Seorang gadis mafia bernama liu Mei-yin yang terkenal kejam dan sadis pada abad ke 22, kini harus meregang nyawa ditangan musuh bebuyutannya dalam suatu pertarungan. yang dimana dia melawan ratusan orang sementara disisinya hanya seorang diri.
Namun, itu belum sepenuhnya jalan akhir dari Liu Mei yin melainkan awal dari kisah hidup dan perjuangannya di dunia baru, untuk mencari orang tuanya dan keluarganya.
setelah kematiannya dia ditakdirkan untuk bangkit kembali, sebagai anak yang terlantar dan hidup sebatang kara di tengah hutan kematian yang penuh dengan siluman dan monster menyeramkan lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dakilerr12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab.24
Liu Mei yin dan Liu Zao ying kini tiba di depan sebuah gerbang yang cukup besar namun tidak sebesar gerbang perbatasan.
"Gege apakah ini kediaman keluarga lan?" Tanya Liu Mei yin menoleh kearah Liu Zao ying yang saat ini menatap lurus kearah kedepan Dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Hmm kau benar Meimei ku harap mereka tidak melakukan sesuatu yang berlebihan" ucap Liu Zao ying dengan helaan nafas beratnya lalu membuka topengnya dia mengajak adiknya masuk kedalam kediaman lan yang sudah sangat sepi tak ada penjaga yang menjaga gerbang masuk.
***
Liu Zao ying dan Liu Mei yin berjalan beriringan dengan perlahan hingga sampai di sebuah bangunan yang cukup besar dibandingkan bangunan di sekitarnya Liu Zao ying menarik tangan adiknya dan memasuki halaman yang cukup luas, Liu Mei yin hanya diam-diam mengikuti kakaknya masuk.
Mereka berjalan dengan lancar tak ada halangan atau menemukan orang namun saat mereka memasuki bangun terbesar lebih tepatnya aula utama, mereka melihat didalam aula utama sedang ada perkumpulan orang-orang yang sedang berdiskusi dengan beberapa pengawal yang berjaga di sekeliling.
seketika orang-orang menghentikan diskusi mereka ketika melihat ada yang memasuki aula utama dan tatapan mereka menajam ketika melihat siapa yang datang ada padangan tak suka dan tatapan tak percaya.
Salah satu pria paruh baya yang melihat orang yang masuk adalah Liu Zao ying menjadi semakin emosi dia bejalan mendekat kearah dimana Liu Mei yin dan Liu Zao ying berada.
"Lan zaoying kau anak sialan beraninya kau kembali setelah apa yang kau perbuat kepada keluarga Lan ku" ucap seorang pria paruh baya maju dan ingin menghajar Liu Zao ying.
Saat pukulan itu akan sampai di wajah Liu Zao ying namun ada tangan yang sangat halus dan putih lebih dulu menahan pukulan pria paruh baya itu dengan mudahnya.
"Siapa kau? berani-beraninya menghalangiku untuk membunuh anak sialan itu" ucap pria paruh baya itu dengan emosi yang akan meledak kapanpun, karena tak terima di halangi dia beralih ingin memukul Liu Mei yin.
Namun lagi-lagi pria tua itu harus kecewa karena Liu Zao ying lebih dulu menangkis pukulan pria tua tersebut dengan tangannya.
"Apa-apaan ini...kau anak tak tau di untung bagaimana kau bisa menghalangiku... Seharusnya lebih baik kau mati saja diluar sana daripada menjadi pembunuh keluarga sendiri" ucap pria paruh baya itu tak terima dirinya di permalukan.
"jangan sekali-kali kau berani menyentuh adikku" ucap Liu Zao ying dengan aura yang mencekam saat ini terlihat jelas wajahnya yang menahan emosinya.
"Ternyata memang benar rumor mengatakan bahwa kau bersekongkol dengan orang luar untuk membunuh keluarganya sendiri, jangan-jangan dia adalah orang yang membantumu, huh datang untuk mengantarkan nyawa, ingat ini Zaoying kedua orangtuamu mati karena kamu, sekarang lihatlah bahkan kakek dan bibi sui diracuni oleh orang suruhanmu, tapi kamu masih berani muncul di kediaman lan ini, sungguh tak tau malu" ucap seorang pria muda yang hampir seusia Liu Zao ying dia berbicara dengan amarah yang menggebu-gebu seakan ingin mencabik wajah Liu Zao ying.
Sementara Liu Zao ying hanya diam tidak membantah atau melawan ketika dia dituduh seperti itu.
"Sudahlah mo'er, yan'er kita tidak bisa menghakimi semau kita, kita tidak memiliki bukti kuat untuk menghukum ying'er" ucap seroang wanita paruh baya yang sangat kurus ntah karena banyak beban fikiran atau kurang makan akhir-akhir ini yang pasti dia terlihat kurang istirahat.
"Feng'er kenapa kau malah membela anak tak tau malu ini?" Ucap pria paruh baya tersebut kepada istrinya.
"A..ku tidak...." Ucap nyonya Feng gemetaran.
"Huh.... Lebih baik bawa mereka untuk persidangan di aula leluhur untuk menghukumnya" ucap pemuda bernama lan weyan kepada pria paruh baya dan di setujui oleh semua orang.
Liu Zao ying tak menolak ketika mereka ingin membawanya ke aula leluhur dia menatap dengan datar semua yang terjadi seakan-akan bukan dirinya yang di sebut sedari tadi, tapi dia khawatir kepada adiknya lalu dia melihat adiknya dan memberi tatapan khawatir.
Liu Mei yin yang memang dari awal mengikuti Liu Zao ying memperhatikan semuanya dengan jelas dia menatap sorot mata kakaknya dan mengerti tatapan kakanya tersebut dia hanya menganggukan kepala lalu mengikuti kakanya memasuki aula leluhur.
Mereka berdua di bawa ke aula leluhur yang terletak di belakang aula utama, disana ada kursi yang berjejer dari atas hingga bawah dengan patung tempat persembahan di ujung atasnya.
Di aula leluhur tersbut hanya ada 3 penatua yang sedang duduk di kursi yang berjejer namun masih banyak kursi yang kosong.
"Hormat kami kepada para penatua" ucap semuanya serempak sambil membungkuk hormat kecuali Liu Mei yin yang hanya menganggukkan kepalanya sedikit.
Liu Zao ying yang melihat adiknya tak memberi hormat kepada para penatua tak mempermasalahkan hal tersebut dia hanya memaklumi dia sedikit faham sifat adiknya tentu dia juga tak bisa memaksakan kehendaknya.
Tapi beda halnya dengan anak-anak dari keluarga lan mereka mencibir tindakan dari Liu Mei yin walaupun dia hanya orang luar setidaknya harus membungkuk hormat kepada orang tua.
"Gadis liar" cibir salah satu gadis dengan berbisik-bisik tak senang.
Para penatua melihat ada yang tidak membungkuk hormat merasa tidak senang namun penatua pertama lebih dulu mempersilahkan semuanya mengambil tempat duduk masing-masing.
"Silahkan duduk" ucap penatua pertama kepada semuanya, lalu mereka semua duduk di tempatnya kecuali Liu bersaudara yang masih berdiri di tengah aula.
"Lan zaoying, beraninya kau menampakkan batang hidungmu di keluarga lan ini" cibir penatua ketiga dia menatap Liu Zao ying dengan tatapan menahan amarah.
"Ku rasa dia kembali ingin mengambil posisi kepala keluarga lan karena dia berhasil membunuh kepala keluarga lan sebelumnya" ucap penatua ketiga kembali mencibir dan menuduh Liu Zao ying ingin merebut posisi kepala keluarga yang sebelumnya sudah meninggal yakni ayah kandung dari Liu Zao ying sendiri.
Beberapa orang diam-diam membenarkan ucapan penatua ketiga kepada Liu Zao ying namun mereka hanya menunduk menutupi ekspresinya, beda dengan pandangan Liu Mei yin yang tahu bahwa penatua ketiga sedang menyembunyikan sesuatu.
'hmm menarik' batin Liu Mei yin yang menatap langsung kearah penatua ketiga secara langsung Penatua yang merasa ada yang menatapnya mengerinyitkan dahinya dia melihat seorang gadis bertopeng disamping Liu Zao ying yang sedang menatapnya dengan terang-terangan.
'sial siapa gadis ini kenapa auranya sangat menakutkan' batin penatua ke tiga lalu mencoba menormalkan kembali ekspresinya.
"Penatua ketiga berkata benar, dia berani datang mungkin ingin merebut posisi kepala keluarga sementara dia sudah membuat aib bagi keluarga lan, sungguh tak tau malu" ucap pria paruh baya yang ikut menambahkan api.
Beberapa orang membenarkan dan mendukung ucapan pria paruh baya tersebut namun ada juga yang hanya menundukkan kepalanya tak ingin ikut terseret masalah
"Zaoying apakah kau sudah tahu apa yang terjadi?" Ucap penatua kedua bertanya.
"Hmm iya" ucap Liu Zao ying mengiyakan.
"Apakah semua tuduhan kepadamu itu benar?" Ucap penatua pertama dengan nada datar dia masih belum percaya semua tuduhan tersebut namun dia juga tak bisa membatahnya sebelum dia menemukan bukti.
"Tidak" ucap Liu Zao ying dengan tenang.
"beraninya kau berbohong, jelas-jelas kamu membawa orang luar dan bersekongkol untuk membunuh kepala keluarga lan yuan dan istrinya, kemudian keesokannya dia membuat acara untuk meracuni kakek dan bibi sui" ucap pemuda bernama lan weyan dia manatap tajam kearah Liu Zao ying.
"Weyan benar jelas-jelas dia bersalah dan mencoba mengelak, lan Xiang sudah bersaksi kepada kita bahwa pisau berdarah yang berada ditangan anak ini untuk membunuh kepala keluarga lan dan istrinya" ucap pria paruh baya yang merupakan ayah dari lan weyan.
"Diam" ucap penatua pertama mengerinyitkan dahinya memegang kepalanya pusing dengan perdebatan-perdebatan dihadapannya.
"Zaoying bagaimana kau membuktikan ketidak bersalahanmu?" Ucap penatua kedua menengahi dia menatap tak suka namun masih bersikap tenang agar tidak terjadi keributan jujur saja semua permasalahan yang terjadi semuanya mengarah kepada Liu Zao ying jadi dia tak bisa membela atau menolak tuduhan-tuduhan tersebut.
"Aku memilki bukti" ucap Liu Zao ying, lalu dia akan mengeluarkan sesuatu dari cincin interspatialnya namun sebelum dia bisa mengeluarkanya suara seseorang menghentikannya.
"Cih mana mungkin kau memiliki bukti" ucap penatua ketiga meremehkan dia tak takut sama sekali dengan tindakan Liu Zao ying karena menurutnya Liu Zao ying adalah anak yang pendiam dan tak pernah berurusan dengan permasalahn keluarga lan.
bahkan dia tak menyadari dirinya memegang dengan erat pisau berdarah yang menjadi bukti terbesar dalam pembunuhan kepala keluarga dan istrinya dia genggam erat hingga dia dituduh menjadi pembunuh kepala keluarga lan dan istrinya yang adalah orang tua kandungnya. tentu itu adalah tindakan yang sangat bodoh disaat orang bingung mencari pembunuh namun dirinya malah tiba-tiba keluar dari kamar dengan pisau berlumuran darah, penatua ketiga sangat percaya bahwa Liu Zao ying dia tak memiliki bukti.
Liu Zao ying yang mendengar penuturan penatua ketiga yang meremehkannya menyeringai lalu dia berkata "Baiklah jika kalian tidak percaya kepadaku itu tidak apa-apa tapi sebelum saya memberikan bukti bahwa aku tidak bersalah, saya akan menyampaikan sesuatu yang sangat penting bahwa mulai hari ini saya lan zaoying akan memutuskan bahwa saya bukan lagi bagian dari keluarga lan ini dan saya bukan lagi lan Zaoying" ucap Liu Zao ying dengan lantang sorot matanya mengatakan bahwa dia berkata dengan sungguh-sungguh.
Jedarrr!
Seperti disiram oleh air dingin para penatua dan seluruh keluarga lan yang berada disana kaget dengan perkataan Liu Zao ying kecuali Liu Mei yin yang berdiri diam tak merasa kaget sama sekali dia sudah tahu bahwa kakaknya pasti akan berkata seperti itu ketika berada di keluarga lan.
Penatua ketiga dan anaknya saling melirik mereka sangat senang dengan ucapan Liu Zao ying walaupun mereka sempat kaget tapi berita tersebut sangat menguntungkan bagi mereka.
"Zao ying apa maksudmu?" Ucap penatua pertama bertanya, penatua kedua juga menatap kearah Liu Zao ying dengan tatapan bertanya.
"Aku hanya mengatakan bahwa mulai hari ini margaku bukan lagi lan tapi Liu, dan sekarang aku akan membuktikan kepada semuanya tuduhan dan fitnah kepadaku itu semuanya adalah tipuan dari peng sichen dan keturunannya, merekalah dalang dibalik semuanya" ucap Liu Zao ying dengan tatapan tajam menatap kearah penatua ketiga.
"Apa-apaan ini kenapa kau menuduhku yang tidak-tidak lalu kau membawa keturunanku kamu memfitnah kami itu adalah tindak kriminal bagi keluarga lan" ucap penatua ketiga yang merupakan orang yang bernama peng sichen.
"Heh... Apakah kau tak tau malu mengatakan bahwa tindakanku adalah tindak kriminal lalu bagaimana dengan kalian yang menuduhku membunuh kedua orangtuaku sendiri? Aku mempunyai bukti semuanya kau tenang saja peng sichen kau dan putramu dan juga cucumu sebentar lagi akan mendapatkan balasan yang setimpal oh iya anak pungut itu sudah kembali ke alam baka menemui pengawal kepercayaanmu" ucap Liu Zao ying dengan santai.
Ketiga orang yang sedari tadi berkoar-koar mencibir dan menuduh Liu Zao ying seketika memucat setelah mendengar ucapan Liu Zao ying.
'bagaimana dia bisa membunuh lan xiang dan apa katanya tadi pengawal kepercayaanku jangan-jangan' batin pria paruh baya yang bernama lan mo.
Tanpa aba-aba Liu Zao ying mengeluarkan berkas yang menumpuk dari cincin interspatialnya lalu dia berjalan mendekat dan menyerahkannya kepada penatua pertama.
Penatua ketiga, anaknya dan lan weyan yang tadinya memucat seketika tersadar mereka menjadi gemetar dan ketakutan dan ingin bergerak menghentikan tindakan Liu Zao ying namun sebuah aura yang sangat kuat tiba-tiba menekan pergerakan mereka hingga mereka hanya mampu berdiri tak bergerak ditempat.
'sial aura siapa ini, kenapa sangat kuat aku tak bisa bergerak, aku harus menghentikan orang sialan itu sebelum semuanya terbongkar' batin pemuda bernama lan weyan namun hanya mampu berdiri diam menyaksikan Liu Zao ying yang sudah menyerahkan berkas-berkas tersebut kepada penatua pertama.
Tak jauh berebeda dengan penatua ketiga dan anaknya yang tak bisa bergerak di tempat Meraka hanya mampu melotot ke arah Liu Zao ying yang sudah menyerahkan berkas tersebut.
'bagaimana ini jika semuanya terbongkar maka rencana yang sudahku bangun bertahun-tahun lamanya akan sia-sia dan hancur jika aku tak menghentikannya sekarang, sialan siapa yang menyegel pergerakanku' batin penatua ketiga sama halnya anaknya yang tak bisa bergerak dia terus memaki dan ingin mencegah Liu Zao ying menyerahkan berkas-berkas tersebut.
Setelah menyerahkan berkas bukti Liu Zao ying kembali berdiri di sisi adiknya dengan tenang.
"Semua bukti kejahatan peng sichen dan keturunannya ada didalam berkas ini, silahkan penatua pertama dan penatua kedua memutuskan dan menindaklanjuti semuanya" ucap Liu Zao ying.
Penatua pertama dan kedua saling menoleh dan melihat orang-orang di aula leluhur dan melihat ada beberapa orang yang gemetar dan menunggu keputusan mereka.
Tanpa berlama-lama mereka membuka dan membaca semua laporan dan bukti kejahatan peng sichen dan keturunannya yang diserahkan oleh Liu Zao ying, kedua penatua tersebut syok dan terkejut melihat isi berkas-berkas tersebut.
Bagaimana tidak terkejut dan syok, didalamnya ternyata semua bukti kejahatan orang yang mereka tak sangka-sangka akan melakukan kejahatan yang tidak terampuni dan sudah melewati batas.
Bukti-bukti kejahatan pembunuhan dan permberontakan semuanya ada didalam berkas tersebut yang kini mereka pegang, Keduanya tak bisa berkata-kata lagi mereka langsung menatap tajam kearah penatua ketiga dengan tatapan benci dan permusuhan.
"Pengawal seret ketiga orang ini dan ikat mereka" teriak penatua pertama dan bergeraklah ketiga pengawal yang memang sudah berada disisi penatua pertama sejak awal.
Mereka langsung menghampiri peng sichen, Lan mo dan Lan weyan menyeretnya lalu mengikat ketiganya tanpa perlawanan karena mereka bertiga sedang di tekan oleh aura yang sangat kuat jadi mempermudah ketiga pengawal tersebut menjalankan tugas mereka.
Seluruh isi kediaman keluarga lan menatap terkejut perubahan kejadian yang tiba-tiba berbalik mereka hanya bisa menyaksikan dari samping tak berani membantu ataupun membela.
"Apa-apaan ini lepaskan kami, penatua pertama penatua kedua apa yang terjadi kenapa kami dikat seperti budak apa salah kami?" Ucap penatua ketiga tak terima.
"Huh apa kau tak tau apa salahmu peng sichen? selama ini karena pengabdianmu untuk keluarga lan, kami menghormatimu tapi ternyata kami buta, kaulah dalang dibalik kematian keponakanku dan istrinya, kau tega memfitnah Zaoying yang tak tau apa-apa, kau sengaja memasukkan anak harammu agar dia membantumu merebut posisi kepala keluarga karena ambisimu kau tega menyuruh anak dan cucumu ini untuk menghasut adikku dan suier agar mereka membenci zaoying tapi karena mereka mengetahui rahasiamu kau dengan tega membunuh dengan mercauni mereka, apakah kau masih manusia?" Ucap penatua pertama yang sudah tak sanggup membendung amarahnya dia sungguh tak menyangka dengan kebenaran dari semua masalah di keluarga lan.
Jedaarrr!
Bak disambar petir disiang bolong keluarga lan yang berada di aula leluhur sangat terkejut dengan penuturan penatua pertama, mereka tak menyangka kejahatan yang selama ini dituduhkan kepada Liu Zao ying justru sebaliknya adalah kejahatan dari peng sichen dan anak-anaknya.
Ketiga orang yang sudah diikat hanya diam membisu tak bisa mengelak namun mereka berusaha melepas ikatan tali yang mengikat mereka berusaha untuk kabur namun lagi-lagi sia-sia aura yang menekannya semakin kuat.
"Zao ying, maafkan kakekmu ini tak bisa membedakan mana yang benar dan salah" ucap penatua pertama dan berjalan menghampiri Liu Zao ying, namun lebih dulu menghindar.
Kedua tangan penatua pertama masih di udara tak menyentuh apapun, penatua pertama merasa sangat kecewa dan bersalah, tentunya kecewa ketika baru mengetahui kebenaran dan merasa bersalah karena sudah menyalahkan orang yang menjadi korban dari keegoisan mereka.
Penatua kedua berjalan mendekat dan menghampiri penatua pertama dia menarik tubuh penatua pertama yang akan ambruk dia menoleh manatap kearah Liu Zao ying, namun yang yang dia dapatkan adalah tatapan dingin dan penuh kebencian dengan berat hati dia membawa penatua pertama kembali duduk di kursinya.
"Sekarang sudah jelas siapa yang bersalah, saya bahkan tidak pernah menginginkan posisi menjadi kepala keluarga jika memang posisi itu pada akhirnya akan menjadi milikku untuk apa aku rela membunuh kedua orangtuaku sendiri agar menjadi kepala keluarga sangat bodoh sekali fitnah kalian, tugasku disini sudah selesai, dan jangan mengukit tentang pedang suci lagi karena itu satu-satunya peninggalan dari ayahku dan ibuku kalian tidak berhak mengambilnya," ucap Liu Zao ying dengan tatapan dingin dan acuh.
Semua orang di aula leluhur diam membisu tak bisa membatah ucapan Liu Zao ying, ada yang menyesal sudah ikut menyalahkan semuanya kepada Liu Zao ying, ada juga yang merasa bersalah sudah berperasangka buruk tapi tidak dengan peng sichen dan anaknya, yang menatap benci kearah Liu Zao ying terutama lan weyan yang sangat marah dan berteriak tak terima dengan semua kejadian yang terjadi.
"Oh iya sebelum itu ingat namaku bukan lagi lan Zaoying tapi Liu Zao ying dan mulai detik ini saya bukan lagi keturunan lan jangan pernah mencariku apalagi mengaku sebagai keluargaku karena setelah ini saya akan pergi dari kediaman keluarga lan untuk selamanya" ucap Liu Zao ying dengan tatapan dingin sekaligus benci dia menarik tangan adiknya keluar dari aula leluhur.
Liu Mei yin hanya mengikuti kakaknya sebelum itu dia sudah menarik kembali auranya, yang ternyata Liu Mei yin lah orang yang menekan ketiga tersangka tersebut.
Penatua pertama dan penatua kedua ingin menghentikan namun sudah terlambat, mereka sangat menyesal karena ulah mereka yang tak bisa membedakan kebenaran dan kejahatan yang membuat orang yang seharusnya mereka sayangi dan lindungi harus pergi dari keluarga lan dengan kebencian kepada mereka.