus pelan.
Jari-jari Margaretha menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ya aku hanya merasa kamu memang aneh sejak menikah dengan Ayden. Nggak mungkin kamu tiba-tiba nggak suka pada Morgan. Seenggaknya masih ada sedikit rasa untuknya. Apa di dalam tubuhmu nggak ada jiwamu? Apa di dalam tubuhmu ada jiwa orang lain? Katakan saja padaku agar kita mencari solusi bersama. Oke, aku nggak masalah kalau kamu meninggalkan Morgan, hanya saja ini terlalu ... tiba-tiba."
Lareyna meringis pelan. Ingin sekali dia mengatakan pada Margaretha jika dia dalam tubuhnya tidak ada jiwa orang lain melainkan dia yang mengulang waktu, tetapi dia takut mengambil risiko.
"Setelah aku pikir-pikir aku nggak pernah secinta itu pada Morgan. Dia membuatku senang tetapi jarang sekali membuatku berdebar. Aku bahkan nggak pernah menatap wajahnya lebih dari sepuluh menit lalu memalingkan pandanganku. Tetapi aku melakukan semua itu terhadap Ayden. Kamu tahu, jantungku berdebar liar hanya karena mendengar derap langkah kakinya, atau saat menghirup aroma parfumnya, bahkan saat dia berada di dekatku rasanya jantungku ingin lepas dan keluar dari tempatnya. Senyumannya selalu membuatku meleleh, aku berubah menjadi karamel saat dia bicara tentang cinta. Dan apakah kau tahu Retha, aku bahkan nggak pernah bosan memandang wajah Ayden. Aku nggak suka memalingkan wajahku saat bertatapan dengannya, hanya saja ...."
"Hanya saja apa?"
Lareyna tersenyum lebar, pipinya bersemu merah dan itu membuat Margaretha semakin penasaran.
"Hanya saja, setiap kali dia menatapku, aku langsung tersipu malu. Astaga ... aku bahkan ingin pingsan setiap kali ditatap oleh Ayden. Dia benar-benar membuatku kehilangan kendali," ucap Lareyna dengan menggebu-gebu.
Margaretha menggigit bibirnya. Dia bisa melihat rona di wajah Lareyna serta matanya yang berbinar-binar saat menceritakan tentang Ayden.
"Mungkin itu rasanya jatuh cinta, Reyna. Kira-kira masih ada nggak ya yang seperti Ayden? Aku juga ingin merasakan jatuh cinta seperti yang kamu rasakan, aku juga ingin ...", pekik Margaretha.
Lareyna tertawa. Namun benaknya tiba-tiba mengingat satu nama. "Aku baru ingat kalau Ayden memiliki sepupu laki-laki. Apakah kamu ingin aku mengenalkannya padamu?"
Margaretha langsung menoleh. "Seperti Ayden?"
Bibir Lareyna mengerucut. "Kamu itu sebenarnya menginginkan Ayden kah?"
Margaretha tertawa. "Sedikit ...."
Tangan Lareyna menoyor kepala Margaretha. Tetapi ingatannya masih pada Dwine. Tak banyak kesananya pada lelaki itu, tetapi dia masih ingat dulu Dwine pernah mengatakan dia akan menyesal jika menyia-nyiakan Ayden.
Dalam hidupnya di masa lalu, terhitung Lareyna hanya bicara dengan Dwine kurang dari sepuluh kali. Setiap kali bertemu pasti Dwine akan berkata kalau dia akan menyesal lebih memilih Morgan dibandingkan Ayden.
Dan kini ... dia memang benar-benar menyesal.
'Ah, aku jadi merindukan suamiku itu. Kira-kira saat ini dia sedang apa?'
Di tempat yang jauhnya berkilo-kilo meter dari tempat Lareyna memikirkannya, sosok itu saat ini sedang berada di dalam ruangan serba putih yang didominasi oleh aroma obat-obatan. Dia menatap tajam pada sosok yang membuatnya berada di sini. Hanya ada mereka berdua.
Dia tidak bicara sedikitpun. Rasanya masih sedikit pusing setelah dia dibius dan dibawa paksa oleh tiga bodyguard sekaligus. Mereka membiusnya saat dia keluar dari restoran usai rapat bersama klien hingga berakhir dia berada di ruangan ini.
"Ayden ... maafkan Kakek atas semuanya," ucap Derick.
Ayden mengangkat satu alisnya. "Maaf Tuan, aku nggak punya kakek. Anda salah orang. Aku hanya anak panti. Tolong jangan mengulangi hal seperti ini, aku bisa saja melakukan perlawanan. Cari saja cucumu di luar sana, itu bukan aku. Aku hanya anak menjijikan yang nggak pernah dibukakan pintu gerbang. Permisi."
"Ayden tunggu ...!"
Baru saja Ayden hendak membuka pintu, dia dikejutkan dengan Derick yang terjatuh dari ranjang. Hatinya ingin menolong tetapi dia memilih untuk pergi, mengabaikan lelaki tua yang saat ini sedang merintih kesakitan.
Begitu dia berada di luar ruangan, dia merutuki dirinya sendiri lalu dengan kasar dia mengusap wajahnya.
"Sialan!"
Bergegas dia berbalik dan kembali masuk ke ruangan itu.
dia untuknya bukan untukmu
sadarlah kamu
jangan kau ganggu
biarkan dia bersamanya..🎶
ohhh sungguh kasihannya dirimu Morgan
la la la la
🥰
KELAUT AJA.........!!!!!!!!!!!!!
Wkwkwkwk.....
dasar Cassandra...bawel.....
suasana semakin hidup....😂