PEWARIS DEWA NAGA SEASON 2: ETERNAL BLOSSOM

PEWARIS DEWA NAGA SEASON 2: ETERNAL BLOSSOM

1 Legenda Yang Nyata: Pewaris Dewa Naga (ARC 1)

Gulungan ombak menyapu pantai dengan lembut, membawa serta pecahan kayu dan sisa-sisa kanopi kecil yang hancur berantakan. Di antara butiran pasir putih yang hangat, seorang pria muda tergeletak. Napasnya tersengal, tubuhnya lelah dan penuh luka.

Dengan gemetar, matanya perlahan terbuka—sepasang mata hijau yang menyimpan harapan, meski diwarnai kelelahan dan kepedihan.

Ia mengangkat kepalanya, menatap langit biru yang membentang luas di atasnya. Cahaya matahari menusuk tajam, menyilaukan pandangannya, namun di balik itu ada sesuatu yang lebih kuat dari sekadar cahaya matahari.

Ada kehidupan... kemungkinan baru, dan harapan...

Jari-jarinya yang kotor menggali pasir, merasakan kelembutannya, seolah tak percaya pada kenyataan yang sedang dihadapi. Kemudian, tanpa mampu menahan emosinya, ia terisak, air mata menelusuri wajahnya yang kotor.

"Akhirnya..." suaranya parau, bergetar di antara suara deburan ombak. "Aku sampai di sini... Benteng terakhir umat manusia."

...

Langit sore di Benua Feng diselimuti cahaya sore keemasan, angin berembus lembut, menggoyangkan pepohonan sakura yang bermekaran di taman kekaisaran.

Di bawah pohon itu, terlihat seorang anak laki-laki berusia sekitar enam tahun berdiri dengan gagah. Rambut putihnya tertiup angin, mata emas cerahnya berkilau penuh semangat. Dengan ranting kayu di tangannya, anak itu berdiri seperti seorang prajurit yang siap bertarung.

Sedangkan di hadapannya, ada seorang gadis kecil berusia sekitar lima tahun yang duduk di atas batu datar, kakinya yang mungil bergoyang riang. Pipi bulatnya sedikit bersemu merah, matanya berbinar penuh antusias.

Gadis kecil itu menggenggam boneka kelinci miliknya dengan erat, tidak ingin melewatkan satu kata pun dari cerita yang akan segera dimulai.

"Xi’er, ceritakan lagi!" seru gadis itu, suaranya penuh kegembiraan. "Bagaimana Sang Pewaris Dewa Naga melawan para iblis?"

Xi’er mengayunkan ranting kayunya ke udara dengan penuh semangat, menciptakan suara "swish" kecil.

"Dengarkan baik-baik, Yue’er!" katanya lantang. "Dunia ini… hampir dihancurkan oleh kegelapan!"

Ia melangkah maju, sorot matanya tajam, seolah benar-benar menjadi pahlawan dalam cerita yang ia kisahkan.

"Semuanya dimulai ketika gerbang iblis terbuka! Ribuan, tidak! Jutaan iblis turun dari langit, menutupi seluruh benua dengan bayangan hitam mereka!"

Yue’er menahan napas, matanya membesar. "Lalu? Apa yang terjadi?"

Xi’er melanjutkan, suaranya semakin dramatis.

"Para iblis menyerang tanpa ampun! Kota-kota dihancurkan, gunung-gunung meleleh menjadi lautan api! Langit berubah merah darah! Manusia hampir tidak memiliki harapan… sampai mereka datang!"

Xi’er melompat ke atas batu, berdiri dengan penuh keyakinan. "Pasukan Pembasmi Iblis! Para pendekar terkuat dari seluruh negeri berkumpul, membawa pedang dan tombak mereka! Mereka bertarung siang dan malam, menebas iblis tanpa henti!"

Ia mengayunkan ranting kayunya dengan cepat, berpura-pura menebas musuh yang tak terlihat. Yue’er bertepuk tangan kecil dengan penuh semangat.

"Hebat sekali! Lalu, lalu… apakah mereka menang?" tanyanya dengan mata berbinar.

Xi’er menghentikan gerakannya sejenak, ekspresi wajahnya berubah serius. Ia melangkah turun dari batu, lalu berkata dengan suara lebih rendah.

"Tidak semudah itu, Yue’er. Karena saat mereka hampir menang, dia muncul…"

Yue’er menggigit bibirnya, penasaran. "Siapa?"

Xi’er menegakkan tubuhnya, menatap jauh ke langit, seolah membayangkan sosok mengerikan itu.

"Pangeran Iblis…" katanya pelan, tapi penuh tekanan. "Dengan tanduk hitam yang berkilau di bawah cahaya bulan, mata merah yang bersinar seperti neraka, dan sayap gelap yang menutupi langit! Dia turun dari langit dengan api hitam yang membakar segalanya!"

Xi’er kemudian melangkah mundur, seperti sedang menghadapi musuh yang jauh lebih kuat.

"Pasukan Pembasmi Iblis mencoba untuk melawan, tapi satu per satu dari mereka berjatuhan! Tidak ada yang bisa menandingi kekuatan Pangeran Iblis!"

Yue’er menutup mulutnya dengan kedua tangannya, wajahnya yang imut penuh kekhawatiran. "Lalu bagaimana? Apakah mereka semua mati?"

Xi’er mengangkat rantingnya tinggi-tinggi.

"Tidak! Karena saat itulah… Pewaris Dewa Naga muncul!"

Ia mengayunkan rantingnya ke depan, matanya bersinar penuh keyakinan.

"Dia turun dari langit dengan cahaya emas yang menyilaukan! Rambut peraknya berkibar seperti api suci! Matanya bersinar emas seperti matahari tanpa batas!"

Yue’er terpesona, nyaris lupa berkedip.

"Pewaris Dewa Naga dan Pangeran Iblis bertarung! Pedang suci melawan api kegelapan! Mereka bertarung selama tiga hari tiga malam, mengguncang seluruh benua!"

Xi’er melompat ke atas batu lagi, menebas udara dengan rantingnya. "ZRAAK! Pedangnya beradu! BOOM! Gunung-gunung hancur! BUM! Lautan terbelah!"

Yue’er berpegangan erat pada boneka kelincinya, matanya berbinar penuh imajinasi. "Dan akhirnya?!"

Xi’er menurunkan rantingnya perlahan, wajahnya menjadi lebih serius. "Akhirnya… Pangeran Iblis terluka parah. Tapi sebelum bisa dibunuh, dia melarikan diri ke kegelapan."

Yue’er membuka mulutnya sedikit. "Jadi… dia masih hidup sampai sekarang?"

"Ya. Dan suatu hari nanti, dia akan kembali…" jawab anak lelaki itu penuh keyakinan.

Yue’er menggenggam bonekanya lebih erat, lalu menatap Xi’er dengan kagum. "Tapi jika dia kembali, Pewaris Dewa Naga pasti akan mengalahkannya lagi, kan?"

Xi’er menepuk dadanya dengan bangga. "Tentu saja! Dan kali ini, aku yang akan menjadi Pewaris Dewa Naga!"

Yue’er tertawa kecil, lalu bertepuk tangan. "Kalau begitu, aku percaya padamu, Xi’er!"

Sementara itu, di seberang taman yang diterangi cahaya keemasan senja, seorang wanita berdiri dengan anggun. Gaun putihnya berkibar tertiup angin sore, menciptakan bayangan lembut di atas rerumputan.

Dia adalah Seo Yun yang sekarang berganti nama menjadi Seo Fei setelah menikah bersama Liang Fei. Matanya yang jernih menatap putranya dengan lembut, sementara bibirnya membentuk senyuman tipis yang mengandung kehangatan serta sedikit rasa geli.

Putranya, Xi Fei, berdiri tegap di hadapan Zhang Yue, putri dari Zhang Tao dan Lin Hua, yang kini mengubah marganya menjadi Zhang Hua setelah menikah.

Xi Fei mengayunkan ranting kayunya dengan penuh semangat, membesar-besarkan kisah yang ia ceritakan demi terlihat lebih hebat di mata teman gadisnya. Seo Fei menggeleng pelan.

"Bocah ini... Sama seperti ayahnya," pikir Seo Fei bahagia.

Ia khirnya melangkah mendekati kedua anak itu dengan pelan sehingga langkahnya nyaris tanpa suara di atas rerumputan.

Xi Fei, yang sedang berkisah tentang "serangan dahsyat yang mengguncang langit dan bumi," tiba-tiba menghentikan aksinya saat melihat ibunya berdiri tidak jauh dari mereka.

“Ibu!” serunya, sedikit terkejut tetapi tetap berusaha mempertahankan sikap gagahnya.

Zhang Yue menoleh dan segera menundukkan kepala dengan sopan. “Selamat sore, Bibi Fei.”

Seo Fei tersenyum lembut, lalu berlutut dan mengusap kepala gadis itu dengan penuh kasih sayang. Rambut lembut Zhang Yue terasa sehalus sutra di jemarinya.

“Ibumu mencarimu, Yue’er. Pulanglah sebelum dia khawatir,” ucapnya dengan suara hangat.

Zhang Yue mengangkat wajahnya dengan mata sedikit melebar. “Oh iya! Aku sampai lupa waktu!”

Xi Fei, yang tadinya masih ingin melanjutkan kisah heroiknya, hanya bisa menurunkan rantingnya dengan sedikit kecewa. “Kita belum selesai, Yue’er!”

Zhang Yue terkikik. “Besok kita lanjutkan, ya?”

Xi Fei terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk dengan ekspresi serius. “Baiklah! Tapi besok aku akan menceritakan bagian di mana aku—eh, maksudku Pewaris Dewa Naga—mengalahkan Pangeran Iblis dengan teknik pamungkasnya!”

Seo Fei menahan tawa mendengar putranya yang tidak bisa berhenti membesar-besarkan kisahnya. Sementara itu, Zhang Yue hanya tertawa kecil, lalu melambaikan tangan sebelum berlari kecil meninggalkan taman.

Xi Fei menatap punggung Zhang Yue sampai gadis itu benar-benar menghilang di balik gerbang taman, lalu menghela napas pelan.

“Xi'er,” panggil Seo Fei lembut, membuat bocah itu menoleh.

“Ya, Ibu?”

“Hari sudah mulai gelap. Ayo masuk ke dalam,” ajaknya sambil meraih tangan kecil putranya.

Xi Fei menggenggam tangan ibunya dan mulai berjalan bersama, langkah kecilnya mengikuti irama langkah anggun Seo Fei. Mereka melewati taman yang mulai diselimuti cahaya temaram.

Saat mereka memasuki istana, Xi Fei menoleh ke arah ibunya dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu.

“Ibu, di mana Ayah?” tanyanya polos.

Seo Fei menoleh dan menatap putranya dengan lembut. “Ayahmu sedang rapat dengan yang lainnya.”

Xi Fei mengerutkan kening. “Kenapa Ayah selalu rapat?”

Seo Fei menoleh kearah putranya yang kini sedikit cemberut. Ia mengusap kepala anak itu dan berkata, “Karena Ayahmu adalah seseorang yang harus melindungi banyak orang. Itu tugasnya sebagai Kaisar.”

Xi Fei berpikir sejenak sebelum mengangguk paham. “Kalau begitu, aku juga harus menjadi kuat supaya bisa membantu Ayah nanti!”

Seo Fei tertawa kecil dan meremas tangan putranya dengan lembut. “Tentu saja, sayang. Suatu hari nanti, kamu akan menjadi seseorang yang sangat hebat,” katanya dengan keyakinan tulus.

"Hm! Aku jadi tidak sabar!" sahut Xi Fei antusias.

Mereka terus berjalan memasuki istana, sementara di kejauhan, langit mulai berubah menjadi ungu kebiruan, menandakan malam yang akan segera tiba.

Terpopuler

Comments

Mamat Stone

Mamat Stone

/CoolGuy/

2025-03-16

0

Mamat Stone

Mamat Stone

/Casual/

2025-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 1 Legenda Yang Nyata: Pewaris Dewa Naga (ARC 1)
2 2 Sisi Lain Kaisar: Arti Menjadi Seorang Ayah
3 3 Empat Benua Diluar Benua Feng: Invasi Para Iblis
4 4 Perjalanan Berburu: Menghabiskan Waktu Bersama Xi Fei
5 5 Insting Alami Dalam Berburu: Ayah Dan Anak
6 6 Dibalik Sekte Laut Surgawi Yang Dibangun Kembali: Shen Yan
7 7 Anak Yang Menangis Di Balik Karang: Keluarga Kecil Shen Yan dan Shen Yao
8 8 Kedatangan Tamu Tak Diundang: Orang Dari Benua Lain
9 9 Murid Yang Dulu Menghilang: Tanda-tanda Zhiyuan di Benua Lingzu
10 10 Keputusan Yang Berat: Antara Kaisar dan Pewaris Dewa Naga
11 11 Seperti Orang Kuno: Feng Xian di Ibukota Kekaisaran Fengyin.
12 12 Hari Keberangkatan: Perpisahan Penuh Haru
13 13 Iblis Yang Berlagak Seperti Raja: Lautan Neraka Xuanhai
14 14 Lautan Neraka Xuanhai: Kuburan Masal Bagi Siapapun Yang Menentangnya
15 15 Xuangu: Monster Laut Abadi, Sang Penjaga Perbatasan Antar Benua
16 16 Benua Lingzu: Tempat Suci Yang Dikotori Oleh Iblis
17 17 Serangan Iblis: Pegunungan Emas Yang Tercemar
18 18 Bangsa Lunaris: Identitas Liang Fei Yang Penuh Misteri
19 19 Di Balik Air Terjun: Kehidupan Kecil Yang Mencoba Bertahan
20 20 Misteri Yang Akhirnya Terungkap: Bangsa Lunaris dan Identitas Liang Fei
21 21 Ramalan Yang Menjadi Kenyataan: Lokasi Yang Ditemukan Oleh Iblis
22 22 Suara Kematian Di Depan Air Terjun: Transformasi Naga Liang Fei
23 23 Penyamaran Yang Terbongkar: Iblis Kuno Yang Menjadi Misteri
24 24 Shanruo: Iblis Kuno Dengan Kemampuan Yang Aneh
25 Bab pengumuman
26 26 Shanruo dan Guingming: Dua Iblis Kuno Yang Menguasai Benua Lingxu
27 27 Pagi Hari Yang Cerah: Shi Yue di Benua Feng
Episodes

Updated 27 Episodes

1
1 Legenda Yang Nyata: Pewaris Dewa Naga (ARC 1)
2
2 Sisi Lain Kaisar: Arti Menjadi Seorang Ayah
3
3 Empat Benua Diluar Benua Feng: Invasi Para Iblis
4
4 Perjalanan Berburu: Menghabiskan Waktu Bersama Xi Fei
5
5 Insting Alami Dalam Berburu: Ayah Dan Anak
6
6 Dibalik Sekte Laut Surgawi Yang Dibangun Kembali: Shen Yan
7
7 Anak Yang Menangis Di Balik Karang: Keluarga Kecil Shen Yan dan Shen Yao
8
8 Kedatangan Tamu Tak Diundang: Orang Dari Benua Lain
9
9 Murid Yang Dulu Menghilang: Tanda-tanda Zhiyuan di Benua Lingzu
10
10 Keputusan Yang Berat: Antara Kaisar dan Pewaris Dewa Naga
11
11 Seperti Orang Kuno: Feng Xian di Ibukota Kekaisaran Fengyin.
12
12 Hari Keberangkatan: Perpisahan Penuh Haru
13
13 Iblis Yang Berlagak Seperti Raja: Lautan Neraka Xuanhai
14
14 Lautan Neraka Xuanhai: Kuburan Masal Bagi Siapapun Yang Menentangnya
15
15 Xuangu: Monster Laut Abadi, Sang Penjaga Perbatasan Antar Benua
16
16 Benua Lingzu: Tempat Suci Yang Dikotori Oleh Iblis
17
17 Serangan Iblis: Pegunungan Emas Yang Tercemar
18
18 Bangsa Lunaris: Identitas Liang Fei Yang Penuh Misteri
19
19 Di Balik Air Terjun: Kehidupan Kecil Yang Mencoba Bertahan
20
20 Misteri Yang Akhirnya Terungkap: Bangsa Lunaris dan Identitas Liang Fei
21
21 Ramalan Yang Menjadi Kenyataan: Lokasi Yang Ditemukan Oleh Iblis
22
22 Suara Kematian Di Depan Air Terjun: Transformasi Naga Liang Fei
23
23 Penyamaran Yang Terbongkar: Iblis Kuno Yang Menjadi Misteri
24
24 Shanruo: Iblis Kuno Dengan Kemampuan Yang Aneh
25
Bab pengumuman
26
26 Shanruo dan Guingming: Dua Iblis Kuno Yang Menguasai Benua Lingxu
27
27 Pagi Hari Yang Cerah: Shi Yue di Benua Feng

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!