Ella Dan Emma adalah anak kembar dari sepasang keluarga terpandang yaitu Arkatama. Banyak dari orang orang yang merasa iri dengan keluarga yang terlihat cemara itu, padahal nyatanya salah satu dari anak mereka selalu disiksa baik fisik maupun batinnya. Namun setelah jiwa asing masuk keraga Emma justru semuanya terbongkar satu persatu dan kemudian menjadi rebutan dua pria yaitu kakak beradik, yang manakah salah satu dari mereka yang membuat Emma luluh? Baca kelanjutannya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Disuatu tempat yaitu kantor polisi terdapat sepasang suami istri tengah berbicara. Dimana sang istri memohon kepada sang suami agar tuntutan yang diajukan sang suami dicabut.
Ia memohon dengan deraian air mata berharap sang suami semakin iba dan berubah pikiran. Tapi sayangnya sekuat apapun dia memohon dan menangis sang suami justru tetap teguh pada tuntutan nya.
Bagi sang suami hal ini harus ia lakukan meski berat didalam hatinya mengingat wanita ini adalah yang paling ia cintai. Namun kembali lagi di kejadian beberapa waktu yang lalu, dimana masih terngiang dengan jelas sang istri berselingkuh dan begitu menikmati bermain diatas bersama pria lain.
Mengingat betapa sensualnya wajah istri nya, yang begitu menikmati permainan panas itu membuat ia urung dan tetap teguh pada pendiriannya.
"Mas, bisakah kamu mencabut tuntutan ini semua. Aku menyesal telah melakukan ini semua mas, " Ucap seorang wanita memohon maaf kepada pria yang tak lain adalah suami nya sendiri.
"Maaf Laras, aku tidak akan pernah mencabut tuntutan ini. Meskipun aku mencintaimu, untuk penghianatan yang kamu lakukan terhadap ku aku sudah memaafkan nya. Tapi untuk perlakuan kejam mu ke Emma, maaf. Aku tidak bisa, " Jawab Gustaf mantap
Meskipun Laras telah mengkhianati nya, Gustaf telah memaafkan nya. Tapi perlakuan nya selama ini terhadap Emma, tak dapat Gustaf maafkan. Biarlah Laras mendekam dipenjara anggap aja itu sebuah pelajaran atas semua perbuatan nya selama ini.
"Mas, tega kamu mas. Aku melakukan itu semua karena kesalahan yang anak itu buat! Aku kehilangan anak ku karena dia mas, " Lirih Laras berderai air mata
Jujur saja mau bagaimana pun Laras benar benar belum bisa menerima semua kejadian beberapa tahun yang lalu. Baginya itu semua adalah benar benar murni kesalahan Emma.
Seharusnya sebagai yang paling tua ia bisa menjaga kedua adiknya dengan baik. Bukan malah sibuk dengan dunia nya sendiri hingga membuat adik bungsunya pergi untuk selama lama nya.
"Tapi itu tidak murni kesalahan Emma Laras, itu hanyalah sebuah kecelakaan yang tidak disengaja. Lagian waktu itu Emma masih terlalu kecil, mana mungkin ia bisa menjaga kedua adiknya dalam keadaan seperti itu. Apapun alasannya aku tidak akan mencabut tuntutan ini Laras, belajar lah menerima semua kesalahan yang sudah kau perbuat. Aku pergi, " Setelah berkata demikian Gustaf berdiri lalu pergi dari sana meninggalkan Laras yang menatap nya sendu
"Sialan! Anak itu benar benar! Lihat saja setelah ini aku akan membalas semuanya lebih parah lagi! " Ucap Laras dengan tangan terkepal erat
***
Brum!
Brum!
Brum!
Suara deru motor memasuki perkarangan sekolah membuat seluruh murid murid menatap penasaran pada si pengendara.
Terdapat tiga motor yang terparkir disana, mereka yakin jika itu adalah murid baru, tapi siapa kira kira mereka? Murid pindahan dari mana?
Mereka hanya terdiam dengan segala pikiran yang mendalam diotak mereka.
"Murid baru? " Ucap Samudra dengan alis terangkat sebelah
Para inti Beaver yang kebetulan sudah tiba terlebih dahulu tentu juga melihat siapa tiga motor yang baru saja tiba itu. Seingat mereka tidak ada penerimaan mahasiswa baru disekolah nya. Lalu kenapa ada tiga orang asing berada di sekitar sekolah mereka.
Terlebih dari seragam yang mereka gunakan yaitu SMA GARUDA.
"tapi jika diperhatikan lebih teliti lagi, bukankah itu geng elang hitam? Coba lihat dari stiker yang tertempel disana, "ucap Raden
Sontak apa yang dikatakan oleh Raden membuat para inti Beaver memperhatikan lebih seksama lagi. Dan ternyata benar! Disana terdapat stiker bergambar elang hitam
" Apa maksud mereka pindah ke sekolah kita? "Tanya Archio terheran
" Firasat gue nggak enak nih, kayaknya ada sangkut pautnya sama kejadian kemarin. Apa mereka ingin balas dendam dengan kita? Atau justru dengan Emma, karena sudah dengan hebatnya mematahkan tangan Vion. "Aniq ikut berkomentar menyuarakan apa yang terlintas di otaknya
Alkairo yang sedari tadi hanya diam mengepalkan tangannya dengan kuat. " Nggak akan gue biarin mereka menyentuh Emma barang sedikitpun. "Gumamnya pelan
" Apa, lo ngomong apa barusan? "Tanya Raden seperti mendengar gumaman Alkairo
" Cabut, "ujarnya berjalan terlebih dahulu
" Kenapa tu sih, bos? "Ucap Archio
" Entah, udahlah yok ke kelas. "Ujar samudra dengan mengangkat bahu acuh
Yang lain pun ikut menyusul Alkairo menuju kelasnya. Sementara para geng elang hitam yang melihat itu tersenyum sinis, terlebih si Vion ketuanya.
" Ayo masuk, "ajak Vion kepada kedua temannya
Mereka memang memutuskan untuk pindah sekolah ke SMA Garuda tentu ada yang diincarnya. Apalagi jika bukan balas dendam kepada perempuan yang sudah dengan berani mematahkan lengan Vion.
Beruntung lengannya yang patah tidak terlalu serius, jadi masih dapat diluruskan dan terapi saja agar tulang yang semula bengkok bisa kembali lurus.
Memang apa yang dilakukan Emma waktu itu tidaklah sangat kuat, tapi mampu membuat orang yang merasakan nya meringis serta ngilu jika terlalu banyak digerakan.
Tring!
Tring!
Tring!
Bel telah berbunyi menandakan jika jam pelajaran pertama telah dimulai. Seorang guru masuk dengan ketiga murid pria tampan mengekor dibelakang nya.
Para murid yang melihat itu terkesima melihat ketampanan mereka, meski jauh lebih tampan Alkairo sih pikir mereka. Tapi meskipun begitu, setidaknya bisa membuat cuci mata setiap hari dengan ketampanan mereka.
"Selamat pagi anak anak, "ucap guru Siti. Guru sejarah mereka hari ini
" Pagi buk, "jawab kompak para murid
" Seperti yang kalian lihat. Kelas kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan diri kalian satu persatu nak, "ucap buk guru Siti Ramah
"Hm. Kenalin nama gue Vion Afkara Reynaldi, kalian bisa panggil gue Vion, " Ucap Vion lugas memperkenalkan diri sembari menatap satu siswi yang duduk dipojok dengan intens
"Kenalin gue, Nandana Rahandika kalian bisa panggil Nanda, " Ucapnya seadanya
"Ekhem! Kenalin gue Gibran Galan Kefarel. Kalian semua bisa panggil gue Gibran, atau ayang juga boleh. " Ucapnya dengan alis yang turun naik membuat para siswi perempuan tersipu malu dengan ketampanan Gibran
Guru Siti yang melihat tinggal Gibran hanya tersenyum sembari menggeleng maklum. Seperti nya Gibran ini adalah tipe pria playboy cap badak. Lihatlah dari gayanya yang selalu tersenyum tanpa henti bahkan tak segan ia mengedipkan mata dan melayang kan flying kiss, membuat para siswi perempuan memekik tertahan.
"Sudah sudah, kalian bisa duduk dikursi yang paling belakang dan satu kursi kosong disebelah Emma. Kalian bebas memilih. " Ucap guru Siti
"Emma, silahkan angkat tangan mu nak. " Ucap guru Siti menginterupsi.
Dengan malas Emma pun mengangkat tangannya keatas, menuruti perintah sang guru
"Terima kasih ibu cantik. " Ucap Gibran genit. Sementara Vion dan Nanda hanya memutar mata dengan malas
Vion berjalan terlebih dahulu, pandangan matanya tak lepas dari gadis yang berada di pojok tersebut. Dengan menyeringai ia duduk di sebelah gadis tersebut yang tak lain adalh Emma. "Hai, kita bertemu lagi. " Ucap Vion tersenyum tipis
Emma yang memang sadar akan tatapan pria disebelah itu hanya acuh tak acuh, Ia ingat sekali siapa pria ini!
Vion yang diabaikan oleh Emma hanya tersenyum maklum tak menanggapi lagi, kemudian matanya melirik kedua temannya yang tepat berada dibelakang nya seraya menyeringai kecil.
"Baik, mari kita mulai pelajaran nya. " Ucap guru Siti membuka suaranya
Para murid pun mendesah pelan merasa malas untuk belajar, dari sekian banyaknya pelajaran hanya sejarah lah yang membuat mereka bosan. Pasalnya setiap guru Siti datang, sejarah yang dia bahas tidak pernah berganti selalu sama dan sama membuat mereka semua hapal di luar kepala.
Ingin protes percuma saja, sebab guru Siti akan menjawab. "Cerita sejarah ini sangat penting. Kalian harus tahu jadi tidak ada alasan untuk bosan mendengarkan nya. " Ucapnya dengan senyum yang begitu ramah sekali.
***
Akhirnya jam istirahat pun selesai, membuat seluruh murid bernafas dengan lega. Mereka berbondong bondong menuju kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah meronta minta diisi.
Termasuk Emma sendiri, hanya saja gadis itu memilih menunggu sepi dahulu, agar tidak berdesakan dan bersenggolan dengan murid yang lainnya.
"Lo nggak kekantin? " Ucap Vion membuka suara.
Saat ini dikelas hanya ada mereka ber empat. Vion, Nanda, Gibran dan Emma. "Nanti, " Ucap Emma singkat
"Oke " Jawab Vion acuh lalu pergi meninggalkan Emma disusul kedua teman nya.
Emma yang melihat itu tersenyum sinis, "gue tau apa maksud dan tujuan lo datang kesekolah ini. Tapi untuk sekarang gue cukup pantau dan lihat sampai mana keberanian lo. " Ucapnya seraya tersenyum dingin.
Hei dia ini ketua mafia, tentu dia sudah hapal dengan sikap dan gerak gerik dari musuh. Terlebih bocah ingusan seperti Vion! Sudah tergambar dengan jelas jika ia memiliki niat terselubung.
Jika tidak dengan dirinya, sudah pasti kepada pria pria yang waktu itu berurusan dengannya, entah siapa namanya Emma juga tidak tahu dan tidak berniat untuk mencari tahu. Meski tak menutup kemungkinan jika Vion dan kawan kawannya akan membalas perbuatan Emma yang waktu itu membuat lenganya cedera ringan.
Melihat kelas sudah benar benar sepi, Emma pun beranjak dari duduknya dan keluar menuju kantin. Kali ini ia tidak berniat makan disana, waktu itu ketika menuju toilet tak sengaja melihat taman sekolah yang begitu rindang dan tenang. Hawa yang begitu sejuk membuat Emma tertarik untuk berkunjung disana.
Emma berjalan menuju kantin, memesan air mineral dan satu buah roti. Lalu ia berjalan menuju belakang sekolah untuk sekedar bersantai disana.
"Kayanya duduk disini enak, tapi lebih enak diatas. " Ucap Emma mendongak menatap pohon rambutan yang tampak lebat dengan buah.
Emma tersenyum kecil "berhubung gue gabut, manjat aja deh. Sesekali menikmati hidup. " Dengan lihai Emma memanjat pohon tersebut, dengan mulut yang menggigit ujung bungkus roti dan air mineral yang ia masukan ke saku.
Tangannya yang kosong membuatnya lebih leluasa memanjat meski ada rasa sedikit susah memang, mengingat dirinya menggunakan rok sekolah.
"Tidak buruk. Disini jauh lebih asik, " Ucapnya menatap ranting pohon yang cukup besar itu. Buah yang lebat menandakan jika pohon ini begitu dirawat terbukti dari kulit pohonnya yang bersih dan tak memiliki lumut sedikit pun, bahkan semut juga tak ada disini.
Emma berbaring dipohon itu sambil menikmati roti yang ia beli tadi dikantin. Namun saat kunyahan terakhir, bibirnya berhenti dan menajamkan indra pendengarannya.
"Suara apa itu? " Semakin intens ia menajamkan telinga nya lalu matanya mengedar kesetiap sudut taman. Dengan dirinya yang berada diatas pohon membuat nya lebih leluasa memperhatikan area sekitar.
Mata tajamnya berhenti dibalik tembok yang nampak begitu bergetar. "Ck! Menganggu saja bisanya. Diluar tidak cukup bermain, lalu disekolah pun dia gunakan untuk melakukan hal menjijikkan seperti itu. Apakah harga hotel begitu mahal, hinggal membuat mereka melakukan nya ditempat yang terbuka seperti ini? Cckk! Dasar! Sekolah digunakan untuk menimba ilmu bukan untuk ikeh ikeh Kimochi, "ucap Emma tak habis pikir melihat orang yang iya iya dibalik tembok taman.
Terlebih dirinya begitu kenal dengan kedua orang tersebut. Dengan cepat Emma mengambil hp nya kemudian menekan tombol video dan merekam semua kejadian yang tepat di depan matanya saat ini.
"Menjijikan! Ampuni hamba Tuhan. Seharusnya hamba tidak perlu melihat ini, tapi rugi jika dilewatkan. Dengan ini hamba bisa membuatnya malu Tuhan. "
"Euw! Sungguh mual. Ternyata begini kelakuan nya selama ini? Sungguh sangat disayangkan. Biasanya jika ada adegan seperti ini, sudah pasti tuntutan nilai. Agar nilai bagus dan tinggi maka cara untuk menyogok nya dengan ikeh ikeh kimochi. " Gumamnya pelan dengan tangan yang terus mem videokan kelakuan dua manusia berbeda umur itu.
"Goyang terus, ahh! Ayoo goyang yang lebih kencang lagi. " Ucap pria itu mendesah kenikmatan
"Ahh!, yaa! Lagi, lakukan lagi. Jangan berhenti, "
"Bagaimana goyangan ku, pak? Bukan kah, ahh! Begitu nikmat hmm! " Ucap wanita itu terbata
Dengan pinggang yang terus bergoyang, bergerak maju mundur dengan dia yang memimpin permainan membuat pria yang sepantar dengan ayahnya itu tak berdaya.
Ini adalah permainan ketiga mereka. Meskipun sudah tiga kali bermain dan tiga kali mencapai tujuan nya tak membuat kedua pasangan berbeda umur itu lelah.
Kepala sekolah yang masih terbilang tidak terlalu tua itu terus meminta tanpa kenal lelah. Bermodal kan satu buah kursi ia duduki dan si perempuan berada di atas nya. Dengan berbagai macam goyangan ia lakukan untuk memu*skan pria itu.
"Terus lah baby, goyangkan pinggang mu lebih cepat lagi, ahh! Ahh! "
Plakk!
Ctass!
Plok!
Plaakk!
Berbagai macam suara keluar dari peraduan mereka. Tidak segan untuk mengeluarkan suara laknat mereka berdua. Mengapa demikian? Itu karena taman belakang sekolah ini begitu jarang sekali ada orang yang datang berkunjung selain petugas kebersihan.
Itupun ia datang tiga hari sekali untuk membersihkan nya, sementara para murid cenderung jarang datang atau bahkan tidak pernah sama sekali mengingat taman itu hanya diisi bunga bunga dan pohon saja membuat para murid tidak berminat, ditambah lagi dengan rumor yang mengatakan jika taman itu ada penunggu nya.
Padahal itu hanya akal akalan kepala sekolah saja, agar tak seorang pun mau datang kesana dan menganggu kegiatan bejatnya disana.
"Sungguh menggelikan! Baiklah satu video ini sudah cukup untuk membuat gempar satu sekolah. Selamat menikmati karma mu, bitch! " Ucap Emma tersenyum devil.
Emma turun dari pohon dan dengan segera pergi dari sana, meninggal kan kedua manusia yang tengah beradu disana.
***