PEMBALASAN DAYANTI

Jojo berjalan memasuki rumah dengan langkah yang sangat bersemangat. Ia membawa sekarung beras dan beberapa mie instan serta telur untuk ia masak dan dimakan bersama ibu serta adiknya.

Ia memasak dengan cepat dan tak lupa membeli obat untuk sang ibu yang saat ini sakit dan hanya terbaring lemah diatas tempat tidur beralaskan kasur tipis yang mengempis.

"Bu, aku dapat rezeki dari tamu dirumah juragan Dika." oceh Jojo dengan tangannya yang cekatan memasak mie instan.

Kedua mata wanita itu melirik kearah puteranya yang terlihat sangat polos dengan tatapan penuh kesedihan.

Hatinya begitu teyeyun karena menahan rindu dan juga kekhawatiran yang mendalam, sehingga membuatnya kehilangan arah dan hidup.

Sekuatnya ia menahan beban hidup, tetapi tak kuat menahan rindu pada pujaan hatinya yang saat ini entah dimana.

Seketika ingatannya kembali ke beberapa waktu lalu, dimana sang suami berpamitan untuk pergi mengambil upah gaji karena bekerja diperkebunan milik Dayanti, dan Mahardika yang mengelolanya.

Akan tetapi, pria itu tak pernah kembali, hingga motornya ditemukan didekat kebun.

"Wanita mana?.apakah pria itu menikah lagi?" tanyanya dengan sangat lemah.

"Jojo tidak tahu, Bu. Tapi katanya keluarga sang Juragan, tapi dia baik sekali, kasih Jojo uang karena minta dianterin ke hutan bambu," terangnya.

Seketika wanita itu tersentak kaget. Ia mengerutkan keningnya saat mendengar penjelasan puteranya.

"Hutan bambu? Mengapa harua ke sana? Bukankah tidak warga yang berani ke sana? Karena rumor ular raksasa yang menelan warga dan menghilang begitu saja," wanita itu terlihat sangat tertarik dengan cerita dari puteranya itu.

Jojo mengangkat kedua pundaknya. Ia seolah tak ingin tahu akan kisah tersebut, sebab hari ini oa mendapatkan rezeki nomplok dari wanita cantik tersebut.

Bocah itu membawa dua porsi mie instan yang masak debgan rebusan air saja tanpa tambahan bumbu lainnya. Lalu menghidangkannya pada sang ibu.

"Makanlah, Bu. Jangan fikirkan yang lain, jika masih ada jodoh dengan bapak, maka ia akan kembali. Tetapi jika tidak berjodoh lagi, maka ikhlaskan. Ibu masih ada aku dan adik yang inginkan perhatian ibu," pinta Jojo dengan sudut matanya yang berlinang.

Remaja itu berharap jika sang ibu menyudahi kesedihannya yang terlalu mendalam.

Wanita berusia empat puluh tahun itu terenyuh mendengar ucapan sang anak. Mungkin benar, ia terlalu egois pada perasaannya, yang mana telah mengabaikan dua buah hatinya.

Ia mengambil mie instan yang telah dicampur secentong nasi didalamnya, dan mulai menyeruputnya.

Sesaat ia merasakan sesuatu yang berbeda, perasaannya lebih tenang, dan semangatnya mendadak hadir memenuhi ruang hatinya.

"Oh, iya, Bu. Tadi si mbak itu meminta maaf pada Jojo saat ia bertanya tentang bapak. Apa dia tau ya keberadaan bapak dimana?"

Wanita bernama Yuli itu menghentikan suapannya. Ia menatap puteranya dengan berbagai pertanyaan yang ada dibenaknya.

"Seperti apa ciri-ciri wanita itu?" tanya Yuli dengan penuh selidik.

"Wajahnya cantik bal boneka. Dua bola matanya bulat dengan bulu mata lentik. Hidungnya mancung dengan kulitnya yang putih," jelas Jojo dengan sangat detail.

Yuli menggambarkan ciri-ciri wanita yang disebutkan oleh puteranya tidak ada kemiripan dengan Dayanti, bahkan tidak mendekati sedikitpun, sebab wanita yang merupakan seorang juragan itu memiliki kulit eksotis dan rambut bergelombang.

"Siapa dia? Mengapa meminta maaf padamu? Apakah dia mengenal bapakmu?" tanya Yuli yang mana rasa penasarannya semakin menggebu.

"Ya mana Jojo tau, Bu," sahutnya dengan sangat polos.

****

Malam ini hujan turun dengan rintik-rintik. Seorang pria mengendarai sepeda motornya dan ia diangkat sebagai pengawas perkebunan kelapa sawit yang cukup luas dan mencapai seratus hektar, bukan sesuatu yang sedikit-bukan?

Pria bernama Darto menduduki posisi tersebut setelah ayah Jojo menghilang tanpa kabar.

Suasana perkebunan yang begitu sepi dan gelap, tak membuatnya takut. Sebab sebelum menjadi pengawas perkebunan milik pribadi itu, ia kerap kali mencuri sawit saat malam hari.

Barak-batak rumah pekerja berjarak per sepulu hektar dengan dua buah barak saja dan ditempati satu orang berkeluarha, dan sisanya para perantau yang terdiri dari para bujangan yang mencapai enam orang.

Pria itu bersiul ria. Ia merupakan seorang pria berusia lima puluh tahun dengan seorang istri dan belum memiliki anak.

Tubuhnya yang tambun ditambah dengan perutnya yang membuncit, membuat ia terlihat tidak begitu menarik, ditambah lagi dengan rambut keritingnya tampak berantakan dan terkesan urakan.

Pria itu baru saja pulang dari mabuk-mabukkan ditempat warung remang-reman yang banyak menjamur dipinggir jalan didirikan diatas parit jalan.

Setiap malamnya, ia memesan satu wanita untuk oa jadikan pelampiasan hasratnya.

Malam ini ia dihubungi oleh Mahardika untuk mengawasi perkebunan yang berada dibarak blok D. Dimana disana kerap dilaporkan jika buah kelapa sawit kerap hilang dicuri, dan Darto harus dapat menangkap siapa pencurinya.

Pria itu mengendarai motornya dengan tidak stabil karena ia masih dalam kondisi mabuk.

Ia menggerutu sepanjang jalan karena harus bertugas saat sedang enak-enaknya.

Perlahan hujan turun semakin deras dan membuat jalanan yang terbuat dari tanah merah semakin licin dan sulit dilewati.

Tiba-tiba saja ia tergelincir dan terjatuh dari kendaraannya diatas tanah merah.

"Sial!" makinya dengan nada menggerutu. Jika saja bukan karena Mahardika sebagai bos-nya, maka ia tidak sudi untuk turun ke perkebunan dimalam yang gelap dengan hujan yang deras.

Akan tetapi, suasana seperti ink adalah kesempatan bagi pencuri untuk beraksi, karena itu adalah pengalamannya.

Ia bersusah payah untuk bangkit dari keterpurukannya.

Tetapi jalanan yang licin menyulitkannya. Hal itu membuatnya semakin memaki dan sangat kesal sebab motornya terasa sangat berat untuk ia tegakkan.

Ditengah keputusasaannya, ia melihat satu sosok wanita bergaun hitam yang terkena lampu sorot dari motornya sedang berjalan menuju ke arahnya.

Langkahnya yang terlihat santai dengan gaun yang terseret ditanah basah, membuat ia semakin sangat menggoda.

Kulitnya yang putih terlihat berkilau saat tertimpa cahaya motornya.

Sontak saja fikiran kotor Darto hadir begitu cepat memenuhi benaknya.

Bagaimana tidak? Dimalam yang sunyi dan diperkebunan yang tidak ada sesiapapun menggangu dan ditengah hujan yang deras seorang wanita hadir dihadapannya merupakan rezeki tak terduga untuk pria pendosa sepertinya.

Semakin lama, wanita itu semakin mendekat dihadapannya, dan kini jarak tak lagi ada.

"Oh, Cantik. Kamu dikirim darimana? Mengapa malam ini begitu sangat beruntung bagiku," ungkapnya dengan nafas yang tersengal saat tiba-tiba saja tangan wanita itu menelusup masuk kedalam celananya dan menemukan ular kadut miliknya yang saat ini siap mematuk korbannya.

Ditengah kesadarannya yang hilang karena mabuk, Darto merasakan jika ini adalah sebuah keberuntungan.

Ja bergegas melepaskan celananya, dan tak sabar ingin menyingkap gaun hitam yang dikenakan oleh sang wanita.

Saat tangannya sudah menyentuh gaun tersebut, tiba-tiba saja wajah wanita itu berubah sangat menyeramkan, dan satu wajah yang ia kenal tergambar disana, lalu berubah kembali menjadi cantik saat pertama kali ia lihat, dan terakhir berubah menjadi mengerikan dengan wajahnya yang hancur dan mengeluarkan banyak cairan pekat dari kulitnya yang rusak.